Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia: Produksi Biodiesel pada 2020 Lebih dari 11,62 Miliar Liter
Beritasatu.com | Minggu, 3 Oktober 2021
Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia: Produksi Biodiesel pada 2020 Lebih dari 11,62 Miliar Liter
Ketua Bidang Marketing Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), Irma Rachmania menyebut produksi biodiesel Indonesia pada 2020 lebih dari 11,62 miliar liter. Pada 2020, Indonesia juga berhasil menghemat devisa sebesar Rp 63,4 triliun dan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 14,34 juta ton CO2. “Produksi biodiesel Indonesia pada 2020 sudah lebih dari 11,62 milyar liter” kata Irma saat berbicara di depan siswa, guru dan generasi muda dalam kegiatan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Palm Oil Edu Talk, Minggu (3/10/2021). Irma mengatakan di Indonesia terdapat banyak tanaman sumber bahan baku biodiesel seperti kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, nyamplung, kelor dan kemiri sunan. “Namun, kenapa kita mayoritas menggunakan kelapa sawit? Karena kita kaya akan pasokan minyak sawit. Kita harus mengoptimalkan sumber daya yang kita miliki,” ujar Irma. Program B30 juga menyerap lebih dari 1 juta pekerja di sektor hulu dan juga dapat meningkatkan pendapatan petani. “Dengan kita menggunakan biodiesel yang berasal dari kelapa sawit, maka itu juga membantu kelangsungan hidup dari para petani kelapa sawit,” tegas Irma. Lalu, apa hubungannya biodiesel dengan siswa dan generasi milenial? “Kita ingin berbagi informasi, bahwa minyak sawit tidak hanya untuk makanan, tetapi juga sumber energi. Indonesia sekarang bahan bakarnya sudah lebih baik,” ujar Irma. “Kita tidak hanya membeli minyak solar saja, tetapi juga dalam minyak solar ini ada minyak kelapa sawitnya supaya kita meningkatkan kebanggaan siswa, generasi muda dan masyarakat Indonesia bahwa kita nomor satu di dunia untuk produsen biodiesel.” Menurut Irma, masyarakat dan generasi muda seharusnya dapat bangga saat mengetahui bahwa Indonesia merupakan negara pertama di dunia yang sudah mencampurkan energi terbarukan ke dalam minyak solar mencapai 30 persen melalui biodiesel B30. Sementara, di negara-negara lain seperti Argentina, Brazil, hingga Amerika Serikat masing-masing baru memasuki B10, B12, dan B20. “Ternyata, di tahun ini, kita sudah berhasil hampir tidak impor minyak solar lagi. Karena sudah dicukupi oleh biodiesel yang menggantikan minyak solar. Biodiesel B30 adalah bahan bakar yang berasal dari campuran minyak sawit 30 persen dan minyak solar 70 persen,” ujar Irma. Irma mengatakan biodiesel tidak hanya berhenti pada B30 saja, tetapi akan terus dikembangkan, baik dari bahan baku maupun teknologi. Produksi B30 pada 2021 diproyeksi sekitar 9,2 juta kiloliter atau setara dengan 57,86 juta barel dari 20 produsen di Indonesia. Penggunaan B30 pada 2021 diperkirakan akan mengurangi emisi gas rumah kaca mencapai 24,6 juta ton CO2. Jumlah ini mencapai 7,8 persen dari target capaian energi terbarukan untuk 2030. “Saat ini minyak kelapa sawit dapat diolah menjadi green diesel pengganti minyak solar, green gasoline pengganti bensin, dan bioavtur pengganti avtur fosil yang sudah masuk pada tahap uji terbang, dan juga dari kelapa sawit, cangkangnya bisa menjadi biomass sebagai bahan baku biomassa pembangkit listrik,” demikian Irma.
