Aprobi Jamin Pasokan Biodiesel Untuk Mandatori B35
Sawitindonesia.com | Rabu, 1 Februari 2023
Aprobi Jamin Pasokan Biodiesel Untuk Mandatori B35
Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) memastikan kebutuhan biodiesel untuk mandatori B35 dapat tercukupi. Pasalnya, kapasitas produksi nasional biodesel mencapai 17,5 juta kiloliter. Sedangkan, kebutuhan biodiesel untuk B35 sebanyak 13,15 juta kiloliter. Ketua Harian APROBI Paulus Tjakrawan, menjelaskan bahwa penggunaan biodiesel mencapai telah mencapai 75% dari kapasitas produksi. Ke depan, kapasitas produksi akan terus ditingkatkan setiap tahunnya.”Teorinya ini cukup untuk mendukung program B35″, tutur Paulus. “Produksi biodiesel nasional 17,5 juta kiloliter dan alokasi mandatori B35 sebanyak 13,15 juta kiloliter. Jadi, kapasitas produksi biodiesel ini sudah 17 tahun lamanya kita tingkatkan. Tahun 2023, 2024 akan bertambah terus kapasitas volumenya,” ujar Paulus dalam Talkshow Implementasi B35 di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta pada Selasa (31/1/2022). “Selain itu, tantangan lainnya adalah menurunkan tingkat monoglyserida, juga mengurangi kandungan air pada biodiesel dan menjaga stabilitas oksidasi. Yang tak kalah penting juga penyiapan penyimpanan biodiesel dan transportasi distribusi biodiesel,” ungkap Paulus. Program B35 juga melibatkan dukungan program biodiesel yang meliputi kecukupan pasokan, program insentif dari sawit berupa pungutan ekspor CPO dan turunannya yang dikelola oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, serta monitoring dan evaluasi secara berkala. ”Kita harapkan semuanya bisa bergabung bersama-sama solid dalam menjalankan kebijakan Pemerintah untuk mendukung kebijakan-kebijakan terkait implementasi B35, bukan hanya energy mix tapi kita mendukung penciptaan lapangan kerja baru, menciptakan penurunan emisi gas rumah kaca, melakukan save terhadap devisa negara untuk pemulihan energi fosil dari luar, kita juga menjalankan energi biru untuk rakyat kita agar bisa menghirup udara yang lebih baik,” ungkap Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Musdhalifah Machmud. Turut hadir dalam kesempatan tersebut diantaranya Dirjen EBTKE Kementerian ESDM, Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina, Direktur Utama BPDPKS, Ketua Umum GAIKINDO, dan Sekretaris Jenderal CPOPC.
https://sawitindonesia.com/
Bisnis Indonesia | Rabu, 1 Februari 2023
MOBIL NIAGA SIAP KONSUMSI B35
Agen pemegang merek otomotif di Indonesia mengeklaim produk mobil niaga sudah siap mengonsumsi biodiesel dengan campuran tinggi seperti yang ditetapkan pemerintah. Klaim tersebut disampaikan dua agem pemegang merek (APM) mobil niaga yaitu PT Hino Motor Sales Indonesia (HMSI) dan PT Isuzu Astra Motor Indonesia (JAMI). Chief Operating Officer (COO) PT HMSI Santiko Wardoyo mengatakan bahwa produk mobil niaga Hino sudah siap menggunakan biodiesel 35% di minyak Solar atau B35 yang diimplementasikan pada 1 Februari 2023. Menurutnya, Hino sudah meningkatkan setiap komponen dalam kendaraan Hino untuk bisa menggunakan bahan bakar nabati sejak 2020. Artinya, B35 yang sudah