Biodiesel Pemicu Kisruh Minyak Goreng? Cek Konsumsi Sawitnya

| Articles
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Infosawit.com | Rabu, 11 Mei 2022

Biodiesel Pemicu Kisruh Minyak Goreng? Cek Konsumsi Sawitnya

Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) menyangkal tuduhan dari sejumlah pihak bahwa biodiesel mengganggu pasokan minyak goreng di dalam negeri. Ketua Harian Aprobi Paulus Tjakrawan menjelaskan, kebutuhan minyak sawit untuk biodiesel pada tahun ini hanya sebesar 8,4 juta ton. Jumlah ini hanya sekitar 16% dari total produksi minyak sawit nasional pada 2022 ini yang ditargetkan mencapai 52 juta ton. Jumlah ini naik tipis dari proporsi penggunaan minyak sawit untuk biodiesel pada 2021 yang sekitar 15%. Adapun produksi minyak sawit nasional pada 2021 disebutkan mencapai 48,09 juta ton. Dia menyebut, sebagian besar konsumsi sawit di dalam negeri digunakan untuk kebutuhan makan, terutama minyak goreng. “Biodiesel tidak mengganggu penggunaan sawit untuk minyak goreng. Pada 2022, total produksi sawit nasional mencapai 52 juta ton. Sementara itu, kebutuhan sawit untuk biodiesel 8,4 juta ton. Ini artinya, pasokan sawit sangat mencukupi kebutuhan untuk pangan dan energi,” jelasnya, seperti dikutip dari keterangan resmi Asosiasi, Selasa (10/05/2022). Berdasarkan data bulanan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) per 20 April 2022, stok minyak sawit di dalam negeri dari Januari sampai Februari mencapai 5,04 juta ton. Jumlah ini berasal dari stok awal 4,12 juta ton, ditambah produksi CPO/PKO 8,06 juta ton, setelah dikurangi konsumsi lokal 2,88 juta ton dan ekspor 4,27 juta ton. Untuk konsumsi lokal, penggunaan sawit untuk pangan (minyak goreng) sebanyak 1,56 juta ton dan pemakaian untuk biodiesel sebanyak 2,1 juta ton. Paulus menyebut, produksi dan konsumsi biodiesel setidaknya dalam 10 tahun terakhir memiliki tren positif. Dari sisi produksi, kapasitas produksi biodiesel pada 2021 telah mencapai 16,6 juta kilo liter (kl). Dari sisi konsumsi atau penyaluran biodiesel, dia menyebut, berdasarkan data Aprobi, penyaluran campuran biodiesel 30% pada Solar (B30) pada 2020 mencapai 8,43 juta kilo liter (kl), lalu pada 2021 naik tipis menjadi 8,44 juta kl meski di tengah pandemi Covid-19. Pada 2022, alokasi penyaluran B30 diproyeksikan sebesar 10,15 juta kl. “Biodiesel menjadi bagian untuk mempercepat program transisi energi nasional. Pengembangan energi berbasis sawit terus berjalan seperti biohidrokarbon. Dari pengembangan biohidrokarbon dapat menghasilkan gasoline dan bahan bakar pesawat terbang berbasis sawit,” jelasnya. Dari aspek lingkungan, imbuhnya, kontribusi penggunaan B30 dapat menekan emisi gas rumah kaca sebesar 22,59 juta ton CO2 sepanjang 2021. Menurutnya, program B30 sangat efektif bagi kebutuhan prioritas nasional untuk mengurangi emisi sekaligus mengurangi ketergantungan pada energi fosil, khususnya di sektor transportasi. Pemanfaatan biodiesel menurutnya juga menghemat devisa negara. Paulus mengatakan, program B30 menekan pengeluaran negara sebesar US$ 3,8 miliar dari impor Solar. Indonesia secara bertahap mengurangi impor solar semenjak program bioenergi/biodiesel dijalankan sampai saat ini B30. Mandatori biodiesel juga efektif meningkatkan serapan sawit domestik ketika terjadi pelemahan permintaan di pasar global . Paulus mengatakan penggunaan biodiesel membantu peningkatan kesejahteraan petani setelah adanya keseimbangan antara konsumsi domestik dan ekspor. Dampak positifnya adalah stabilitas harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit petani di dalam negeri. Bahkan semenjak tahun lalu hingga Maret kemarin, harga TBS petani rerata di atas Rp 3.000/kilogram. “Tidak benar kalau dikatakan biodiesel menguntungkan korporasi. Di lapangan, program ini juga menopang kenaikan harga buah sawit petani,” ujarnya. Berkaitan persoalan hukum pengurusnya di Kejaksaan Agung RI, menurutnya Asosiasi menyerahkan sepenuhnya persoalan ini kepada proses hukum yang sedang berjalan. Paulus menyebutkan pihaknya menghormati putusan Kejaksaan Agung untuk mengungkap polemik masalah minyak goreng. “Harapannya masyarakat menunggu hasil penyelidikan Kejaksaan Agung dengan tetap mengutamakan asas praduga tak bersalah. Di satu sisi, kami yakin mereka (tersangka Kejaksaan Agung) punya itikad untuk mematuhi regulasi dan peraturan yang ditetapkan pemerintah,” ungkapnya.

