B35 Sawit, Rawan Picu Kompetisi Pangan vs Energi

| News
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Mongabay.co.id | Rabu, 9 Agustus 2023

B35 Sawit, Rawan Picu Kompetisi Pangan vs Energi

Pemerintah memberlakukan program bauran bahan bakar minyak dengan 35% dari biodiesel sawit (B35) secara penuh awal Agustus lalu. Koalisi Transisi Bersih khwatir, program itu akan memicu kompetisi antara pemenuhan pangan dan energi ke depan. Koalisi Transisi Bersih adalah gabungan lembaga non pemerintah yang beranggotakan Sawit Watch, Satya Bumi, Green Peace Indonesia, Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi). Andi Muttaqien, Direktur Eksekutif Satya Bumi menilai, program B35 dapat memicu kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng. Dalam jangka panjang, katanya, program biodiesel ini diperkirakan menyerap pasokan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) lebih banyak ketimbang kebutuhan industri pangan. “Jika dihadapkan pada pilihan antara pangan dan energi, setok akan condong untuk kebutuhan yang menghasilkan nilai ekonomi lebih, dalam hal biodiesel. Maka catatan-catatan soal alternatif sumber, isi dan lain sebagainya menjadi penting,” katanya kepada Mongabay. Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (GAPKI), pada 2022, konsumsi CPO dalam negeri 20.968 juta ton. Dari besaran itu, 9.941 juta ton untuk pangan, 2.185 juta ton oleokimia (bahan kimia dari lemak dan minyak) dan 8.842 juta ton untuk biodiesel. Meski penggunaan CPO untuk pangan masih tertinggi, namun tren kebutuhan CPO untuk biodiesel diperkirakan terus meningkat signifikan. Andi menyebut, insentif pemerintah melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDKS), menjadi faktor pendorong pengusaha lebih tertarik memasok CPO untuk biodiesel. “Sejak program biodiesel wajib pada 2015, insentif yang dikucurkan pemerintah mencapai Rp109,96 triliun sampai 2021,” katanya. Achmad Surambo, Direktur Eksekutif Sawit Watch mengatakan, kompetisi antara kebutuhan pemenuhan pangan dan energi menjadi makin rentan karena belum ada peraturan jelas.  Ketika harga CPO naik, pengusaha akan mencari peluang yang lebih menguntungkan, yakni, investasi di sektor energi. “(Investasi energi) lebih untung, dapat subsidi lagi, jadi tidak akan rugi. Kalau industri pangan diserahkan pada pasar, kecuali minyak kita.” Karena itu, dia mendesak ada aturan jelas, transparan dan akuntabel terkait skema ekspor maupun pemenuhan kebutuhan pangan dan energi dalam negeri. Catatannya, pengaturan ini harus memperhatikan keberlanjutan hutan, dan melibatkan petani sebagai pelaku utama. Iqbal Damanik, pengkampanye hutan Greenpeace Indonesia menilai, selain mengancam ketahanan pangan, program B35 khawatir memicu deforestasi lebih luas di Indonesia. Makin tinggi kebutuhan CPO biodiesel, lahan yang diperlukan akan makin besar. Dia mengutip laporan berjudul “Risiko Kebijakan Biodiesel dari Sudut Pandang Indikator Makroekonomi dan Lingkungan” yang dalam simulasinya menyebut, B20 berkontribusi defisit lahan 338 hektar, B30 sebesar 5,25 juta hektar dari (akumluasi tahunan hingga 2025.  Sedangkan B50 mencapai 9,29 juta hektar atau setara 70% luas lahan sawit yang tersedia pada 2019. Bagi Iqbal, B35 bukan solusi mengatasi krisis iklim dan memenuhi bauran energi terbarukan. Kandungan minyak sawit dalam bahan bakar itu disebut berpotensi menambah luasan deforestasi di Indonesia, dan memiliki risiko tak selaras dengan upaya penurunan emisi. “Kalau pakai B35, masih berbasis sawit, itu butuh lahan besar. Makin tinggi ketergantungan biodiesel, makin butuh lahan baru.” Paulus Tjakrawan, Ketua Umum Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia (Aprobi) pernah membantah penilaian itu ketika menjadi pembicara dalam workshop Pangan vs Energi yang diselenggarakan Mongabay dan Yayasan Madani Berkelanjutan. Menurut dia, pengembangan program B50 memerlukan 13,29 juta ton minyak sawit. Rata-rata kebun sawit menghasilkan 3,25 juta ton per hektar pertahun. Secara keseluruhan,  B50 perlu lahan 4,28 juta hektar. “Dari B30 ke B50 diperlukan tambahan biodiesel 5,9 juta ton dan membutuhkan 1,6 juta hektar,” terang Paulus di penghujung 2021. “Namun saat ini tidak bisa dan tidak perlu menambah lahan, karena program intensifikasi dan dapat mengurangi ekspor.” Pada sektor pangan, dia contohkan, tahun 2020,  Indonesia produksi 51,584 juta ton minyak sawit. Di level domestik, pemanfaatan hanya 17,349 juta ton atau 34% dari produksi, dengan konsumsi pangan 8,428 juta ton dan biodiesel 7,226 juta ton. Untuk ekspor 34,007 juta ton atau 66%. “Kalau kita mau ke B40, B50, bisa enggak? Bisa. Perlu tambahan lahan enggak? Tidak perlu, karena kita bisa ambil dari sini (ekspor). Kalau terpaksa, kita akan mengurangi. Karena ini harus dahulukan keperluan (pangan dan energi) dalam negeri,” katanya. Program mandatori B35 telah ditetapkan sejak 1 Februari 2023 dengan alokasi 13,15 juta kiloliter. Hingga 6 Juli 2023, realisasi penyaluran B35 berbasis minyak sawit mencapai 5,6 juta kiloliter. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyebut penyaluran B35 dapat menghemat belanja negara hingga Rp161 triliun, dan menyerap 1,65 juta tenaga kerja. Juga, mengurangi emisi gas rumah kaca sektor transportasi 34,9 juta ton CO2e, serta mendorong ketahanan energi nasional melalui energi hijau.