diedarkan sejak 1 Februari 2023 bukan menjadi masalah untuk semua produk Hino. “Untuk yang sekarang ini ada tiga filter ya. Jadi semuanya sudah kita siapkan untuk pemakaian biodiesel,” katanya kepada Bisnis, Rabu (1/2). Untuk pelanggan yang masih ragu dengan penggunaan biodiesel, dia menyatakan Hino sudah menyiapkan alat Strainer untuk menghancurkan gel dari biodiesel. Dengan alat itu, imbuhnya, filter bensin bertahan lebih lama dan biaya perawatan lebih efisien. Menanggapi B35 yang belum standar Euro 4. Santiko menjelaskan bahwa yang menjadi persoalan dalam bahan bakar nabati (BBN) dari tingkat sulfur. Dalam Euro 4, tegasnya, kandungan sulfur maksimal harus 50 ppm. “Kalau bicara B35 yang dikaitkan dengan Euro 4 itu lebih banyak berbicara tingkat masalah sulfur. Emisi Euro 4 itu bicaranya sulfur konten, kalo sulfur konten dari Euro 4 harus maskimal dari 50 ppm,” tambahnya. Hal yang sama disampaikan GM Business Strategy IAMI Attias Asril. Dia mengatakan bahwa mesin Euro 4 yang disematkan pada kendaraan Isuzu tidak mengalami masalah saat menggunakan biodiesel B35. Selama kurang ltbih 40.000 kilometer pengujian Vang dilakukan Kementerian ESDM terhadap kendaraan Isuzu, tegasnya, mesin Euro 4 pabrik otomotif asal Jepang itu tidak mengalami kendala yang berarti. “Berdasarkan hasil pengetesan mandiri yang di-lakkan oleh Kementrian ESDM untuk kendaraan Isuzu selama kurang lebih 40.000 km, hasilnya tidak ada issue yang berarti di engine Isuzu,” tutur Attias kepada Bisnis. Saat ini, Isuzu tengah melakukan penelitian mendalam secara internal mengenai dampak yang akan ditimbulkan oleh B35 terhadap kendaraan Isuzu. Pada saat penerapan B30, dia menilai produk Isuzu siap untuk menggunakan bahan bakar tersebut. “Namun untuk B35 ini, kami masih memastikan dengan tim internal terkait hal tersebut,” jelasnya. Dia menegaskan kepada pelang-ga tidak terlalu khawatir dengan penggunaan B35. Alasannya, hal tersebut sesuai dengan pernyataan pemerintah yang menjamin bahan bakar nabati tidak akan terlalu mempengaruhi performa kendaraan. “Berdasarkan statemen dari pemerintah bahwa penggunaan B35 tidak signifikan mempengaruhi performa kendaraan, maka customer juga tidak perlu khawatir ketika B35 ini mulai diterapkan,” tegasnya. Akan tetapi, Attias menambahkan pengguna mesin Euro4 yang menggunakan B35 harus melakukan perawatan ekstra untuk memastikan tidak terjadinya dampak yang merugikan kendaraan. “Nanti selama penerapan B35 sudah mulai dilakukan, perawatan serta pengecekan secara berkala terhadap mesin harus lebih sering dilakukan, agar bisa meminimalkan hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Attias. Dia memberikan tips untuk pengguna B35 agar lebih leluasa saat menggunakan kendaraannya, mulai dari mempercepat pergantian filter hingga pemanasan mesin sebelum digunakan. Kementerian ESDM telah menetapkan program implementasi B35 dimulai 1 Februari 2023 melalui Surat Edaran Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) No: 10.E/EK.05/DJE/2022. Program itu untuk mengantisipasi harga minyak dunia serta menekan impor minyak solar, dan mengamankan devisa negara.