https://www.cnbcindonesia.com/news/20220511164226-4-338245/biodiesel-pemicu-kisruh-minyak-goreng-cek-konsumsi-sawitnya

Borneonews.co.id | Rabu, 11 Mei 2022

Aprobi: Biodiesel Berperan Strategis dalam Transisi Energi Nasional

Asosiasi Produsen Biodiesel (Aprobi) mengatakan penggunaan bioenergi khususnya biodiesel mempunyai peranan strategis dalam kebijakan transisi energi fosil menuju energi terbarukan. Ketua Harian Aprobi Paulus Tjakrawan mengatakan seiring dukungan kebijakan pemerintah, konsumsi biodiesel mempunyai tren positif sepanjang sepuluh tahun terakhir. “Produksi biodiesel mengalami pertumbuhan pesat dalam 16 tahun terakhir. Total kapasitas produksi terpasang mencapai 16,6 juta kiloliter sampai 2021,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Selasa 10 Mei 2022. Berdasarkan data Aprobi, penyaluran B30 sebanyak 8,43 juta Kiloliter pada 2020, kemudian sepanjang 2021 mencapai 8,44 juta Kiloliter walaupun dalam dua tahun terakhir Indonesia menghadapi persoalan pandemi yang berdampak kepada aspek ekonomi dan sosial. Pada 2022, menurut Paulus, alokasi penyaluran B30 diproyeksikan sebesar 10,15 juta Kiloliter. Paulus mengatakan bahwa penggunaan minyak sawit untuk biodiesel sebesar 15 persen dari total produksi sawit nasional yang mencapai 48,09 juta ton pada 2021. Selanjutnya memasuki 2022, pemakaian minyak sawit untuk biodiesel diprediksi menjadi 17 persen. Sebagian besar konsumsi sawit di dalam negeri digunakan untuk kebutuhan makan terutama minyak goreng. “Biodiesel menjadi bagian untuk mempercepat program transisi energi nasional. Pengembangan energi berbasis sawit terus berjalan seperti biohidrokarbon. Dari pengembangan biohidrokarbon dapat menghasilkan gasoline dan bahan bakar pesawat terbang berbasis sawit,” ujarnya. Dari aspek lingkungan, kontribusi penggunaan B30 dapat menekan emisi gas rumah kaca sebesar 22,59 juta ton CO2 sepanjang 2021. Program B30 sangat efektif bagi kebutuhan prioritas nasional untuk mengurangi emisi sekaligus mengurangi ketergantungan pada energi fosil, khususnya di sektor transportasi. Pemanfaatan biodiesel juga menghemat devisa negara. Paulus mengatakan program B30 menekan pengeluaran negara sebesar 3,8 miliar dolar AS dari impor solar. Indonesia secara bertahap mengurangi impor solar semenjak program bioenergi/biodiesel dijalankan sampai saat ini B30. Mandatori biodiesel juga efektif meningkatkan serapan sawit domestik ketika terjadi pelemahan permintaan di pasar global . Paulus mengatakan penggunaan biodiesel membantu peningkatan kesejahteraan petani setelah adanya keseimbangan antara konsumsi domestik dan ekspor. Dampak positifnya adalah stabilitas harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit petani di dalam negeri. Bahkan semenjak tahun lalu hingga Maret kemarin, harga TBS petani rerata di atas Rp 3.000/kilogram. “Tidak benar kalau dikatakan biodiesel menguntungkan korporasi. Di lapangan, program ini juga menopang kenaikan harga buah sawit petani,” ujarnya.

