Biodiesel: Benteng Kokoh Kemandirian Energi Indonesia

Pemerintah Indonesia tengah menggencarkan upaya untuk mewujudkan kemandirian energi nasional, salah satunya melalui pemanfaatan biodiesel berbasis minyak sawit. Hal ini ditegaskan oleh Tim Pengarah Percepatan Peningkatan Nilai Tambah dan Perluasan Pasar Produk Industri Dalam Negeri yang diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Bapak Bahlil Lahadalia.
Beliau menyampaikan bahwa biodiesel akan menjadi kunci dalam memastikan akses masyarakat terhadap energi yang terjangkau dan tanpa gangguan.
“Selain meningkatkan produksi minyak bumi, kami akan fokus pada pemanfaatan biodiesel berbasis minyak sawit. Saat ini, kita telah menerapkan kebijakan B40, yaitu campuran 40% biodiesel dengan 60% solar. Ke depannya, pemerintah akan terus meningkatkan pemanfaatannya, termasuk dengan rencana implementasi B50,” ujar Menteri Bahlil.
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang dihasilkan dari reaksi kimia antara minyak nabati atau lemak hewan dengan metanol. Untuk mendukung program biodiesel, Indonesia membutuhkan sekitar 2,3 juta ton ethanol per tahun.
Komitmen Net Zero Emission
Sebagai komitmen terhadap target pencapaian ketahanan energi dalam negeri dan Net Zero Emission, tentunya produksi biodiesel yang dibutuhkan akan terus meningkat. Pemerintah kini berencana untuk memproduksi biodiesel dengan campuran dari gas.
“Sekarang sudah kita B40 2025, ke depan akan menjadi B50. Sudah barang tentu dalam campurannya itu ada membutuhkan metanol dan etanol. Contoh metanol di B40 kita butuh 2,3 juta ton. Arahan Bapak Presiden itu langsung juga kita bangun dalam negeri. Itu kita akan bangun di Bojonegoro. Bahan bakunya dari gas,” kata Menteri Bahlil dalam Konferensi Pers di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (17/1/2025).
Pemerintah berencana membangun pabrik etanol senilai 1,2 miliar dolar AS di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Pabrik ini direncanakan memiliki kapasitas produksi 800.000 ton methanol per tahun dengan menggunakan gas alam sebagai bahan baku.
Selain itu, untuk mendorong kekuatan energi dalam negeri dan mengurangi impor bahan baku, Pemerintah mencanangkan untuk menggunakan tanaman tebu sebagai campuran biodiesel. Meskipun baru akan dipetakan, pemerintah telah menyiapkan pengembangan perkebunan tebu di Jawa dan Papua untuk mendukung produksi etanol dalam negeri.
“Kemudian etanolnya itu dari tanaman tebu. Nah salah satu diantaranya akan kita buat di Jawa maupun di Merauke. Supaya betul-betul pembaurannya itu dilakukan semuanya dalam negeri. Itu untuk menyangkut dengan peta jalan,” imbuh Menteri Bahlil.
Benteng Kokoh Kemandirian Energi Indonesia
Pemanfaatan biodiesel sebagai bagian dari strategi ketahanan energi nasional memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
- Mengurangi Ketergantungan Impor: Penggunaan biodiesel mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor minyak mentah, yang sangat rentan terhadap fluktuasi harga dan gejolak politik global.
- Meningkatkan Nilai Tambah Produk Dalam Negeri: Industri biodiesel memberikan nilai tambah yang signifikan bagi sektor perkebunan sawit, meningkatkan pendapatan petani dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
- Menciptakan Lapangan Kerja: Pengembangan industri biodiesel membuka peluang kerja baru di berbagai sektor, mulai dari perkebunan, pengolahan, hingga distribusi.
- Lingkungan yang Lebih Bersih: Biodiesel memiliki emisi gas rumah kaca yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar fosil, sehingga berkontribusi dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
Dengan terus mengembangkan dan mengoptimalkan pemanfaatan biodiesel, Indonesia dapat membangun fondasi yang kuat untuk ketahanan energi nasional yang berkelanjutan.