Investor.id | Sabtu, 2 Oktober 2021
Generasi Muda Didorong Kaji Aspek Ilmiah Kelapa Sawit
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi D.I Yogyakarta menggelar kegiatan Palm Oil Edutalk dengan tema Kupas Tuntas Mitos dan Fakta Kelapa Sawit. Acara ini bertujuan untuk menyampaikan promosi positif kelapa sawit pada insan Pendidikan. “Mungkin selama ini yang menarik mitosnya, tetapi fakta tentang kelapa sawit itu yang perlu diketahui bersama,” kata Ketua PGRI D.I Yogyakarta, Kadarmanta Baskara Aji saat menyampaiikan sambutan secara virtual tersebut dari Yogyakarta pekan lalu. Baskara menyampaikan agar para Guru dan Siswa dapat memanfaatkan momentum ini untuk mengetahui secara mendalam tentang fakta objektif kelapa sawit. “Selama ini sangat banyak informasi yang di dapat para Siswa dan Guru tentang kelapa sawit yang itu kemungkinan besar ada informasi yang salah. PGRI DIY sangat mendorong diselenggarakannya acara ini agar tidak ada salah persepsi terhadap perkebunan dan pemanfaatan kelapa sawit,” kata Baskara. Disampaikan Baskara, faktanya, kelapa sawit merupakan komoditas yang memberikan devisa bagi negara dan memberikan dorongan besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. “Dan juga PDRB yang tentu akan membuat kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik” ungkap Baskara. Baskara mengimbau siswa/i yang berperan dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dapat dikenalkan dengan perkebunan dan industri kelapa sawit agar bisa menyosialisasikan informasi positif kelapa sawit di lingkungan sekolah sehingga semua peserta didik memiliki persepsi yang benar tentang kelapa sawit.
Wakil Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga D.I Yogyakarta, Suherman mengaku senang dan mengapresiasi penuh atas berlangsungnya kegiatan ini. “Diharapkan melalui kegiatan ini, para siswa sebagai generasi muda bisa mendapatkan informasi yang detil dan ilmiah tentang kelapa sawit sehingga dapat tumbuh kembang pemikiran-pemikiran baru pengelolaan potensi kekayaan alam Indonesia,” ujar Suherman dalam sambutannya. Suherman menyampaikan pula bahwa Bapak/Ibu guru dapat berperan menjadi motivator dan PGRI sebagai fasilitator, sementara siswa dapat menerima dengan baik informasi tentang sawit yang objektif. Sehingga menjadi satu sinergi yang sangat baik sekali. Senada dengan hal ini, Wakil Ketua PGRI D.I Yogyakarta, Sudarto, mendukung apabila nantinya informasi tentang kelapa sawit dapat menjadi bagian dari kurikulum pembelajaran di instansi pendidikan. “Seandainya tidak memungkinkan dalam artian khusus kelapa sawit, materi tersebut nantinya bisa menjadi suplemen dalam mata pelajaran tertentu. Kita sesuaikan dengan ciri khas mata pelajaran masing-masing di tingkat sekolah,” kata Sudarto. Selain itu, Sudarto juga mengungkapkan, informasi tentang sawit dalam bentuk infografis sederhana maupun banner juga dapat dipasang di lingkungan sekolah sebagai bentuk dukungan kampanye positif kelapa sawit. Meskipun berkontribusi besar terhadap kehidupan masyarakat dunia dan perekonomian nasional, kelapa sawit masih saja menghadapi banyak tantangan. Selain persaingan ekonomi global, maraknya isu-isu negatif dan belum dipahaminya manfaat kelapa sawit secara menyeluruh menjadi tantangan yang harus segera diselesaikan di dalam negeri. Tidak hanya berdampak pada munculnya persepsi negatif di masyarakat awam, stigma negatif sawit ini secara terstruktur juga menyasar generasi muda dan peserta didik di sekolah. Dalam kegiatan ini, sebagai upaya menyampaikan fakta objektif tentang kelapa sawit, BPDPKS menghadirkan nara sumber dari praktisi kelapa sawit yaitu Plt. Direktur Kemitraan BPDPKS Edi Wibowo, Bidang Sustainability Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Bandung Sahari, Bidang SDM dan Internasional DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Djono Albar Burhan, CSR Officer PT Sinarmas Agribusiness and Food Donni Indra, serta Ketua Bidang Pemasaran Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) Irma Rachmania.
