Adik Prabowo Rencana Bangun Pabrik Biomassa di Dekat IKN

| News
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Bisnis.com | Selasa, 8 Februari 2022

Adik Prabowo Rencana Bangun Pabrik Biomassa di Dekat IKN

Adik Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Hashim S. Djojohadikusumo berencana membangun proyek biorefinery untuk menghasilkan biomassa maupun biofuel dengan perusahaan Amerika Serikat Lanzatech di dekat Ibu Kota Negara di Kalimantan Timur. Chief Executive Officer (CEO) Arsari Group Hashim S. Djojohadikusumo mengatakan bahwa perusahaan asal AS tersebut akan menyediakan teknologi biorefinery lewat kerja sama dengan anak usaha Arsari Group, Arsari Enviro Industri. “Saya sudah tunjuk teknologi dari mereka. Saya sebagai costumernya. Mereka rancang biorefinery,” katanya saat konferensi pers, Selasa (8/2/2022). Dia memperkirakan proyek ini dapat menelan investasi sekitar US$250 juta – US$300 juta atau setara Rp3,5 triliun – Rp4,2 triliun (kurs Rp14.000 per dolar AS). Menurut Hashim, proyek ini sudah direncanakan sejak lama oleh perusahaan. Dalam proyek ini nantinya, perusahaan akan memanfaatkan kayu tua maupun ranting untuk diolah menjadi biomassa. Sedangkan produk biomassa rencananya untuk diekspor ke luar negeri. Untuk memperoleh pendanaan tersebut, Hashim berencana untuk mendaftarkan perusahaannya pada bursa efek Indonesia (BEI) demi memperoleh modal dari publik. Pertemuan dengan direksi BEI telah dilakukannya sejak 6 bulan lalu. “Kami sudah sampaikan rencana untuk pembangunan biofuel dan renewable energy. Mereka sambut dengan baik,” tuturnya. Di samping itu, pihaknya berencana menjadi penyedia air bersih untuk wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Proyek ini kata dia sudah direncanakan jauh sebelum penunjukan IKN di wilayah Penajam Paser Utara (PPU). Awalnya Arsari Group yang berada di PPU mencari sumber air untuk kebutuhan perusahaan. Pada tahun 2016, Arsari Group menunjuk konsultan air dari Belanda, Witteveen Bos untuk melihat seberapa banyak potensi pasokan air yang dimiliki untuk kegiatan usahanya di sana. Berdasarkan studi kelayakan Witteveen Bos dinyatakan wilayah tersebut memiliki topografi yang sangat mendukung untuk pembangunan bendungan. Proyek ini bahkan dinilai bisa menghasilkan air melimpah. “Karena itu kami akhirnya berencana untuk juga memasok air bersih di wilayah Kalimantan Timur agar kami bisa punya peran membantu memasok air bersih yang saat ini masih terbatas disana,” terangnya.

https://kabar24.bisnis.com/read/20220208/15/1498246/adik-prabowo-rencana-bangun-pabrik-biomassa-di-dekat-ikn

Detik.com | Selasa, 8 Februari 2022

Adik Prabowo Buka-bukaan Rencana Investasi Biofuel di Ibu Kota Baru

Pengusaha Hashim Djojohadikusumo berencana investasi biofuel atau bahan bakar nabati (BBN) di lokasi ibu kota negara (IKN) baru di Kalimantan Timur. Dalam pelaksanaannya, pemilik Arsari Group itu mau menggandeng perusahaan asal Amerika Serikat (AS), LanzaTech. “Perusahaan LanzaTech, perusahaan yang sangat terkenal, pemegang sahamnya adalah perusahaan-perusahaan raksasa,” kata Hashim dalam konferensi pers virtual, Selasa (8/2/2022). Hashim menunjuk LanzaTech untuk menjadi penyedia teknologi. Nantinya Arsari Group bertindak sebagai klien yang memberikan mandat kepada LanzaTech untuk merancang bahan biorefinery-nya. Biorefinery merupakan bidang terbarukan yang mengubah bahan baku (misalnya tanaman, limbah kehutanan, dan proses-proses lain dengan produk dan limbah) ke biomaterial yang berguna, biokimia dan bahan bakar bio dalam satu fasilitas terpadu. “Nanti mereka akan saya berikan mandat untuk merancang biorefinery-nya, dan biorefinery-nya saya sudah hitung, tergantung beberapa parameternya, bisa sampai US$ 200 juta hingga US$ 250 juta bahkan kalau kita perluas lagi, bisa sampai US$ 350 juta,” jelas Hashim. Nantinya hasil dari biofuel itu diekspor ke luar negeri. “Biofuel itu biorefinery, bahan baku minyak dari sisa hutan yang kita miliki, yang tidak punya nilai sama sekali kita manfaatkan, kita olah jadi biofuel untuk kita ekspor ke luar negeri,” bebernya. Guna tambahan dana untuk memenuhi proyek tersebut, Hashim juga membuka peluang mencari pendanaan lewat pasar modal seperti yang sudah dilakukan sebelum-sebelumnya. “Kita sudah bicara dengan IDX, kami sudah ketemu dengan Pak Inarno (Direktur Utama Bursa Efek Indonesia) dan kami sudah sampaikan rencana untuk biofuel, mereka sambut dengan baik,” tandasnya.

https://finance.detik.com/energi/d-5933786/adik-prabowo-buka-bukaan-rencana-investasi-biofuel-di-ibu-kota-baru