https://www.mongabay.co.id/2023/08/08/b35-sawit-rawan-picu-kompetisi-pangan-vs-energi/

 

BERITA BIOFUEL

 

Bisnis.com | Rabu, 9 Agustus 2023

Biodiesel B35 Sedot Dana Sawit Rp4,04 Triliun, Siapa Penikmatnya?

Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mencatat realisasi program biodiesel B35 telah mencapai 5,41 kiloliter (kl) hingga Juni 2023. Adapun, dana yang telah dikucurkan untuk mandatori campuran Solar dengan 35 persen bahan bakar nabati berbasis sawit itu telah mencapai Rp4,04 triliun. Kepala Divisi Perusahaan BPDPKS Achmad Maulizal Sutawijaya mengatakan, pihaknya memperkirakan pembiayaan program B35 tahun ini tidak akan terlalu besar. Berdasarkan catatan Bisnis, BPDPKS menyediakan anggaran insentif dana sawit sebesar Rp30-Rp31 triliun untuk 13,15 juta kl penyaluran B35 pada tahun ini. “BPDPKS masih memantau, pendanaan sudah kami siapkan,” ujar Maulizal saat ditemui di Jakarta, Selasa (8/8/2023). Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Penguasaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono memperkirakan volume minyak sawit atau crude palm oil (CPO) yang disalurkan untuk program B35 tahun ini sebanyak 2 juta ton. Dengan begitu, konsumsi CPO di dalam negeri pada 2023 akan berkisar sebanyak 23-24 juta ton. Eddy memastikan bahwa program B35 tidak akan mengganggu pasokan CPO untuk minyak goreng ataupun untuk impor. Mengingat produksi CPO yang mencapai 46,7 juta ton. “Tidak masalah karena masih di bawah produksi, [B35] tidak akan mengganggu pasokan dalam megeri,” ucap Eddy. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan alokasi biodiesel program mandatori B35 tahun ini sebanyak 13,15 juta kl. Alokasi biodiesel tersebut naik 19 persen dibandingkan kuota 2022 sebanyak 11,02 juta kiloliter.  Kementerian ESDM juga menargetkan penyaluran biodiesel program mandatori B35 dapat menghemat belanja negara sekitar US$10,75 miliar atau setara dengan Rp161 triliun. Selain itu, B35 juga diharap mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1.653.974 orang serta pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) sekitar 34,9 juta ton CO2e. Adapun, insentif dana sawit program B35 disalurkan untuk menutup selisih kurang antara harga indeks pasar (HIP) bahan bakar minyak jenis minyak solar dengan harga indeks pasar bahan bakar nabati jenis biodiesel. Selisih kurang ini berlaku untuk semua jenis bahan bakar minyak jenis minyak Solar. Besaran dana untuk kepentingan penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati jenis biodiesel diberikan kepada badan usaha bahan bakar nabati jenis biodiesel, setelah dilakukan verifikasi oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

