Tanpa Indonesia, Industri Sawit Dunia Lumpuh

| Artikel, Berita
Bagikan Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp
Tanpa Indonesia, Industri Sawit Dunia Lumpuh. Sumber: CPOC

Indonesia kembali menegaskan statusnya sebagai pemain kunci dan penggerak utama industri sawit dunia. Deputi Sekretaris Jenderal Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), Musdhalifah Machmud, dalam konferensi IPORICE 2025 yang digelar BRIN, menyatakan bahwa setiap dinamika dan kebijakan yang diambil Indonesia selalu menjadi acuan global. “Setiap langkah kecil Indonesia berdampak besar pada kondisi sawit dunia,” tegasnya.

Posisi strategis Indonesia ini diperkuat oleh peran riset dan inovasi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Temuan ilmiah para peneliti Indonesia kerap menjadi rujukan utama dalam forum internasional, khususnya yang membahas isu keberlanjutan.

Membantah Mitos Deforestasi dengan Data Ilmiah

Salah satu kontribusi krusial riset adalah membantah narasi negatif tentang deforestasi. Musdhalifah menekankan bahwa kelapa sawit bukanlah penyebab utama deforestasi. Data empiris justru menunjukkan komitmen negara produsen sawit dalam menjaga hutannya. Buktinya, Indonesia masih memiliki tutupan hutan seluas 63%, sementara Malaysia 62%.

Fakta ini membuktikan bahwa sawit justru meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi ketergantungan pada praktik perambahan hutan.

Transformasi Sawit Menjadi Produk Hijau dan Energi Berkelanjutan

Musdhalifah menegaskan bahwa sawit telah bertransformasi menjadi produk hijau yang menerapkan prinsip zero waste (nol limbah). Sektor ini terus mengembangkan efektivitas dan produktivitas sambil memaksimalkan pemanfaatan limbah.

Saat ini, minyak sawit tidak hanya digunakan sebagai minyak nabati, tetapi juga sebagai energi terbarukan, mulai dari biodiesel hingga Sustainable Aviation Fuel (SAF) untuk pesawat. Transformasi ini membuktikan komitmen Indonesia terhadap keberlanjutan.

BRIN berkomitmen mendukung inovasi berbasis riset untuk mempercepat sertifikasi keberlanjutan seperti ISPO. “Kita ingin kelapa sawit kita jaya sampai dengan 100 tahun mendatang,” tutup Musdhalifah, menyerukan kolaborasi berbasis bukti ilmiah untuk menjaga kejayaan industri sawit di masa depan.