RESPONS GAIKINDO
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi mengatakan industri otomotif menyambut baik keputusan pemerintah yang akan mengimplementasikan B35 pada awal Februari 2023. Menurutnya, penerapan biodiesel dengan campuran solar dan CPO dapat menghemat ratusan triliun devisa yang digunakan untuk membeli bahan bakar dari luar negeri. “Kami di industri otomotif sangat concern mengikuti arahan pemerintah bahwa kondisi emisi gas buang menjadi sangat penting dan juga pemborosan cadangan devisa harus mengimpor BBM yang begitu mahal,” kata Nangoi. Dia menjelaskan bahwa distribusi kendaraan diesel rata-rata berada di kisaran 23 % dari volume penjualan mobil sebesar 1,05 juta unit per tahun. Saat ini, dia juga mengatakan populasi kendaraan diesel sebanyak 5 juta unit dengan rata-rata pemakaian 24 jam. Dengan penerapan B35, dia berharap dapat menekan impor minyak dan tetap memenuhi konsumsi bahan bakar diesel di Tanah Air. “Dari 1,05 juta unit per tahun kira-kira diesel itu 23%, dan saat ini unit operasional di lapangan sudah ada 5 juta kendaraan diesel boleh dikata penggunaan kendaraannya akan lebih lama daripada [jenis] kendaraan lain,” jelasnya. Dia menyatakan kebijakan B35 di Indonesia terhitung lebih cepat dibandingkan dengan negara lain yang masih menerapkan biodiesel baru 10%. Selain itu, dia menyatakan BBN B35 juga belum sesuai standar Euro 4. Sementara itu, Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan menyatakan Aprobi terus meningkatkan kualitas biodiesel untuk bisa memiliki standar dengan mesin ramah lingkungan. Menurutnya, Aprobi akan terus melakukan pengujian jalan B35 menggunakan standardisasi Euro 4. “Jadi sebagian mobil Euro 4 sudah di tes kemarin dan kami akan fokuskan tes jalan ke depan pakai Euro 4, hasilnya kemarin cukup bagus ya,” tutur Paulus, m
BIODIESEL KENDARAAN NIAGA
Pemerintah mulai mengimplementasikan program biodiesel 35% atau B35 mulai 1 Februari 2023 dengan sasaran utama kendaraan niaga bermesin diesel. Program B35 bertujuan menaikkan serapan bahan bakar nabati (BBN) di transportasi.
Kontan | Rabu, 1 Februari 2023
Program B35 Tersedak Konsistensi Produksi Kualitas
Catat, mulai hari ini, pemerintah resmi menerapkan campuran 35% biodiesel dalam balian bakar solar alias B35. Di SPBU akan menyediakan biosolar dengan campuran minyak nabati 35% dari sebelumnya 30%. Pemerintah mengklaim, program bertahap biosolar yang sudah berjalan 2008 ini dan naik secara bertahap membawa banyak manfaat. Salah satunya: hemat devisa dari impor balian bakar minyak atau BBM. Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edy Yusuf bilang, B35 diproyeksi bisa menghemat devisa USS 10,75 miliar. Ini setara Rp 161,25 triliun dengan kurs Rp 115.000 per dollar AS. Sebelumnya dengan B30, Indonesia menghemat miliar (Rp 125,10 triliun). “Lewat B35 serapan CPO 13,15 juta kiloliter (kl), dari sebelumnya 10,5 juta kl saat B30,” ujarnya, Selasa (31/1). Manfaat lain, naiknya serapan CPO dalam negeri diharapkan meningkatkan harga CPO di pasar global sekaligus bisa menaikkan harga tandan buah segar (TBS). Ketua Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), Paulus Tjakrawan bilang, masih ada tantangan terkait pendistribusian dan penyimpanan B35. Jalur distribusi biodiesel dari produsen BBN ke terminal BBM Pertamina panjang, mulai infrastruktur tangki, pencampuran, penerimaan, hingga penjagaan kualitas. Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Alfian Nasution mengaku siap memangkas jalur distribusi dengan memangkas jalur menjadi 17 terminal. Catatan Ketua Umum Ga- bungan Industri kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi bilang, semua produsen otomotif dituntut memproduksi kendaraan berstandar emisi Euro FV. Maka, biodiesel juga memenuhi standar Euro IV. Selama ini tersedia belum mampu memenuhi standar emisi yang ditentukan, kecuali pertadex. Lalu, konsistensi produksi juga penting. Jangan sampai saat harga CPO tinggi, pasokan biosolar terpangkas. Belum lagi jika jika minyak goreng lokal bermasalah karena pasokan CPO susut. Kebijakan yang berubah akan jadi masalah ke biosolar.