https://ekonomi.bisnis.com/read/20230809/44/1683069/biodiesel-b35-sedot-dana-sawit-rp404-triliun-siapa-penikmatnya

Kontan.co.id | Rabu, 9 Agustus 2023

Kucuran Insentif Program B35 Sudah Capai Rp 4,04 Triliun

Realisasi penyaluran insentif biodisel 35 (B35), bauran Solar dengan 35% bahan bakar nabati (BBN) berbasis minyak sawit sepanjang paruh pertama tahun ini telah mencapai Rp 4,04 triliun. Kepala Divisi Perusahaan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Achmad Maulizal Sutawijaya mengatakan, hingga Juni 2023, total insentif yang diberikan kepada pemasok sebagai selisih harga indeks pasar (HIP) BBN jenis biodiesel dengan HIP minyak Solar telah mencapai Rp 4,04 triliun. “B35 memang terus berjalan sampai saat ini relisasinya sudah 5,41 kilo liter (kl), untuk penyaluranya sampai juni di angka sebesar Rp 4,04 triliun,” kata Maulizal di jumpai usai diskusi Sawit Memerdekan Rakyat Indonesia dari Kemiskinan di Jakarta, Selasa (8/8). Maulizal mengatakan, BPDPKS telah menyiapkan anggaran yang cukup untuk kebutuhan perogram B35 yang mulai diterapkan 100% sejak 1 Agustus lalu. Namun, ia tidak menyebut berapa banyak nominal yang telah disiapkan pada tahun ini. “Untuk kesiapan anggaran BPDPKS masih memantau, pada tahun ini pembiayaan B35 diprediksi tidak terlalu besar, yang jelas pendanaan sudah di siapkan,” terang Maulizal. Diketahui, program B35 telah berjalan sejak Februari lalu. Namun baru dilaksanakan sepenuhnya pada 1 Agustus 2023.   Direktur Bioenergi Kementerian ESDM, Edi Wibowo menyampaikan, target penyaluran B35 di tahun ini lebih dari 13,15 juta kiloliter (kL), yang akan menghemat devisa sekitar US$ 10,75 miliar atau setara Rp 161 triliun. “Program B35 ini diproyeksi akan menyerap tenaga kerja sekitar 1.653.974 orang serta pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sekitar 34,9 juta ton CO2e,” ujarnya belum lama ini.

https://industri.kontan.co.id/news/kucuran-insentif-program-b35-sudah-capai-rp-404-triliun

 

