Apical Manfaatkan Residu Minyak Nabati untuk Bahan Bakar Pesawat
Bisnis.com | Senin, 4 Desember 2023
Apical Manfaatkan Residu Minyak Nabati untuk Bahan Bakar Pesawat
Perusahaan pengholahan minyak nabati, Apical Group mengembangkan bahan bakar rendah emisi gas rumah kaca untuk sektor penerbangan (Sustainable Aviation Fuel/SAF)memanfaatkan biofuel berbasis residu minyak nabati, termasuk minyak sawit. “Apical telah bekerja sama dengan Cepsa membangun pabrik biofuel generasi kedua di Eropa Selatan yang berkapasitas 500.000 ton/tahun. Ini bisa memangkas emisi karbon hingga 1,5 juta ton per tahun dari sektor penerbangan,” kata General Manager Green Energy, Biofuel Feedstock & Business Development Apical, Aika Yuri Winata saat sesi diskusi panel di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim COP28 UNFCCC di Dubai, Uni Emirat Arab, Jumat, 1 Desember 2023. Dia menjelaskan sektor penerbangan global adalah kontributor penting terhadap emisi GRK dimana pada tahun 2019 sekitar 3% dari emisi karbon berasal dari sektor penerbangan. Di sisi lain, penerbangan juga menjadi sektor yang sangat menantang dalam proses dekarbonisasi diantaranya persyaratan teknis dengan standar tinggi yang mesti dipenuhi. Meski demikian, sektor ini juga sudah menyatakan komitmen untuk mencapai net zero emissions pada tahun 2050. Kondisi tersebut merupakan peluang untuk pengembangan SAF. Pemanfaatan SAF bisa memangkas emisi GRK sektor penerbangan hingga 90%. Diprediksi, kebutuhan SAF secara global akan mencapai 53 juta ton per tahun. Perbesar Tantangannaya adalah keterbatasan supply dan jenis bahan baku yang bisa digunakan. Hal ini, membuat pemanfaatan SAF bisa memantik kenaikan harga tiket. “Untuk mengatasi tantangan itu, Apical memanfaatkan residu dan limbah minyak nabati,” kata Aika. Lebih lanjut, dia menyatakan, ASEAN menjadi salah satu wilayah yang berpoetnsi besar untuk menyediakan bahan baku yang dibutuhkan. Pasalnya ada sekitar 10,4 juta ton residu dan limbah minyak nabati seperti berupa minyak goreng bekas, Palm Oil Mill Effluent (POME), minyak tandan kosong sawit, dan Palm Fatty Acid Distillate (PFAD). Sementara itu Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sigit Reliantoro saat membuka diskui menjelaskan bahwa menjalankan operasional sekadar ramah lingkungan tidak cukup. Saat ini perusahaan dituntut untuk melaksanakan bisnis regeneratif. “Bisnis regeneratif mengikuti prinsip-prinsip alam yang akan memberikan lebih banyak dampak bagi Masyarakat,” katanya. Menurut Sigit, transisi energi, solusi berbasis alam (nature based solution) dan pendekatan berbasis ekosistem, pemanfaatan biomassa dan sirkularitas adalah beberapa cara yang menjanjikan untuk menerapkan bisnis regeneratif. “Implementasinya dapat memberi pertumbuhan eksponensial dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan,” katanya.
