Biofuel: Investasi untuk Generasi Mendatang

| Articles, News
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp
Biofuel: Investasi untuk Generasi Mendatang. Sumber: Kompas

Indonesia, bersama Uni Eropa, Amerika Serikat, Brazil, dan Argentina, merupakan salah satu dari lima produsen biodiesel terbesar di dunia. Dalam dua dekade terakhir, pengembangan bahan bakar nabati (biofuel) telah menjadi fokus utama banyak negara. Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) dalam laporannya tahun 2008 menjelaskan bahwa pengembangan biofuel bertujuan untuk penghematan energi fosil, pengurangan emisi gas rumah kaca, dan pengembangan pertanian pedesaan. Tujuan ini semakin relevan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) yang menjadi acuan pembangunan dunia hingga tahun 2030.

Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) dalam penelitiannya tahun 2021 menyatakan bahwa pengembangan biofuel, khususnya biodiesel berbahan baku minyak sawit, berkontribusi pada pencapaian setidaknya empat tujuan SDGs, yaitu pengentasan kemiskinan (SDG-1), energi bersih dan terjangkau (SDG-7), pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi (SDG-8), serta aksi iklim (SDG-13).

Perkembangan Biodiesel Dunia dan Peran Indonesia

Biodiesel menjadi salah satu biofuel yang paling banyak dikembangkan di berbagai negara. Produksi biodiesel sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku di masing-masing negara. Negara-negara produsen minyak kedelai seperti Amerika Serikat, Brazil, dan Argentina mengembangkan biodiesel berbahan baku minyak kedelai. Uni Eropa yang merupakan produsen minyak rapeseed terbesar dunia, mengembangkan biodiesel dari minyak rapeseed. Sementara Indonesia dan Malaysia, sebagai produsen minyak kelapa sawit terbesar, mengembangkan biodiesel dari minyak sawit.

OECD dalam laporannya tahun 2020 menyatakan bahwa pengembangan biofuel, termasuk biodiesel, di berbagai negara menunjukkan pertumbuhan positif yang signifikan. Hal ini didorong oleh berbagai kebijakan seperti obligatory blending, pajak preferensial, dan subsidi. Peningkatan mandat blending rate dan insentif pajak atau subsidi menjadi instrumen penting yang mendukung permintaan biofuel dan mempengaruhi perkembangan harga. Dukungan kebijakan dan insentif ini berdampak pada tren produksi biodiesel global yang positif.

Dominasi Minyak Sawit dalam Industri Biodiesel Global

Dalam lima tahun terakhir, industri biodiesel dunia mengalami pertumbuhan pesat. Data dari USDA tahun 2020 menunjukkan bahwa produksi biodiesel dunia meningkat dari 31,1 juta kilo liter pada tahun 2015 menjadi 44,7 juta kilo liter pada tahun 2020. Uni Eropa merupakan produsen biodiesel terbesar dengan pangsa 36%, diikuti oleh Amerika Serikat (17%), Indonesia (11%), Brazil (11%), dan Argentina (7%). Kelima negara ini menguasai 82% produksi biodiesel dunia.

Minyak sawit menjadi bahan baku biodiesel yang paling banyak digunakan oleh industri biodiesel global. Volume minyak sawit yang digunakan meningkat dari 6,2 juta ton pada tahun 2015 menjadi 13,9 juta ton pada tahun 2020. Pangsa minyak sawit dalam pasar feedstock industri biodiesel global juga meningkat signifikan dari 23% menjadi 36% pada periode yang sama. Keunggulan harga minyak sawit yang lebih kompetitif serta pasokan yang besar dan stabil menjadi pendorong utama peningkatan penggunaan minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel dunia.

Peran APROBI dalam Pengembangan Biodiesel Indonesia

Sebagai asosiasi yang mewadahi produsen biofuel di Indonesia, APROBI memiliki peran penting dalam pengembangan industri biodiesel nasional. APROBI aktif menjalin kemitraan dengan pemerintah dan berbagai pihak terkait untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan biodiesel. APROBI juga berperan dalam mendorong inovasi teknologi dan peningkatan kualitas biodiesel, serta memperjuangkan kepentingan anggotanya dalam menghadapi berbagai tantangan industri.

Manfaat Biofuel bagi Lingkungan dan Kesehatan

Pengembangan biofuel, terutama biodiesel dari minyak nabati, terbukti memberikan manfaat penting bagi lingkungan dan kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa biodiesel dapat membantu mencapai tujuan nasional dalam pengurangan emisi karbon. Data USDA (2020) menunjukkan bahwa produksi dan penggunaan biodiesel menghasilkan emisi CO2 78,5% lebih sedikit dibandingkan bahan bakar fosil. Penggunaan biodiesel juga mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 41%, mengurangi polutan, dan meminimalisir dampak kerusakan lingkungan akibat pelepasan gas beracun. Biodiesel juga lebih aman untuk dihirup manusia karena emisi biodiesel menurunkan kadar hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) dibandingkan emisi solar minyak bumi.

Penggunaan biodiesel juga membantu melestarikan sumber daya alam dan berkontribusi pada ketahanan energi nasional. Biodiesel tidak beracun dan mudah terurai secara hayati.

Pengembangan biodiesel merupakan langkah penting dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Kontribusi Indonesia sebagai salah satu produsen biodiesel terbesar dunia, didukung oleh peran APROBI, memberikan dampak positif bagi ekonomi, lingkungan, dan kesehatan masyarakat.