https://investor.id/business/
BERITA BIOFUEL
Gatra.com | Sabtu, 2 Oktober 2021
Jejak Panjang Penelitian Green Avtur Sebelum Mengantar Terbang Pesawat CN235-220
Uji Bioavtur Jet Avtur J2.4 (J2.4) buatan Indonesia telah dilakukan lewat dua kali penerbangan dengan pesawat CN235-220 milik PT Dirgantara Indonesia. Proses uji bahan bakar pesawat terbang dengan campuran 2,4 persen minyak sawit itu disebut berjalan lancar dan aman sesuai harapan. Penggunaan bioavtur tersebut sejalan dengan komitmen dalam COP ke-21 di Paris, Indonesia telah menargetkan penurunan emisi sebesar 29% pada tahun 2030, termasuk didalamnya adalah kontribusi dari sektor energi dan transportasi. COP singkatan Conference of Parties, pertemuan tahunan yang menjadi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim. Total 195 negara tergabung dalam konferensi ini. Pemanfaatan green avtur di Indonesia, sesuai amanat Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015. Pemanfaatan green avtur harus segera diaplikasikan terutama untuk penerbangan internasional yang telah mensyaratkan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) dalam dalam rangka penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Sebelum mengantar terbang pesawat CN235-220, green avtur melalui serangkaian test, seperti pengujian statis (test cell), menggunakan engine CFM56-3 dengan 2 variasi bahan bakar antara lain Jet A-1 dan Bioavtur J2.4. Untuk keperluan pengujian, telah diproduksi Bioavtur 2,4% (J2.4 stock on spec) sebanyak 20 kilo liter, yang menggunakan pengolahan Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO)/minyak sawit) di unit TDHT (Treated Distillate Hydro Treating) Refinery Unit (RU) IV Cilacap, Jawa Tengah. “Terima kasih kepada Garuda Maintenance Facility untuk fasilitas pengujian bioavtur, yang akan diteliti bersama teman-teman dari ITB, terima kasih juga kepada BPDPKS untuk dukungan pengujian bioavtur J2.4. Semoga pengujian ini berjalan lancar dan kita bisa tingkatkan pengujian ini ke tahap berikutnya, untuk mendukung pemanfaatan bahan bakar nabati di sektor transportasi penerbangan,” kata Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan dan EBTKE, Haryanto, pada sambutannya pada kegiatan Kunjungan Lapangan Pengujian Statis (Test Cell) Bioavtur J2.4 di Garuda Maintenance Facility (GMF) Aerosia.
Pengujian tahap dua untuk bahan bakar bioavtur J2.4 dilakukan sebanyak 3 cycle. Tiap cycle meliputi beberapa kondisi antara lain ground idle, flight idle, accel dan melihat nilai dari beberapa parameter seperti density (panas yang ditimbulkan mesin), vibrasi mesin, oil pressure, dan performance. Nilai tersebut dibandingkan dengan hasil penggunaan Jet A-1 dengan nilai limitasi yang diberikan oleh manufaktur mesin. Sebelum dilakukan engine test cell, terlebih dahulu dilakukan uji karakteristik bahan bakar yang akan digunakan. Uji statis mesin (engine test cell) tahap pertama telah dilaksanakan pada 22-23 Desember 2020 lalu, menggunakan campuran bahan bakar bioavtur 2% (J2) pada Engine CFM56. Bahan bakar Jet A1 yang digunakan sebanyak 10.900 liter dan green avtur J2 sebanyak 9.000 liter. Kegiatan pengujian statis tahap kedua di Garuda Maintenance Facility dihadiri oleh VP Engine Maintenance PT GMF Aero Asia, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalustrikan dan EBTKE, Kementerian ESDM,Asdep Migas, Pertambangan dan Petrokimia Kemenkoperekonomian, perwakilan dari Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara DKUPPU, Kementerian Perhubungan, Direktorat Teknik dan Lingkungan Migas KESDM, PPTMGB Lemigas, BPDPKS, ITB, SKK Migas, perwakilan PT Pertamina (KPI, Pertamina Aviasi, RTI), PT Dirgantara Indonesia, PT Garuda Indonesia, dan PT Citilink Indonesia. VP Engine Maintenance PT GMF Aero Asia, Jatmiko Herlambang Putra, mengatakan bahwa fasilitas pengujian atau test cell ini sudah ada sejak tahun 1985, dan telah menggunakan berbagai mesin (engine). Sampai sejauh ini masih bisa dikembangkan untuk engine-engine generasi berikutnya. Fasilitas test cell di GMF dapat melakukan tes hingga 100.000 pound, rata-rata 100 engine per tahun. “Kami merasa terhormat untuk dapat berperan dalam pengujian bioavtur ini, beberapa engine yang saat kita punya untuk test cell ini adalah series FM, DES 3, DES 5, DES 7 beberapa APU (Auxiliary Power Unit) termasuk juga APU untuk pesawat besar seperti untuk airbus 730. Mudah-mudahan pengujian ini nantinya dapat berjalan baik dan akhirnya dapat meningkatkan kemandirian energi, terutama kombinasi antara penggunaan avtur dengan kelapa sawit”, ungkap Jatmiko.
