Biofuel Indonesia Bisa Ubah Nasib Petani dan Ekonomi RI

| Articles
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp
Biofuel Bisa Ubah Nasib Petani dan Ekonomi RI. Sumber: Kompas

Pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN) atau biofuel di Indonesia semakin menunjukkan potensi besar dalam mendukung transisi energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Berdasarkan informasi yang disampaikan dalam acara Media Briefing PT Pertamina New and Renewable Energy (NRE) di Jakarta, biofuel yang berasal dari sumber daya alam seperti kelapa sawit (biodiesel) dan tebu (bioetanol) menawarkan berbagai dampak positif bagi Indonesia.

Dampak Positif Biofuel Indonesia

Menurut John Eusebius Iwan Anis, CEO PT Pertamina NRE, biofuel memiliki potensi untuk memberikan efek berganda (multiplier effect) bagi perekonomian nasional.

“Kalau kita bisa mengembangkan full scale dari biofuel termasuk bioetanol. Kita memberdayakan petani lebih intensif gitu ya. Terus mengurangi impor, mengurangi karbon, multiplier effect-nya luar biasa,” ujarnya, seperti dikutip pada Kamis (13/3/2025).

Pemanfaatan Biofuel

Salah satu dampak positif utama dari pemanfaatan biofuel secara masif adalah pemberdayaan petani. Dengan menjadikan petani sebagai penghasil bahan baku biofuel, seperti kelapa sawit dan tebu, akan tercipta lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan.

Pemanfaatan biofuel juga dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor bahan bakar minyak (BBM), yang pada akhirnya akan menghemat devisa negara.

Penggunaan biofuel juga berkontribusi pada pengurangan emisi karbon, yang merupakan salah satu tantangan utama dalam upaya mengatasi perubahan iklim.

“Dan ada penelitian mengatakan kalau kita akan one step ahead lagi gitu ya menggunakan infrastruktur apa namanya, pompa bensin yang ada di seluruh Indonesia tetap sama, sistemnya sama. Itu adalah kombinasi antara hybrid, mobil hybrid pakai biofuel. Itu bisa memberikan efek pengurangan karbon yang kurang lebih sama,” jelas John.

Fokus Pengembangan Biofuel dan Energi Terbarukan Lainnya

Dalam upaya mendukung transisi energi yang lebih bersih, pengembangan biofuel menjadi salah satu fokus utama. Selain biodiesel dan bioetanol, pengembangan bahan bakar berbasis minyak goreng bekas (jelantah) juga sedang diupayakan. Hal ini untuk meningkatkan kapasitas produksi biofuel di masa depan.

Namun, transisi menuju energi terbarukan tidak hanya bergantung pada biofuel. Pemanfaatan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) juga menjadi salah satu solusi untuk mengurangi emisi karbon di sektor transportasi. Meskipun demikian, John mengakui bahwa peralihan ke EV membutuhkan waktu yang cukup lama, bahkan hingga 15 tahun. Oleh karena itu, biofuel dipandang sebagai jembatan (bridging) untuk mencapai target pengurangan emisi karbon dalam jangka pendek dan menengah.

“Nah itu memberikan transportation itu sesuatu yang memang masih memerlukan sesuatu yang menjadi bridging lah dengan kondisi sekarang. Nah itulah yang kami dorong biofuel ini,” kata John.

Dengan demikian, pengembangan dan pemanfaatan biofuel secara masif di Indonesia tidak hanya memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan. Tetapi juga memperkuat ketahanan energi nasional. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, industri, dan masyarakat, sangat diperlukan untuk mewujudkan potensi besar biofuel dalam mendukung transisi energi yang berkelanjutan.