Jawa Pos | Rabu, 1 Februari 2023
Penerapan B35 Diklaim Hemat Devisa Rp 161T
Berlaku Hari Ini, Airlangga Jamin Tidak Ganggu Pasokan Minyak Goreng. Pemerintah meningkatkan pencampuran bahan bakar minyak (BBM) jenis biosolar. Dari yang sebelumnya campuran 20 persen bahan bakar nabati berbasis minyak kelapa sawit ke solar atau B20, sekarang menjadi 35 persen. Penggunaannya berlaku per hari ini (1/2). “Dibandingkan mandatory biodiesel di seluruh dunia, Indonesia merupakan negara yang tingkat pencam-purannya konsisten dalam tujuh tahun terakhir, bahkan mencapai 36 persen dari capaian realisasi energi baru dan terbarukan dalam bauran pada 2021,” ujar Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di acara Energy Corner Special B35 Implementation bertajuk B35 untuk Ketahanan dan Kemandirian Energi Menuju Transisi Energi yang Merata dan Berkeadilan di Jakarta kemarin (31/1). Airlangga menyebutkan, implementasi kebijakan B35 diharapkan dapat menghemat devisa sebesar USD 10,75 miliar atau berkisar (Rp 161,2 triliun. Selain itu, meningkatkan nilai tambah hilir sawit sebesar Rp 16,76 triliun. Serta, mengurangi (emisi gas rumah kaca sebanyak 34,9 juta ton CO2. Menurut Arlangga, man- datory biodiesel merupakan salah satu strategi untuk merespons pembatasan demand minyak sawit di pasar global dengan meningkatkan serapan dalam negeri. “Implementasi program B35 tidak akan mengganggu pasokan minyak goreng untuk konsumsi dalam negeri. BPDP-KS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) sudah menjamin ketersediaan di dalam negeri mencukupi. Pasokan sudah ditingkatkan,” tegasnya. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan program bahan bakar nabati jenis biodiesel dengan persentase 35 persen telah lolos uji. “Kami sudah lakukan dua-duanya, kami lakukan uji B35. Kami juga lakukan uji B40,” ujar Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana. Sementara itu, Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofu-el Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan menegaskan, produsen sudah sanggup memenuhi jumlah alokasi B35 tahun ini. “Volume yang kami produksi sampai hari ini, kapasitas produksinya 17,5 juta kl. Jumlah alokasi B35 untuk 2023 itu sekitar 13 juta kl. Teorinya ini cukup un-tukmendukungprogramB35,” ungkapnya.
BERITA BIOFUEL
Kompas.com | Rabu, 1 Februari 2023
Kapasitas Mesin MotoGP Bakal Dikurangi dan Pakai Biofuel
Dalam beberapa bulan ke depan, asosiasi pabrikan (Motor Sport Manufacturer Association) bersama Dorna Sports akan menyepakati regulasi MotoGP buat tahun 2027-2031. Dilansir dari Speedweek (1/2/2023), Dorna Sports kabarnya telah memiliki poin-poin peraturan yang akan dijadikan pembahasan dalam regulasi tersebut. Dalam proposal yang bakal diajukan Dorna akan mengatur sejumlah ketentuan. Di antaranya larangan penggunaan perangat ride height adjuster, pembatasan pengujian terowongan (aerodinamika), hingga penolakan tegas terhadap mesin hybrid. CEO Dorna Sports Carmelo Ezpeleta, mengatakan, penggerak hybrid bukanlah solusi yang layak untuk sepeda motor balap, karena alasan bobot dan ruang. Dengan adanya tambahan baterai, motor jadi semakin berat, dan tentunya butuh tempat untuk menaruhnya. “Bukan rahasia lagi bahwa kami menentang (digunakannya) penggerak hybrid di kelas MotoGP,” ucap Ezpeleta, dikutip dari Speedweek. Meski begitu, Dorna tetap memperbolehkan penggunaan winglet di motor MotoGP. Selain itu, Dorna juga masih terbuka terhadap ide-ide pengembangan mesin lainnya. Salah satunya, seperti kemungkinan mengurangi kapasitas mesin dari yang ada saat ini, yaitu 1.000 cc. Hingga penggunaan bahan bakar biofuel buat motor MotoGP. “Diharapkan bahan bakar sintetik akan mengurangi output mesin hingga 10 persen. Apakah kapasitas mesin akan dikurangi dari 1.000 cc? Peluang itu masih terbuka. Dan saya pikir kita seharusnya (pabrikan) tak berjuang untuk mendapatkan lebih banyak tenaga,” ucap Ezpeleta. “Ada yang mendukung pengurangan kapasitas mesin, ada pula yang menentangnya. Masih harus dilihat apakah kita bisa menemukan solusinya. Di Dorna, kami tidak memberikan saran nyata untuk pengurangan kapasitas mesin,” kata dia.