Keseluruhan pengujian ini akan menjadi data penting untuk mendapatkan persetujuan melakukan uji terbang dengan meminta masukan dari Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Setelah pelaksanaan uji statis, akan dilakukan uji terbang yang menggunakan pesawat bermesin turboprop CN-235-220 milik PT. Dirgantara Indonesia (DI). Rencana tersebut telah didiskusikan pada workshop yang dilaksanakan Direktorat Bioenergi pada 14 April 2021 lalu. Bahwa PT DI sangat mampu dalam melakukan eksekusi uji terbang dan analisa data pengujian. Pesawat CN-235-220 yang akan digunakan pada uji terbang beregistrasi militer sehingga perlu dilakukan kerja sama yang harmonis antara Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA) dan DKPPU dalam proses uji terbang. Pesawat CN235-220 yang digunakan untuk uji terbang tersebut tangki pada sayap kanan diisi dengan Jet A1, dan tangki pada sayap kiri diisi dengan Bioavtur J2.4. Sebelum uji terbang, dilakukan uji di darat (ground run) untuk melihat efek penggunaan Bioavtur J2.4. Pesawat uji coba terbang menjalani take off dari bandara Husein Sastranegara Bandung dan landing di bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.
Investor.id | Minggu, 3 Oktober 2021
Ciptakan Energi Terbarukan, Indonesia Jadi Produsen Nomor Satu Biodiesel
Masyarakat dan generasi muda seharusnya bisa bangga saat mengetahui bahwa Indonesia merupakan negara pertama di dunia yang sudah mencampurkan energi terbarukan ke dalam minyak solar mencapai 30% melalui Biodiesel B30. Sedangkan di negara-negara lain seperti Argentina, Brazil, hingga Amerika Serikat masing-masing baru memasuki B10, B12, dan B20. Hal ini disampaikan Ketua Bidang Marketing Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), Irma Rachmania saat berbicara di depan siswa, guru dan generasi muda dalam kegiatan BPDPKS Palm Oil Edu Talk Yogyakarta. “Ternyata, di tahun ini, kita sudah berhasil hampir tidak impor minyak solar lagi. Karena sudah dicukupi oleh biodiesel yang menggantikan minyak solar. Biodiesel B30 adalah bahan bakar yang berasal dari campuran minyak sawit 30% dan minyak solar 70%” kata dia dalam keterangannya Minggu (3/10/2021). Dengan kondisi tersebut, sambung Irma, pada tahun 2020 Indonesia berhasil menghemat devisa sebesar Rp63,4 triliun dan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 14,34 juta ton CO2. “Produksi biodiesel Indonesia pada 2020 sudah lebih dari 11,62 miliar liter” kata Irma. Diungkap Irma, di Indonesia terdapat banyak tanaman sumber bahan baku biodiesel seperti Kelapa Sawit, Kelapa, Jarak Pagar, Nyamplung, Kelor, dan Kemiri Sunan. Tapi, kenapa kita mayoritas menggunakan kelapa sawit karena kita kaya akan pasokan minyak sawit. “Kita harus mengoptimalkan sumber daya yang kita miliki,” ujar Irma. Program B30 juga menyerap lebih dari 1 juta pekerja di sektor hulu dan juga dapat meningkatkan pendapatan petani. “Dengan kita menggunakan biodiesel yang berasal dari kelapa sawit, maka itu juga membantu kelangsungan hidup dari para petani kelapa sawit,” tegas Irma. Lalu, apa hubungannya biodiesel dengan siswa dan generasi milenial? Dijelaskan Irma, “Kita ingin