Kontan.co.id | Senin, 4 Desember 2023
Indonesia Berkomitmen Capai Nol Emisi Karbon Sebelum 2060
Indonesia berkomitmen akan terus bekerja keras dalam mencapai nol emisi karbon sebelum tahun 2060. Komitmen tersebut merupakan langkah Indonesia dalam upaya membangun negara makmur dan berkelanjutan dengan perekonomian inklusif. Dalam menurunkan emisi karbon Indonesia berkomitmen memperbaiki pengelolaan forest and other land use (FOLU), serta mempercepat transisi energi menuju energi baru terbarukan. “Dalam hal pengelolaan FOLU, Indonesia terus menjaga dan memperluas hutan mangrove serta merehabilitasi hutan dan lahan,” ujar Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam keterangan tertulis, Senin (4/12). Selain itu, Indonesia juga telah berhasil menurunkan angka deforestasi pada titik terendah dalam 20 tahun terakhir. Hal ini juga diikuti dengan pembangunan persemaian yang dilakukan dalam skala besar dengan kapasitas total sekitar 75 juta bibit per tahun dan juga sudah mulai efektif berproduksi. Sementara dalam hal transisi energi, Indonesia untuk mempercepat pengembangan energi baru terbarukan. Adapun pengembangan energi baru terbarukan di Indonesia utamanya melalui energi surya, air, angin, panas bumi, dan arus laut, serta pengembangan biodiesel, bioethanol, dan bioaftur yang diklaim semakin luas. Untuk mewujudkan komitmen tersebut, Jokowi mengundang sejumlah pihak seperti mitra bilateral, investasi swasta, filantropi, dan negara sahabat untuk menjalin kolaborasi pendanaan dalam mewujudkan nol karbon emisi pada 2060. “Target Paris agreement and net zero emission hanya bisa dicapai jika kita bisa menuntaskan masalah pendanaan transisi energi ini. Dari situlah masalah dunia bisa diselesaikan,” tegasnya. Dalam satu dekade terakhir, Indonesia memiliki peran penting dalam mendukung negosiasi substansial dalam Conference of the Parties (COP) UNFCCC. Sejumlah langkah dan kebijakan monumental pun tercipta. Misalnya Rencana Operasional FOLU Net Sink 2030, panduan untuk aksi iklim praktis di Indonesia, yang merupakan hasil diskusi pada COP26 di Glasgow dua tahun lalu. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya menyampaikan, target iklim FOLU Net Sink 2030 yang diluncurkan pada COP26, merupakan komitmen dan implementasi iklim dengan dasar hukum yang kuat. Regulasi tersebut ditandatangani oleh Presiden pada bulan Oktober 2021. “Target FOLU Net Sink 2030 ini lebih dari sekadar janji yang dibuat di atas kertas. Kita secara konsisten telah menunjukkannya melalui tindakan nyata di lapangan,” ujar Siti. Siti menjelaskan, Indonesia juga telah berhasil mengurangi deforestasi lebih banyak dibandingkan negara lain dalam beberapa tahun terakhir, dan memastikan sektor FOLU berkontribusi terhadap pengurangan emisi Indonesia sebesar 60%. Pada peristiwa El Nino tahun ini, hanya 16% dari total kebakaran hutan dan lahan yang disebabkan oleh kebakaran gambut, serta tidak menimbulkan kabut asap lintas batas di Indonesia. Siti memastikan, target iklim FOLU Net Sink 2030 tetap sesuai rencana sama artinya dengan melindungi spesies utama dan habitatnya. Begitu juga dengan upaya restorasi gambut berbasis masyarakat dan rehabilitasi mangrove, yang mencakup jutaan hektar lahan. Lebih lanjut, Siti mengatakan kepemimpinan iklim oleh Presiden Jokowi merupakan bagian integral dari warisan beliau, hal ini disebutnya terlihat jelas dalam pembentukan sistem tata kelola karbon berbasis hukum, yang memprioritaskan pencapaian target Kontribusi Nasional (NDC) Indonesia. “Hasil-hasil penting dalam bidang iklim tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan Presiden Jokowi dalam bidang iklim didasarkan pada kepemimpinan yang memberi contoh—bukan sekadar klaim, janji, atau komitmen di atas kertas,” tegas Siti. Pada kesempatan tersebut, Siti juga menyoroti komitmen generasi muda terhadap pemulihan lingkungan melalui gaya hidup ramah lingkungan. Sejak tahun 2014, KLHK telah mengadvokasi pengembangan generasi sadar lingkungan yang ditanamkan nilai-nilai cinta lingkungan.