Wartaekonomi.co.id | Selasa, 8 Februari 2022

Bukan Karena Biodiesel, Harga Minyak Goreng Tinggi Karena Hal Ini

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) merespons anggapan bahwa penerapan program biodiesel mengganggu pasokan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sebagai bahan baku sehingga harga minyak goreng melambung. Terkait hal ini, Sekjen GAPKI, Eddy Martono mengatakan, “yang menyebabkan harga minyak goreng tinggi memang karena harga minyak nabati internasional sedang tinggi”. Selain itu, Eddy juga membantah bahwa pengusaha lebih tertarik memberikan suplai untuk biodiesel daripada untuk minyak goreng. “Program B30 itu bersifat mandatori dan volume ditentukan pemerintah,” kata Eddy, dikutip Selasa (8/2/2022). Sementara, menurut Peneliti Senior LPEM FEB-UI Mohamad Revindo, persoalan minyak goreng disebabkan karena Kementerian Perdaganganan (Kemendag) tidak efektif dalam mengatur distribusi. “Kementerian Perdagangan seharusnya menjalankan operasi distribusi secara menyeluruh di titik-titik yang teridentifikasi sangat kekurangan pasokan dengan pengawasan yang super ketat. Tidak serta-merta menerima alasan para produsen dengan begitu saja,” tuturnya. Sebelumnya, dalam rapat kerja dengan Komisi VII, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, program biodiesel (B30) menjadi salah satu penyebab tingginya permintaan minyak kelapa sawit. Hal ini pada akhirnya memengaruhi harga minyak goreng.

https://wartaekonomi.co.id/read391765/bukan-karena-biodiesel-harga-minyak-goreng-tinggi-karena-hal-ini

Koran-jakarta.com | Selasa, 8 Februari 2022

B20 Hanya Untungkan Industri Sawit

Kebijakan pemerintah Biodiesel 20 (B20) ternyata menimbulkan masalah baru. Program B20 mewajibkan pencampuran 20 persen minyak sawit dengan 80 persen bahan bakar minyak (BBM) jenis solar. Program tersebut mendorong industri sawit justru lebih memilih memasok produknya untuk B20 ketimbang kebutuhan pokok masyarakat, terutama minyak goreng. Adanya kucuran subsidi untuk program B20 membuat suplai untuk pabrik minyak goreng dikurangi karena tak ada insentif. Ekonom Senior Universitas Indonesia (UI), Faisal Basri, mengingatkan kenaikan harga minyak goreng saat ini disebabkan pergeseran besar dalam konsumsi minyak sawit atau crude palm oil (CPO) di dalam negeri. Di masa lalu, terang dia, pengguna CPO yang sangat dominan di dalam negeri adalah industri pangan, termasuk minyak goreng. Namun, sejak pemerintah menerapkan kebijakan mandatori biodiesel, alokasi CPO untuk campuran solar berangsur naik. Peningkatan tajam terjadi pada 2020 dengan diterapkannya program B20. “Akibatnya, konsumsi CPO untuk biodiesel naik tajam dari 5,83 juta ton pada 2019 menjadi 7,23 juta ton pada 2020 atau kenaikan sebesar 24 persen,” ucapnya dikutip dari blog resmi Faisal Basri, di Jakarta, Senin (7/2). Sebaliknya, lanjut Faisal, konsumsi CPO untuk industri pangan turun dari 9,86 juta ton pada 2019 menjadi 8,42 juta ton pada 2020. Pola konsumsi CPO dalam negeri seperti itu terus berlanjut pada 2021 dan diperkirakan porsi untuk biodiesel akan terus meningkat sejalan peningkatan porsinya dalam biodiesel lewat program B30 atau bahkan lebih tinggi lagi. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memperkirakan, pada 2022, porsi CPO untuk industri biodiesel akan mencapai sekitar 43 persen dari konsumsi CPO dalam negeri. Padahal, pada 2019 masih sekitar 37 persen. Menurut Gapki, dalam 1-2 tahun ke depan, porsi untuk biodiesel diperkirakan melampaui porsi untuk industri pangan. “Tentu saja, pengusaha lebih cenderung menyalurkan CPO-nya ke pabrik biodiesel karena pemerintah menjamin perusahaan biodiesel tidak bakal merugi karena ada kucuran subsidi jika harga patokan di dalam negeri lebih rendah dari harga internasional. Sedangkan jika dijual ke pabrik minyak goreng, tidak ada insentif seperti itu. Hingga kini, sudah puluhan triliun mengalir subsidi ke pabrik biodiesel dari dana sawit yang dikelola oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS),” jelas Faisal. Hal senada disampaikan Pengamat Ekonomi dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamudin Daeng. Dia menegaskan akibat program biodiesel, PT Pertamina (Persero) harus berebut dengan masyarakat. BUMN Migas itu membutuhkan jaminan pasokan minyak sawit untuk dicampur dengan solar, sementara masyarakat membutuhkan minyak goreng untuk kebutuhan harian.

Transisi Gagal

Dia menegaskan, Eropa melalui duta besarnya baru-baru ini mengatakan solarisasi sawit oleh Indonesia bukan merupakan agenda transisi energi. “Jadi, dengan demikian solarisasi sawit akan membawa Indonesia pada kegagalan melakukan transisi energi dan melanjutkan kerusakan hutan di Indonesia,” paparnya. Harga minyak goreng akan terus melambung tinggi karena pengusaha sawit akan mengejar pasar ekspor yang harganya saat ini sangat tinggi dan memilih pasar Pertamina yang pasarnya lebih pasti daripada pasar minyak goreng untuk masyarakat.

https://koran-jakarta.com/b20-hanya-untungkan-industri-sawit?page=all