berbagi informasi, bahwa minyak sawit tidak hanya untuk makanan, tetapi juga sumber energi. Indonesia sekarang bahan bakarnya sudah lebih baik (ramah lingkungan- red) lho. Kita tidak hanya membeli minyak solar saja, tetapi juga dalam minyak solar ini ada minyak kelapa sawitnya nih. Supaya kita meningkatkan kebanggaan siswa, generasi muda dan masyarakat Indonesia bahwa kita nomor satu di dunia untuk produsen biodiesel” Untuk ke depannya, dikatakan Irma, biodiesel tidak hanya berhenti pada B30 saja, tetapi akan terus dikembangkan, baik dari bahan baku maupun teknologi. Produksi B30 di tahun 2021 diproyeksi sekitar 9,2 juta kiloliter atau setara dengan 57,86 juta barel dari 20 produsen di Indonesia. Penggunaan B30 di tahun 2021 diperkirakan akan mengurangi emisi gas rumah kaca mencapai 24,6 juta ton CO2. Jumlah ini mencapai 7,8 % dari target capaian energi terbarukan untuk tahun 2030. Disampaikan Irma, saat ini minyak kelapa sawit dapat diolah menjadi green diesel pengganti minyak solar, green gasoline pengganti bensin, dan bioavtur pengganti avtur fosil yang sudah masuk pada tahap uji terbang. “Dan juga dari kelapa sawit, cangkangnya bisa menjadi biomass sebagai bahan baku biomassa pembangkit listrik,” tutup Irma.
Gatra.com | Minggu, 3 Oktober 2021
Catat! Ini Syarat dan Tenggat Pengadaan BBN Biodiesel Sawit Januari-Desember 2022
Pelaku industri minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) domestik menyatakan pemerintah harus mendorong peningkatan penggunaan biodiesel untuk menyelamatkan industri CPO. Apalagi pemerintah menjadikan biodiesel sebagai tonggak utama energi nabati. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono optimististis, kebijakan pemerintah terkait biodiesel tersebut akan membuat produksi CPO bakal terus diserap untuk ketahanan energi nasional. Sehubungan dengan proses pengadaan biodiesel Bahan Bakar Nabati (BBN) Jenis Biodiesel periode Januari-Desember 2022, pemerintah melalui Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konversi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM telah menentukan peryaratan yang harus dipenuhi Badan Usaha BBN. Badan Usaha BBN yang mengikuti pengadaan BBN Jenis Biodiesel harus menyampaikan persyaratan sesuai ketentuan Pasal 7 ayat (2) Peraturan Menteri ESDM Nomor 24 Tahun 2021 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel dalam Kerangka Pembiayaan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yang meliputi:
a. Bukti bahwa BBN Jenis Biodiesel yang diproduksi/disalurkan telah memenuhi standar kualitas atau spesifikasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan, berdasarkan hasil uji laboratorium independen yang terakreditasi minimal satu tahun terakhir. Adapun standar dan mutu yang digunakan sebagaimana telah ditetapkan dalam Kepdirjen EBTKE;
b. Surat pernyataan mengenai jaminan menyediakan BBN Jenis Biodiesel sesuai dengan kuota alokasi yang akan ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri secara berkesinambungan;
c. Surat pernyataan kemampuan produksi bulanan BBN Jenis Biodiesel; dan
d. Surat pernyataan jaminan menyediakan cadangan BBN Jenis Biodiesel.