CNNIndonesia.com | Rabu, 1 Februari 2023
Biodiesel B35 Berlaku 1 Februari, Gaikindo Singgung Tak Sesuai Euro 4
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyinggung bahan bakar minyak (BBM) Biodiesel 35 (B35) yang belum sesuai standar emisi Euro 4. Standar emisi itu telah diberlakukan di dalam negeri bagi kendaraan diesel di Indonesia sejak April 2022. “Mulai 2022, sesuai ketentuan KLHK, kendaraan yang diproduksi di Indonesia harus sudah memenuhi standarisasi Euro 4 termasuk dari sisi bahan bakar dan emisi buangnya,” kata Ketua Gaikindo Yohannes Nangoi di Talkshow “Implementasi B35” di Jakarta, Selasa (31/1), diberitakan Antara. Menurut Nangoi saat ini setiap tahun 230 ribu sampai 300 ribu kendaraan diesel terjual di dalam negeri. Ini diambil dari rata-rata penjualan kendaraan diesel yang mewakili 23 persen total penjualan kendaraan roda empat di Indonesia. “Maka dalam 5 sampai 6 tahun, sebanyak sekitar 3 juta kendaraan berbahan bakar Solar, yang seharusnya diganti dengan B35, akan perlu menerapkan standar Euro 4,” kata Nangoi. Dia juga mengungkap selain B35 belum memenuhi standar Euro 4, negara-negara lain saat ini cuma menerapkan B10. Prinsipal produsen otomotif disebut sempat enggan memberi jaminan kepada Indonesia, yang dikatakan bisa merugikan konsumen. Walau begitu dia mengakui uji coba B35 di Indonesia menunjukkan kendaraan bisa dioperasikan bahkan di daerah dingin. Namun dia mengingatkan kandungan airnya tetap perlu dikontrol. “Dengan kandungan air yang berpotensi ada di bahan bakar B35, otomatis servis kendaraannya perlu dipikir secara detail, misalnya apakah perlu pengurasan dan lainnya,” jelas dia. B35 merupakan biodiesel campuran bahan bakar nabati berbasis minyak kelapa sawit sebanyak 35 persen dengan Solar 65 persen. Pemerintah akan menerapkan pemakaian B35 mulai 1 Februari 2023, ini menggantikan B30 yang sebelumnya diterapkan.
Sawitindonesia.com | Rabu, 1 Februari 2023
Mandatori Biodiesel B35, Ketahanan dan Kemandirian Energi
Pemerintah terus mendorong penggunaan energi baru terbarukan, demi mencapai ketahanan dan kemandirian energi menuju transisi energi yang merata dan berkeadilan. Sebagai salah satu produsen terbesar minyak sawit (CPO), Indonesia pada tahun 2008 mulai melakukan pencampuran Biodiesel sebesar 2,5% dan sejak tahun 2014 secara konsisten menerapkan program mandatori biodiesel. Biodiesel merupakan campuran antara bahan bakar nabati (BBN) berbasis minyak sawit dengan bahan bakar minyak diesel. Selama kurun waktu 7 (tujuh) tahun terakhir, tingkat pencampuran biodiesel terus ditingkatkan dari 10% (B10) pada tahun 2014, 15% (B15) pada tahun 2015, 20% (B20) pada tahun 2016, dan 30% (B30) pada tahun 2020. Sebagai salah satu wujud nyata komitmen Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim, mulai 1 Februari 2023, tingkat campuran mandatori biodiesel kembali dinaikkan menjadi 35% (B35). Kebijakan B35 diharapkan dapat menyerap 13,15 juta kilo liter biodiesel bagi industri dalam negeri. Implementasi kebijakan