Harian Neraca | Rabu, 9 Agustus 2023

Jakarta Integrated Green Terminal Siap Dibangun

PT Pertamina (Persero) akan membangun terminal energi ramah lingkungan dan tercanggih di Indonesia yang dinamakan Jakarta Integrated Green Terminal. Terminal ini nantinya akan lebih besar dan lebih modem dari IntegratedTerminalBahan Bakar Minyak (TBBM) Plumpang. Jakarta Integrated Green Terminal nantinya tidak hanya akan menampung bahari bakar seperti LPG, BBM, Gasoline, dan biodiesel tapi juga dirancang untuk bisa menampung LNG, CPO, UCO {Used Cooking Oil), dan petrokimia. Bahkan juga bisa\’ untuk menampung Hidrogen yang diperkirakan akan tumbuh permintaannya di 2030. Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina, A. Salyadi Saputra memaparkan bahwa terminal ini nantinya akan mendukung ketahanan energi nasional, dan berada di kawasan Kalibaru, Jakarta Utara. “Jakarta Integrated Green Terminal dirancang untuk menjadi terminal energi dengan standar op- erasional terbaik di kelasnya dengan penerapan teknologi terbaru dan skala fleksibilitas terbaik untuk memenuhi kebutuhan energi di area Jabodetabek,” ujar Salyadi. Pertamina, kata Salyadi, memberikan mandat kepada PT Pertamina International Shipping (PIS) selaku Sub Holding Integrated Marine Logistics yang selama ini fokus mengelola terminal energi strategis, untuk mengerjakan dan mengem-bangkanjakartalntegrated Green Terminal. CEO PIS Yoki Fimandi menjelaskan lebih lanjut bahwa persiapan pembangunan Jakarta Integrated Green Terminal telahberjalan, di mana studi awal pengembangan konsep terminal baru ini sudah selesai dilakukan. Jakarta Integrated Green Terminal rencananya akan dibangun di kawasan yang dikembangkan oleh PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) di area Kalibaru, Jakarta Utara. Lokasi yang berada di daerah tepi laut ini memiliki area seluas 64 hektare dan diproyeksi memiliki kapasitas penampungan hingga 6 juta barel. Tahap berikutnya, PIS berkoordinasi dengan Pelindo akan mulai me-nyusim/easiMirysfttdfy untuk pembangunan Jakarta Integrated Green Terminal. Pembangunan terminal direncanakan berdasarkan perhitungan kebutuhan energi nasional yang akan terus meningkat dan semakin bervariasi selama beberapa tahun mendatang. Lokasi ini dinilai cukup strategis dan bisa menjadi pintu gerbang ekosistem perdagangan energi/ energy trading melalui koridor Singapura – Indonesia yang memiliki porsi 30%-35% alur perdagangan global untuk minyak dan LNG. “Terminal ini sekaligus pelopor yang memasukkan faktor ESG dan konsep karbon netral dalam pembangunan, mulai dari tahap konstruksi hingga operasional. Dari sisi teknologi, terminal ini juga menerapkan\’ sistem digital yang akan membuat pengelolaannya lebih modern dan efisien. Kami akan pasang teknologi terbaik agar terminal ini dioperasikan dengan standar terbaik, efisien, aman, andal, juga tentunya emisinya lebih rendah,” tutup Yoki.

Pikiran-rakyat.com | Rabu, 9 Agustus 2023

Begini Sejarah Hari Biodiesel Internasional yang Diperingati Tiap 10 Agustus, Sob!