Berkenaan dengan hal tersebut, Badan Usaha BBN yang mengikuti pengadaan BBN Jenis Biodiesel untuk melengkapi persyaratan dimaksud paling lambat tanggal 4 Oktober 2021. Informasi lebih lanjut dapat diunduh pada tautan di bawah ini: Persiapan Pengadaan BBN Tahun 2022
Jurnalpost.com | Sabtu, 2 Oktober 2021
Biodiesel 30 Naikkan Harga CPO Saat Pandemi?
Pada saat pandemi Covid-19 ini, perekonomian dunia di setiap sektor mengalami masalah yang cukup serius. Salah satu yang terkena dampak adalah perkebunan kelapa sawit. Industri-industri yang menggunakan bahan baku minyak kelapa sawit juga pasti akan mengurangi produksinya. Dampaknya, permintaan dunia akan minyak sawit juga menurun. Penurunan permintaan minyak sawit ini bisa dipastikan menekan harga tandan buah segar (TBS) dan crude palm oil (CPO). Kelapa sawit adalah komoditas yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan penghasil minyak makanan, minyak industri maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Kelapa sawit memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial. Sebagai salah satu komoditas ekspor pertanian terbesar Indonesia, membuat kelapa sawit mempunyai peran penting sebagai sumber penghasil devisa maupun pajak yang besar. Tentunya jika sektor ini terganggu, maka PDB Indonesia akan mengalami dampak yang cukup serius. Untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, saat ini pemerintah dan badan yang bergerak di setiap sektor harus mencari cara agar tetap bertahan dalam masa pandemi ini. Sektor perkebunan kelapa sawit salah satu yang berhasil bertahan. Saat pandemi justru harga CPO tidak turun. Hal itu dibantu juga karena program pemerintah yang dikenal sebagai B20, B30, Dan B40. Istilah bioenergi seperti B20, B30, B40 adalah program pemerintah yang mewajibkan pencampuran biodiesel dengan bahan bakar minyak jenis solar, yang menghasilkan produk biosolar. Program B20 mulai diberlakukan sejak Januari 2016 sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 12 tahun. B30 sendiri baru diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Senin, 23 Desember 2019. Namun B40 masih belum dilakukan uji coba karena terhalang pandemi Covid-19. Program ini sangat didukung pemerintah, karena Presiden sempat menyampaikan tiga alasan melakukan percepatan program B30. Pertama, sebagai upaya untuk melepaskan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Pernyataan ini juga didukung oleh Menteri ESDM yang melaporkan pada seminar virtual bahwa jumlah cadangan minyak bumi nasional sebesar 4,77 miliar barel. Apabila tidak dilakukan eksplorasi, cadangan tersebut akan habis dalam waktu dekat.
Alasan kedua, melepaskan Indonesia dari ketergantungan impor bahan bakar minyak dengan memanfaatkan bahan bakar nabati berbahan baku sawit. Alasan terakhir adalah menciptakan permintaan domestik akan CPO yang sangat besar. “Ini menimbulkan multiplier effect terhadap 16,5 juta petani pekebun kelapa sawit kita. Ini artinya Program B30 akan berdampak pada para pekebun yang selama ini memproduksi sawit” tegas Presiden. Sektor kelapa sawit dapat pertahan pasti ditandai dengan kenaikan produksi kelapa sawit. Hal ini juga berkaitan produksi kelapa sawit. Berdasarkan publikasi Direktorat Jendral Perkebunan tentang Statistic Perkebunan Indonesia Tahun 2018-2020 menyatakan bahwa produktivitas cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun namun relatif meningkat selama periode 2014-2020 dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 0,37% per tahun. Tentunya peningkatan produksi kelapa sawit harus dibarengi dengan penanganan yang tepat. Tingginya tingkat produksi digunakan sebagai bahan baku pada B20 dan B30. Dilansir di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral penggunaan kelapa sawit dalam program ini juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. volume penggunaan CPO saat program