juga diperkirakan akan menghemat devisa sebesar 10,75 miliar USD dan meningkatkan nilai tambah industri hilir sebesar Rp 16,76 Triliun. Kebijakan B35 diproyeksikan akan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 34,9 juta ton CO2. Di tahun 2022 dengan implementasi B30, telah disalurkan biodiesel sebesar lebih dari 10,5 juta kiloliter (kL). Hal ini dapat menghemat devisa sekitar US$ 8,34 miliar atau setara lebih dari Rp 122 triliun dan pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sekitar 27,8 juta ton CO2. Berbagai persiapan sudah dilakukan untuk implementasi B35 yang meliputi aspek teknis, kecukupan pasokan, penyesuaian infrastruktur pendukung dan pendanaan. Sehingga diharapkan pada 1 Februari 2023, Mandatori B35 siap diimplementasikan pada seluruh sektor. Sebelum diterapkan pada Rabu, 1 Februari 2023, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bersama Kementerian ESDM dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit menyelenggarakan talkhow Energy Corner Special dengan tema Implementasi Mandatori Biodiesel B35 pada Selasa, 31 Januari 2023. Acara talkshow membahas program dan tujuan biodiesel B35, menghadirkan narasumber kompeten di bidangnya yaitu Dirjen EBTKE Dadan Kusdiana, Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Alfian Nasution, Direktur Utama BPDPKS Eddy Abdurrachman, Ketua APROBI Paulus Tjakrawan, dan Ketua Umum GAIKINDO Yohanes Nangoi. Menteri Koordinator Ekonomi RI, Airlangga Hartarto hadir memberikan keynote speech.
https://sawitindonesia.com/
Investor.id | Rabu, 1 Februari 2023
Mengimplementasikan Program B30-35 secara Total
Permasalahan pengeluaran dana besar yang diutarakan oleh manajemen Pertamina Patra Niaga (PPN) terkait imbas implementasi program B35 adalah masuk akal atau rasional. PPN yang merupakan anak perusahaan atau sub holding dari Holding BUMN Migas PT Pertamina mengklaim mengeluarkan dana tambahan sejumlah Rp 110 untuk setiap liter B35. Pembengkakan biaya itu baru terjadi pada program B35 dan disampaikan oleh Direktur Utama PPN Alfian Nasution dalam acara Energy Corner Special B35 Implementation di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada 31 Januari 2023. Artinya, terdapat tambahan biaya per liter sekitar Rp 110 untuk mempersiapkan B35 dengan baik, menggunakan konsep yang aman dan tingkat pengendalian kualitas (quality control) yang tinggi. Perlu diketahui oleh masyarakat atau publik dan masyarakat konsumen secara khusus, bahwa pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memang sedang melancarkan program Bioenergi melalui produk biodiesel sebagai langkah antisipasi lonjakan harga minyak dunia serta menekan impor solar. Selain itu, program tersebut juga disasarkan untuk meningkatkan capaian pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT). Salah satu program di awal, yaitu Solar B30 (Biodisel 30) yang merupakan campuran 30% fatty acid methyl ester (FAME) dan 70% solar yang telah berjalan sejak tahun 2016.
B30, B35 Mirip Power Wheeling?