https://www.borneonews.co.id/berita/263326-aprobi-biodiesel-berperan-strategis-dalam-transisi-energi-nasional

 

Investor Daily Indonesia | Kamis, 12 Mei 2022

Penggunaan Sawit untuk Biodiesel Tidak Ganggu Pasokan Migor

Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) menegaskan bahwa penggunaan minyak sawit untuk program biodiesel tidak mengganggu pasokan bahan baku minyak goreng (migor). Minyak sawit yang digunakan untuk biodiesel hanya sebesar 15% dari total produksi nasional yang mencapai 48,09 juta ton pada 2021. Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), per 20 April 2022, stok minyak sawit di dalam negeri untuk Januari-Februari mencapai 5,04 juta ton. Jumlah itu berasal dari stok awal 4,12 juta ton ditambah produksi crude palm oil/palm kernel oil (CPO/PKO) sebanyak8,06 juta ton setelah dikurangi konsumsi lokal 2,88 juta ton dan ekspor 4,27 juta ton. Untuk konsumsi lokal, penggunaan sawit untuk pangan (migor) sebanyak 1,56 juta ton dan pemakaian untuk biodiesel 2,1 juta ton. Namun demikian, selama ini banyak isu yang bermunculan dan menganggap biodiesel telah mengganggu pasokan migor. Menurut Ketua Harian Aprobi Paulus Tjakrawan, program biodiesel tidak mengganggu penggunaan sawit untuk migor. “Pada 2022, total produksi sawit nasional diperkirakan 52 juta ton, sementara kebutuhan sawit untuk biodiesel 8,4 juta ton. Artinya, pasokan sawit ini mencukupi kebutuhan pangan dan energi,” ujar dia, kemarin. Aprobi optimistis program biodiesel sepanjang tahun ini berada di jalur positif dengan adanya komitmen kuat pemerintah dan dukungan dari kepentingan industri. Komitmen pemerintah dapat terlihat dari program uji B40 yang tetap berjalan tahun ini. Saat ini, Indonesia merupakan konsumen terbesar biodiesel. “Program biodiesel juga telah memberikan manfaat nyata bagi Indonesia, karena itulah peluang tersebut tidak boleh disia-siakan karena biodiesel menjadi bagian dari kedaulatan energi,” ungkap Paulus. Penggunaan bioenergi khususnya biodiesel berperan strategis dalam kebijakan transisi energi fosil menuju terbarukan. Seiring dukungan kebijakan pemerintah, konsumsi biodiesel pun menunjukkan tren positif. Menurut Aprobi, penyaluran biodiesel 30% (B30) sebanyak 8,43 juta kiloliter (kl) pada 2020, kemudian sepanjang 2021 mencapai 8,44 juta kl, walaupun dalam dua tahun terakhir Indonesia menghadapi persoalan pandemi yang berdampak kepada aspek ekonomi dan sosial. Pada 2022, alokasi penyaluran B30 diproyeksikan 10,15 juta kl. Produksi biodiesel mengalami pertumbuhan pesat dalam 16 tahun terakhir, total kapasitas produksi terpasang mencapai 16,6 juta kl sampai 2021. Penggunaan minyak sawit untuk biodiesel sebesar 15% dari total produksi sawit nasional yang menca- pai 48,09 juta ton pada 2021, memasuki tahun ini diproyeksikan mencapai 17%. Dari aspek lingkungan, kontribusi penggunaan B30 dapat menekan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 22,59 juta ton karbondioksida (CO2) sepanjang 2021. Pemanfaatan biodiesel juga menghemat devisa negara. Program B30 menekan pengeluaran negara sebesar US$ 3,8 miliar dari impor solar. Mandatori biodiesel juga efektif menaikkan serapan sawit domestik saat permintaan pasar global melemah. Selain itu, membantu meningkatkan kesejahteraan petani, setelah terjadi keseimbangan konsumsi domestik dan ekspor maka dampak positifnya adalah stabilitas harga tandan buah segar (TBS) sawit di dalam negeri. Sejak 2021-Maret 2022, harga TBS petani rerata di atas Rp 3.000 per kilogram. “Tidak benar kalau dikatakan biodiesel menguntungkan korporasi, di lapangan justru menopang kenaikan harga TBS petani,” jelas Paulus. Berkaitan dengan persoalan hukum pengurusnya di Kejaksaan Agung, Aprobi menyerahkan sepenuhnya persoalan tersebut kepada proses hukum yang sedang berjalan. Aprobi menghormati keputusan Kejaksaan Agung untuk mengungkap polemik masalah migor.

