Biodiesel Indonesia Turunkan Emisi Global

| Articles
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp
Biodiesel Indonesia Turunkan Emisi Global. Sumber: Sawit Setara

Upaya global dalam menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) memerlukan dua solusi strategis sekaligus: menyerap kembali emisi yang sudah ada di atmosfer, dan mengurangi emisi baru, terutama yang berasal dari energi fosil. Sektor energi memang menjadi kontributor utama, menyumbang sekitar 73,2% dari total emisi GRK global, menjadikannya target utama dalam transisi menuju energi bersih.

Di tengah tantangan ini, Indonesia muncul dengan solusi berbasis sumber daya alamnya. Tidak lain yakni industri sawit, yang memiliki peran ganda dalam mitigasi perubahan iklim.

Peran Ganda Sawit: Mesin Penyerap Karbon dan Reduksi Emisi Fosil

Industri sawit berkontribusi dalam dua cara signifikan untuk mengurangi emisi GRK. Pertama, perkebunan kelapa sawit berfungsi sebagai mesin biologis penyerap karbon (carbon sink). Sebagai tanaman tahunan dengan sistem perakaran intensif, kelapa sawit menyerap karbondioksida (CO2) dari atmosfer secara efisien melalui fotosintesis. Studi menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit dapat mencapai penyerapan neto hingga 64,5 ton CO2 per hektar per tahun. Denan begitu menjadikannya penyerap karbon yang sangat efektif.

Kedua, dan yang paling krusial, adalah melalui pemanfaatan biodiesel. Substitusi energi fosil dengan biodiesel sawit terbukti efektif dalam menekan emisi. Berdasarkan laporan dari European Commission Joint Research Centre (2013), biodiesel sawit yang dihasilkan dari pabrik yang dilengkapi teknologi penangkapan metana (methane capture) mampu menghemat emisi hingga 62%. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan biodiesel dari bahan nabati lain. Seperti kedelai (40%) atau rapeseed (45%), yang menegaskan keunggulan biodiesel sawit dalam efisiensi emisi.

Biodiesel Indonesia: Bukti Nyata Kontribusi Global

Indonesia telah membuktikan komitmennya terhadap mitigasi iklim melalui program mandatori biodiesel berskala nasional. Sejak penerapan B30 dan kini B40, program ini telah memberikan dampak nyata. Data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan bahwa implementasi program biodiesel ini berhasil mengurangi emisi GRK secara masif.

Pada tahun 2024 saja, implementasi program B35 diperkirakan mampu mengurangi emisi setara dengan 34,9 juta ton CO2. Ini merupakan sebuah kontribusi yang sangat signifikan dalam mencapai target iklim nasional. Lebih dari itu, program biodiesel juga mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor bahan bakar fosil, memperkuat ketahanan energi, dan meningkatkan kesejahteraan petani sawit.

Dengan peran ganda sebagai penyerap karbon dan penyuplai energi bersih melalui biodiesel, industri sawit Indonesia membuktikan bahwa ia bukan bagian dari masalah iklim. Melainkan biodiesel Indonesia bagian integral dari solusi global.