Apakah itu produk FAME? Tidak lain adalah produk olahan yang berasal dari minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). Minyak FAME berasal dari minyak nabati mentah yang kaya akan fatty acid (asam lemak) dengan kadar 61-62% dan saat ini digunakan sebagai bahan campuran biodiesel. FAME adalah bahan turunan dari CPO yang telah melalui proses pengolahan secara fisika dan kimia. Jenis Biosolar-35 (B35) merupakan campuran bahan bakar nabati berbasis minyak kelapa sawit sejumlah 35% berbentuk FAME dan 65% lainnya merupakan BBM jenis solar yang implementasinya akan efektif pada 1 Februari 2023. Kebijakannya diatur melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri ESDM Nomor 32 Tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain. Tujuan dari kebijakan EBT melalui program Biodiesel jenis Biosolar-30 ini, adalah memenuhi sasaran (target) 23% kontribusi EBT dalam total energi campuran (mix energy) tahun 2025. Program bioenergi ini dijalankan dengan mencampurkan bahan nabati (tumbuh-tumbuhan) dengan bahan fosil, salah satunya melalui peningkatan nilai tambah melalui hilirisasi industri kelapa sawit (bisa juga dengan komoditas lain). Namun demikian, sebagaimana yang diungkapkan dirut PPN, pada program B30 tidak ada kesulitan berarti yang dihadapi dalam mempersiapkannya. Sementara, pada program B35, terdapat batas kemampuan injeksi di terminal otomatis (automation terminal) PPN yang harus ditingkatkan (upgrade) total proses pencampuradukannya di dalam pabrik. Dengan infrastruktur yang tersedia saat ini, maka pembengkakan biaya tentu disebabkan oleh tidak sesuainya (compatible) infrastruktur mulai dari proses masukan berasal dari hulu, yaitu CPO untuk mendukung implementasi B35 ini. Salah satu yang disebutkan oleh dirut PPN, yaitu sistem pencampuradukannya (blending system) melalui pipa yang diklaim paling aman dan terbaik sehingga kemungkinan B35 tercampur air sangat minim. Meskipun demikian, manajemen PPN menegaskan bahwa secara korporasi tetap berkomitmen dalam program B35 dengan mempersiapkan pembangunan tangki berkapasitas 50 ribu KL fatty acid methyl esters (FAME) baru. Lalu, apakah Bahan Bakar Minyak Biosolar (BBM-Bio) jenis B35 yang akan resmi beredar ke masyarakat konsumen nanti di pasaran bukan merupakan bio solar bersubsidi? Sebab, saat ini, harga BBM solar subsidi adalah Rp 6.800 per liter dan jenis B35 terdapat biaya tambahannya. Jika bukan biosolar bersubsidi, maka perkiraan harganya akan mencapai lebih dari Rp10.000 per liter. Pertanyaannya, apakah akan dibebankan ke konsumen atau juga akan disubsidi pemerintah? Pada posisi inilah peran dan dukungan strategis pemerintah melalui Direktorat Jenderal EBTKE sangat dibutuhkan agar tidak ditempatkan pada posisi yang pro korporasi swasta minyak sawit. Oleh karena itu, posisi pemerintah dalam kebijakan EBT ini merupakan otoritas yang memberikan penugasan (mandatory) kepada BUMN harus mempersiapkan alokasi anggaran yang memadai. Tidak berbeda dengan apa yang terjadi dengan penggunaan jaringan PLN yang akan dipakai oleh perusahaan pembangkit swasta (Independent Power Producer/IPP), maka B35 juga akan memberatkan posisi struktur biaya pokok produksi (HPP) BUMN yang ditugaskan. Sedangkan pihak swasta yang menumpang seperti benalu di tumbuh-tumbuhan menikmati hasil di hulunya (sebagai pemilik pembangkit serta pemilik kebun sawit dan CPO) sebagai keuntungan orang per orang atau sekelompok orang/korporasi swasta di satu sisi. Di sisi yang lain, hilirnya justru merugikan BUMN sebagai entitas ekonomi untuk mewujudkan kemakmuran bersama.