Cabut Larangan Ekspor

Pada bagian lain, Gapki Cabang Kalbar berharap keran ekspor minyak kelapa sawit (CPO) dibuka kembali agar melalui aktivitas itu berdampak pada penerimaan devisa negara dan penyerapan lapangan kerja. “Bagi banyak hal larangan ekspor tentu berdampak di mana dari pajak ekspor saja bisa membuat penerimaan devisa negara dari sawit tidak ada. Kemudian dari sisi penyerapan lapangan kerja tentu berkurang,” ujar Ketua Gapki Cabang Kalbar Purwati Munawir seperti dilansir Antara di Pontianak, Rabu (11/5). Sebagian besar pelaku usaha sawit di Kalbar merupakan produsen CPO. Jika larangan ekspor berlanjut lebih lama maka kapasitas tangki penyimpanan pabrik terbatas dan akan penuh. Dengan hal itu aktivitas bisa saja berkurang. Dengan begitu bisa berdampak pada tenaga kerja dan lainnya. “Belum lagi penyerapan buah sawit masyarakat terutama kebun swadaya. Kapasitas tangki pabrik terpenuhi maka perusahaan bisa saja fokus ke kebun sendiri atau plasma,” tutur dia. Saat ini, luas kebun sawit di Kalbar sudah mencapai 1,9 juta hektare (ha) dengan produksi 4,96 juta ton per tahun. Untuk kepemilikan kebun sawit perusahaan 1,17 juta ha atau 61,39% dan sisanya swadaya 700 ribu ha atau 37,09%. Secara umum, Gapki memahami dan menghormati kebijakan pemerintah. Gapki Kalbar secara intens berkomunikasi dengan asosiasi pelaku usaha sawit sektor hilir agar kebijakan tersebut dapat dilaksanakan secara maksimal. “Kami juga berkoordinasi dengan asosiasi petani sawit dalam mengomunikasikan setiap perkembangan di lapangan serta mengantisipasi dampak yang mungkin timbul dan menunggu kebijakan lanjutan dari pemerintah yang dapat mengatasi masalah kelangkaan migor dan keran ekspor sawit dibuka secara normal guna kepentingan perolehan devisa negara,” ujar Purwati.

 

BERITA BIOFUEL

 

 