B20 dan B30 pada tahun 2018-2020 meningkat hingga 9,95 KL. Dengan peningkatan nilai tambah sampai 13,82 triliun. Hal lain yang mengakibatkan harga CPO naik adalah kuota ekspor yang meningkat setiap tahunnya. Namun permintaan pasar untuk komoditas kelapa sawit menurun. Akibatnya volume ekspor kelapa sawit menurun 7,52% menjadi 27,33ton pada tahun lalu. Yang membantu menopang tumbuhnya nilai ekspor CPO adalah naiknya harga cpo di pasar internasional. Walau sektor kelapa sawit mengalami penurunan harga CPO pada tahun 2018 dan 2019 yang masing-masing mengalami penurunan sebesar 17,81% dan 9,83%. Harga CPO kembali naik pada tahun 2020 hingga menyentuh nilai 1105 US$/MT. Harga CPO masih terus naik hingga September 2021, harga cpo mencapai 1.230 US$/MT. Direktur Industri Hasil Hutan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementerian Perindustrian, Emil Satria mengatakan kenaikan harga CPO Global juga berpengaruh pada realisasi kebijakan B30 nasional di samping juga dipengaruhi oleh harga minyak dunia yang yang paten kenaikannya rumit untuk diramalkan. maka program B30 yang dilakukan berdampak positif terhadap sektor kelapa sawit pada saat pandemi karena walaupun volume ekspor kelapa sawit menurun, namun berhasil ditopang oleh kenaikan harga ekspor CPO.
https://jurnalpost.com/
Gatra.com | Sabtu, 2 Oktober 2021
Petani Sawit Ingin Berpartisipasi Dalam Pengembangan Biodiesel
Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) menginginkan adanya kemitraan antara petani kelapa sawit dengan perusahaan yang terlibat dalam industri biodiesel untuk program B30 agar turut mendapatkan manfaatnya. Sekjen SPKS Mansuetus Darto dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, mengatakan selama ini belum ada kemitraan secara langsung antara petani swadaya dengan perusahaan biodiesel. Darto mengatakan selama ini petani kelapa sawit hanya menjual tandan buah segar (TBS) ke tengkulak dengan loss income sekitar 30 persen. Berdasarkan data Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) di empat Kabupaten di Provinsi Riau seperti Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Siak, Kabupaten Kampar, Kabupaten Rokan Hulu mengungkapkan bahwa setiap radius 5 km dari pabrik kelapa sawit yang menjadi bagian dari produksi biodiesel tidak menjalin kemitraan dengan skema yang jelas terhadap petani kelapa sawit. Mansuetus Darto pun meminta agar pemerintah sebaiknya mengevaluasi program B30 sebelum beralih ke B40. “Perlu ada evaluasi dari implementasi B30 saat ini dengan melihat manfaat kepada petani sawit ini sesuai dengan visi presiden, kita perlu melibatkan petani sawit swadaya dalam program ini. Jika dijalankan secara benar dan serius tentu Pak Presiden akan bangga kalau program biodiesel turut disukseskan oleh petani kecil,” katanya. Dia berharap ada komitmen yang nyata dari Kementerian Pertanian dan Kementerian ESDM untuk mendesain skema agar petani sawit bisa masuk dalam rantai pasok biodiesel di sisi hulu. Pemerintah saat ini tengah mengkaji kenaikan program mandatory biodiesel dari B30 ke B40. Sebagaimana diketahui, program ini menjadi salah satu strategi pemerintah untuk menekan impor solar serta bisa menghemat devisa negara. Sesuai dengan data dari Kementerian ESDM, sampai dengan tahun 2020 program biodiesel mampu menghemat devisa negara sebesar Rp63,39 triliun serta menjadi pasar baru yang bisa menampung sekitar 8 hingga 9 juta ton CPO produksi dalam negeri. Deputi IV Kepala Staf Kepresidenan, Juri Ardiantoro mengatakan bahwa pemanfaatan biodiesel bukan hanya mengantisipasi akan hilangnya energi yang berbasis fosil tetapi juga dalam konteks lingkungan. “Jangan sampai petani menjadi subordinasi dalam mata rantai biodiesel. Industri seperti ini tidak boleh mengabaikan kepentingan pemerintah secara umum yang bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat,” kata Juri.