https://nasional.kontan.co.id/
Sawitindonesia.com | Senin, 4 Desember 2023
B100 Energi Masa Depan Indonesia
PT Barata Indonesia (Persero) pastikan Reaktor B100 untuk segera diserahterimakan dan siap berproduksi. Hal ini ditandai dengan suksesnya rangkaian uji coba penuh kapasitas enam reaktor B100 beberapa waktu lalu. Direktur Utama PT Barata Indonesia (Persero) Tjetjep Nirwan Mustofa mengatakan, kerja sama ini merupakan upaya perseroan dalam rangka mengindustrialisasi sebuah inovasi mendukung program pemerintah untuk memenuhi kebutuhan energi alternatif dalam negeri yang ramah lingkungan. “B100 adalah energi masa depan Indonesia. Ini adalah peluang besar bagi Barata sebagai BUMN manufaktur untuk menciptakan nilai tambah melalui hilirisasi sawit dengan produk akhir yang mampu memperkuat ketahanan energi nasional,” kata dia, dalam keterangannya, Sabtu (2/12/2023). Pengujian full load capacity 6 (enam) reaktor B100 ini turut dihadiri sejumlah eksekutif utama diantaranya CEO Minamas Plantation Adi Wira Abd Razak, para inventor reaktor B100, dan sejumlah tenaga teknis dari Badan Standardisasi Industri dan Penyegar (BSIP) Tanaman Industri. Pada kesempatan ini, CEO Minamas menyatakan kepuasannya atas hasil pembangunan enam reaktor B100 dengan kapasitas impresif, yakni 3 ribu liter per enam jam. Dirinya turut mengapresiasi dan optimis hasil pengembangan produk PT Barata Indonesia (Persero) ini dapat mengukuhkan posisi Indonesia dalam pengembangan energi terbarukan. “Kami sangat senang melihat keberhasilan uji coba ini dan menyaksikan kemajuan signifikan dalam pengembangan reaktor B100. Ini adalah langkah konkret dalam mewujudkan visi Indonesia sebagai pemimpin di bidang energi terbarukan,” ujar Adi Wira. Reaktor Biodiesel 100 merupakan alat yang digunakan untuk mengubah CPO (Crude Palm Oil) menjadi menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan dengan bahan dasar minyak nabati atau lemak hewani melalui proses eseterifikasi atau transesterifikasi. Dengan proses tersebut maka Biodiesel atau bahan bakar alternatif yang dihasilkan akan lebih ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang lebih rendah 48 persen dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Komitmen PT Barata Indonesia (Persero) dalam menghadirkan produk yang ramah lingkungan, berdaya saing dan memiliki nilai kemanfaatan bagi masyarakat merupakan wujud kesiapan perseroan sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Industri Manufaktur mengambil peran utama dalam pengembangan energi terbarukan tanah air.