Setiap tahun pada tanggal 10 Agustus, seluruh dunia merayakan Hari Biodiesel Internasional. Ini adalah sebuah peringatan penting yang mengenang penemuan mesin diesel oleh Rudolf Diesel pada tahun 1890. Hari ini adalah momentum untuk mengapresiasi inovasi yang telah membawa kita lebih dekat kepada solusi bahan bakar yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Selain itu, Hari Biodiesel Internasional juga berfungsi sebagai panggilan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya biodiesel sebagai alternatif yang layak untuk bahan bakar fosil. Pada awalnya, mesin diesel dirancang untuk menggunakan bahan bakar minyak bumi, yang menjadi sumber utama energi pada masa itu. Namun, penemuan Rudolf Diesel membawa dengan dirinya potensi revolusi dalam cara kita memandang bahan bakar. Dia mengembangkan mesin yang dapat beroperasi tidak hanya dengan bahan bakar minyak bumi, tetapi juga dengan minyak nabati. Inilah awal dari apa yang sekarang kita kenal sebagai biodiesel. Biodiesel adalah jenis bahan bakar yang diproduksi dari minyak nabati, seperti minyak sawit, kacang kedelai, atau raps. Salah satu keunggulan besar biodiesel adalah bahwa ia dapat bekerja sebagai pengganti bahan bakar fosil tanpa menyebabkan polusi udara sebanyak bahan bakar konvensional. Ini memiliki potensi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan membantu dalam upaya melawan perubahan iklim. Seiring berjalannya waktu, meskipun biodiesel menghadapi tantangan dan keterbatasan dalam industri bahan bakar, namun kesadaran akan dampak lingkungan dan keberlanjutan semakin meningkat. Hari Biodiesel Internasional menjadi panggung untuk memperingatkan masyarakat akan manfaat bahan bakar alternatif ini dan mendorong penggunaan yang lebih luas. Kisah perkembangan biodiesel tidak hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang tekad untuk mencari solusi yang lebih baik bagi planet kita. Dari eksperimen awal hingga upaya nyata untuk mengurangi dampak lingkungan, biodiesel mewakili semangat inovasi dan kesadaran akan kebutuhan kita untuk merawat bumi. Hari Biodiesel Internasional adalah pengingat bahwa kita memiliki opsi untuk mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil dan mengambil langkah menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan. Ketika kita merayakan Hari Biodiesel Internasional, kita juga merayakan perjuangan menuju solusi energi yang lebih baik bagi dunia dan generasi mendatang

https://kabarmegapolitan.pikiran-rakyat.com/internasional/pr-1746975050/begini-sejarah-hari-biodiesel-internasional-yang-diperingati-tiap-10-agustus-sob

 

Bisnis.com | Rabu, 9 Agustus 2023

Mobil Subaru Indonesia Belum Bisa Tenggak Bioetanol, Ini Alasannya

Subaru Indonesia menyebut produknya belum bisa menenggak bahan bakar bensin bauran bioetanol 5 persen (E5) lantaran penggunaannya di Jepang masih belum terlalu tinggi. Marketing Communications Manager Subaru Indonesia, Ismail Ashlan mengatakan saat ini produk-produk Subaru yang telah mengaspal di Indonesia akan fokus menggunakan RON 94 dan rekomendasi bahan bakar untuk boxer engine. Hal ini lantaran Subaru Indonesia secara prinsipal mengikuti prinsipal Subaru Corporation Japan seiring adanya riset menyebut penggunaan bioetanol di Jepang belum terlalu tinggi. “Jadi, mobilnya belum disesuaikan dengan kebutuhan bioetanol karena kita 100 persen impor CBU dari Jepang,” ujar Ismail saat ditemui, Rabu (9/8/2023). Adapun dia menyebut produk Subaru Indonesia baru dapat menenggak bioetanol jika produk Subaru Corporation Japan sudah siap menenggak bioetanol di Negara Sakura tersebut. “Intinya kita mengikuti arahan dari Subaru Corporation Japan bahan bakar yang paling sesuai menurut mereka adalah RON 94,” tuturnya. Sebagai informasi, Pertamina Patra Niaga telah meluncurkan produk terbaru mereka, yakni Pertamax Green 95 yang merupakan bahan bakar bensin bauran bioetanol 5 persen (E5). Produk Pertamax tersebut dibanderol seharga Rp13.500 per liter. Di sisi lain, Riva memproyeksikan permintaan Pertamax Green di Pulau Jawa sudah mencapai lebih dari 90.000 kiloliter (kl) per tahun untuk asumsi saat ini. Kendati demikian, untuk target penjualan terbatas tahun ini hanya dipatok di angka 400 liter per hari. Pertamax Green 95 juga sudah memiliki izin niaga dan dijual dimulai di 10 SPBU di Surabaya serta 5 SPBU di Jakarta dengan harga yang bersaing dengan bahan bakar bensin RON 95. Fokus penjualan untuk Pertamax Green 95 masih berada di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Surabaya dan Jakarta.

https://otomotif.bisnis.com/read/20230809/46/1683166/mobil-subaru-indonesia-belum-bisa-tenggak-bioetanol-ini-alasannya