https://investor.id/opinion/
Beritasatu.com | Rabu, 1 Februari 2023
Bioiesel B35 Butuh Peningkatan Fasilitas Blending dan Pembiayaan
Program biodiesel sebesar 35% atau program B35 yang resmi diberlakukan Rabu (1//2/2023) membutuhkan peningkatan infrastruktur kapasitas fasilitas pencampuran (blending) dan modifikasi sistem. Sementara modifikasi terminal BBM (TBBM) untuk pencampuran B35 perlu biaya tidak sedikit sehingga perlu mendapat perhatian. “Program B35 bagus, tapi hal lain yang perlu jadi perhatian yaitu ketersediaan fasilitas pencampuran (blending) dan penyimpanan biodiesel. Fasilitas yang ada sekarang hanya cukup untuk menjalankan program B30,” kata Anggota Dewan Energi Nasional, Eri Purnomohadi, Rabu (1/2/2023). Eri mengungkapkan berdasarkan hasil kunjungan kerja ke beberapa terminal BBM milik Pertamina, modifikasi terminal BBM yang mencampur dan menyimpan biosolar perlu perhatian khusus. “Terkait program B35, perlu dukungan untuk pengembangan, peningkatan kapasitas, modifikasi sistem dan infrastruktur. Ini diperlukan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu perlu bantuan dana pemerintah (Kementerian Keuangan) untuk keandalan sistem dan infrastruktur agar keberhasilan program B35 dapat tercapai sesuai target,” kata Eri. Menurut dia, program B35 sangat vital mendukung pencapaian bauran energi nasional sebesar 23% pada 2025. “Kebutuhan infrastruktur penunjang BUMN untuk keberhasilan proram bauran energi nasional melalui program B30 ke B35 sangat nyata,” ungkap Eri. Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, mengakui program B35 berdampak pada peningkatan kebutuhan fasilitas blending dan penyimpanan. Untuk itu saat ini pemerintah sedang mengkaji opsi untuk membantu badan usaha dalam penyediaan fasilitas dan infrastruktur penunjang B35. “Iya kita lagi berdiskusi untuk hal ini. Dulu pernah pada 2015 menyediakan tangki timbun di TBBM melalui APBN,” katanya di Jakarta, Rabu (1/2/2023). Pemerintah optimistis program B35 mendapat respons positif seperti program pendahulunya, yaitu B30 dalam berbagai aspek indikator ekonomi, sosial, dan lingkungan. Total alokasi pengadaan B35 pada 2023 mencapai 13,15 juta kiloliter. Melalui implementasi B35 tersebut, diperkirakan akan menghemat devisa US$ 10,75 miliar dan memberikan nilai tambah industri sawit Rp 16,76 triliun. Kebijakan B35 diperkirakan akan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar US$ 34,9 juta ton C02.
Kontan.co.id | Rabu, 1 Februari 2023
Gapki Sebut Penerapan B35 Tak Ganggu Aktivitas Ekspor Sawit dan Pasokan Minyak Goreng
Keputusan pemerintah menjalankan program biodiesel B35 mulai Awal Februari 2023 ini dipastikan tidak akan berdampak pemenuhuan kebutuhan ekspor dan minyak goreng. Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengatakan, meski ada peningkatan campuran minyak sawit menjadi 35%, hal tersebut tidak akan menggerus kuota ekspor sawit dan turunannya. Sebab produksi sawit di Indonesia lebih dari cukup untuk kebutuhan B35 maupun aktivitas ekspor para pelaku industri sawit. “Jadi kondisi masih aman,” kata Eddy pada Kontan.co.id, Rabu (1/2). Eddy menambahkan kebijakan B35 juga tidak akan mengganggu pasokan bahan baku untuk minyak goreng. Karena jumlah sawit yang berlebih, ia juga beranggapan saat ini aturan untuk pembagian jatah untuk program B35 maupun minyak goreng belum urgent untuk dikeluarkan. “Saya rasa belum perlu, sebab masih sangat mencukupi,” jelas Eddy. Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdalifah Mahmud mengatakan, pelaksanaan mandatori biodiesel B35 ini telah dimulai dengan kerjasama yang sangat baik dari seluruh pemangku kepentingan, yang tercermin dari suksesnya uji jalan pada tahun 2022 yang lalu. “Penyaluran biodiesel yang akan kita selenggarakan B35 ini diperkirakan sebesar 13,15 juta liter,” kata Musdalifah dalam Energy Corner Special B35, Rabu (1/2). Dengan implementasi ini, artinya ada penyerapan yang lebih banyak dari produksi kelapa sawit ke B35. Maka, diharapkan mampu menambah kesejahteraan masyarakat yang bergantung ke ekosistem kelapa sawit. “Ada 16,3 juta hektare yang ditanami oleh kelapa sawit dan sekitar 16 juta rakyat kita tergantung dari adanya ekonomi kelapa sawit,” katanya.