https://sawitindonesia.com/
Investor Daily Indonesia | Senin, 4 Desember 2023
Apical Siap Jadi Penyedia Bahari Baku Ramah Lingkungan
Salah satu perusahaan pengolah minyak nabati global Apical mempunyai misi untuk bertransformasi menjadi penyedia bahan baku ramah lingkungan yaitu, biofuel generasi kedua. Hal ini melibatkan pengumpulan limbah dan residu dari pabrik dan penyulingan minyak sawit, serta minyak goreng bekas, untuk dijadikan altematif sumber bahan baku konvensional. General Manager of Green Energy, biofuel Feedstock Business Development Apical Aika Yuri Winata menerangkan, salah satu fokus mereka adalah Sustainable Aviation Fuel (SAF) bahan bakar ramah lingkungan untuk pesawat terbang. SAF diyakini dapat merevolusi industri penerbangan karena dapat mengurangi emisi C02 dan menawarkan siklus keberlanjutan di masa depan. Apical telah bermitra dengan Cepsa, perusahaan minyak terbesar kedua di Spanyol, untuk membangun pabrik biofuel generasi kedua terbesar di Eropa Selatan, dengan kapasitas produksi sebesar 500.000 ton per tahun. Setelah pabrik tersebut diharapkan selesai dibangun pada 2026, Apical akan memasok limbah dan residu pertanian sebagai bahan baku untuk produksi SAF. “Apical memanfaatkan potensi transformatif SAF, dan meyakini kemampuannya dalam mengurangi emisi karbon dari industri penerbangan di dunia hingga lebih dari 90%, dibandingkan jika terus menggunakan bahan bakar jet tradisional. SAF dapat mengurangi 1,5 juta ton emisi CO2 per tahun,” ucap dia dalam keterangan tertulisnya, Jakarta/Minggu (3/12/2023). SAF menjadi topik hangat di konferensi para pihak dalam kerangka kerja sama PBB untuk perubahan iklim (COP28 UAE), yang diadakan di Expo City, Dubai, dari 30 November 2023 sampai 12 Desember 2023. BIS Research, perusahaan riset berskala global yang kerap melakukan analisa terkait teknologi disruptif, memperkirakan pangsa pasar bahan bakar SAF dapat melonjak menjadi US$131,12 miliar pada 2033 dari US$1,29 miliar pada 2023. Aika berbicara pada sebuah sesi diskusi yang diadakan oleh Paviliun Indonesia Jumat (1/12/2023), di hari kedua perhelatan COP28 UAE di Dubai. Pada diskusi itu, dia menerangkan, untuk mengaksel-erasi adopsi SAF dan membantu industri untuk melakukan \’dekarbonisasi dari aktivitas penerbangan, dapat memanfaatkan kekuatan negara-negara di kawasan Asean, untuk dapat menjadi basis produksi industri bahan bakar ramah lingkungan ini secara global. Aika mencatat ada enam negara di Asean yang secara akumulatif berpotensi menawarkan potensi bahan baku sebesar 10,4 juta Metric Ton dari limbah dan residu minyak nabati yang berasal dari limbah minyak goreng (UCO), limbah cair Kelapa Sawit (POME), limbah biologis dari proses pengolahan minyak sawit (EFB), produk samping yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak Kelapa Sawit mentah (PFAD) dan limbah dari pengolahan CPO (CPO with MC). Negara-negara di Asia, terang dia, memiliki peluang untuk menciptakan kerangka kerja yang koheren dan harmonis yang dapat memberikan kepastian kepada investor mengenai potensi investasi di sektor ini. Operator di negara ini juga harus memiliki pemahaman yang komprehensif terkait peraturan yang berlaku untuk mendukung industri bahan bakar ramah lingkungan ini. Aika mengatakan, produsen perlu dukungan lebih besar untuk dapat menjual bahan bakar ramah lingkungan ini agar harganya tidak terlalu jauh dari harga bahan bakar jet konvensional. Dia juga menggarisbawahi pentingnya sumber bahan baku berkelanjutan untuk produksi SAF. Bahan baku berbasis limbah dan residu harus dapat ditelusuri asal usulnya, ditangani dan diperoleh secara bertanggungjawab, dan tidak menimbulkan risiko di masa depan bagi pengguna akhir. “Untuk mencapai tujuan ini diperlukan penciptaan landasan yang kuat seperti penetapan standar dan sistem sertifikasi yang berkelanjutan, mekanisme transparansi dan ketertelusuran, serta metode kualitas dan penanganan,” kata Aika. Dia menerangkan, untuk mewujudkan potensi penuh SAF dalam dekarbonisasi industri penerbangan, pemasok juga perlu mempercepat dan meningkatkan pengembangan seluruh ekosistem. “Ini dimulai dengan mengatasi ketersediaan bahan baku, meningkatkan produksi dan akhirnya mengembangkan aliansi yang akan membantu negara-negara tersebut untuk mempercepat beberapa perkembangan ini sejak dini,” ucap Alika.