Kontan.co.id | Rabu, 11 Mei 2022

Menko Perekonomian: Emisi Karbon Jadi Tantangan yang Pengaruhi PDB ke Depan

Salah satu yang menjadi tantangan global ke depan ialah pencapaian net zero emission yang telah disepakati negara-negara dalam Paris Agreement. Dimana jika kesepakatan tersebut tak dapat tercapai maka Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan, akan berdampak pada menurunnya produk domestik bruto (PDB) global sebesar 10%. “Kalau tidak tercapai PDB akan turun 10%. Dimana Asia Tenggara adalah daerah atau regional yang berisiko tinggi, climate economics index Indonesia adalah yang sangat rentan, apalagi masuk musim kemarau, risiko kebakaran hutan mengintip dan perlu diwaspadai,” kata Airlangga dalam webinar Green Economy Indonesia Summit 2022, Rabu (11/5). Melihat Indonesia yang rentan akan kebakaran hutan terutama pada musim kemarau, maka pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah melakukan antisipasi dan persiapan dari potensi tersebut. Pasalnya kebakaran hutan menjadi salah satu tantangan dalam pencapaian net zero emission. Indonesia sendiri berkomitmen menurunkan emisi sebesar 29% pada 2030 dengan upaya sendiri dan 41% dengan bantuan internasional. Ia menyampaikan, Presiden Joko Widodo telah menyampaikan komitmen Indonesia dalam mewujudkan ekonomi hijau pada KTT G20 di Roma lalu. Guna mewujudkan ekonomi hijau pemerintah juga akan mendorong pembahasannya pada Presidensi G20 Indonesia nanti. Nantinya pada G20 akan membahas pembiayaan berkelanjutan untuk sumber pembiayaan yang berbasis pada pembangunan multilateral. Terkait hal ini Airlangga mengatakan, Indonesia bersama Asian Development (ADB) tengah membahas skenario pembangunan energi berbasis rendah karbon yang menghasilkan dari segi ekonomi. “Pilot projects terkait kegiatan mengurangi emisi yang ditargetkan di 2060. Diharapkan prototyping daripada PLTU bisa di finance dan ini dibahas skenarionya dengan Asian Development Bank,” ujarnya. Indonesia disebut memiliki potensi energi baru cukup besar yaitu 442 gigawatt untuk pembangkit listrik. Namun pengembangan energi baru terkendala dari segi techno-economy. Seperti pembangunan hydro power yang dapat dilakukan di Kalimantan Utara dan Mambramo Papua. Namun permintaan tertinggi justru datang dari Pulau Jawa. Selain itu, Pemerintah terus mendorong mekanisme transisi energi berupa perpajakan yang berupa cap and trade dan cap and tax. Kemudian disektor transportasi Pemerintah berkomitmen untuk terus mendorong program mandatori biodiesel yang berdampak pada penurunan energi setara dengan 23,3 juta ton CO2 ekuivalen yang diharapkan dapat mendorong sektor industri mobil berbasis listrik. Pemerintah juga mengesahkan peraturan tentang nilai ekonomi karbon yang bertujuan untuk mendorong investasi rendah karbon diberbagai sektor. Ia menegaskan, industri hijau menjadi tujuan utama di masa transisi energi yang pada akhirnya akan memberikan nilai tambah kepada ekonomi, serta menyerap tenaga kerja yang berkeahlian tinggi.

https://nasional.kontan.co.id/news/menko-perekonomian-emisi-karbon-jadi-tantangan-yang-pengaruhi-pdb-ke-depan

Katadata.co.id | Rabu, 11 Mei 2022

Sawit, Antara Energi dan Pangan

Minyak sawit yang dimanfaatkan untuk pangan dan bahan baku biodiesel berpotensi mengalami kelangkaan di masa depan jika tidak dilakukan diversifikasi bahan baku. Sawit menjadi komoditas andalan Indonesia. Berbagai produk turunan sawit dimanfaatkan di berbagai sektor, termasuk untuk pangan dan energi. Di sektor pangan, berbagai produk turunan sawit dihasilkan seperti minyak goreng, bahan baku mentega, dan lainnya. Sementara untuk kebutuhan energi, minyak sawit dimanfaatkan untuk mendukung program mandatori biodiesel nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), penggunaan Crude Palm Oil (CPO) di dalam negeri untuk kebutuhan biodiesel mencatatkan kenaikan tiap tahun. Angka estimasi penggunaan CPO pada 2022 mencapai 42,9 persen dari total pasokan dalam negeri, lebih tinggi dibanding 2021 yang mencapai 40,1 persen. Adapun penggunaan CPO untuk pangan menunjukkan tren penurunan sejak tahun 2019. Di tahun tersebut, penyerapan CPO untuk industri pangan mencapai 58,9 persen. Jumlah ini menurun menjadi 48,4 persen pada 2021 dan diproyeksikan hanya mencapai 46,6 persen pada 2022. Tren ini menunjukkan adanya risiko tarik-menarik antara kebutuhan sawit untuk pangan dan energi. Terlihat dari adanya kenaikan permintaan CPO sebanyak 14 persen per tahun di antara tahun 2018 hingga 2021, sejak program biodiesel diluncurkan. Sebagai bahan baku, pasokan CPO berpotensi mengalami kelangkaan di masa depan. Tak hanya itu, penggunaan CPO untuk energi akan meningkatkan beban APBN. Mengingat selama ini program biodiesel mendapat dana subsidi dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Besaran subsidi ini juga cukup signifikan karena pada 2021 jumlahnya mencapai Rp 110 triliun. Untuk mengantisipasi potensi tarik menarik pasokan CPO ini, berbagai langkah harus segera diterapkan oleh seluruh stakeholder terkait. Hal ini untuk menghindari risiko terganggunya ketahanan pangan dan ketahanan energi Indonesia di masa depan.

https://katadata.co.id/jeany/infografik/627baed890403/sawit-antara-energi-dan-pangan