Buka Seminar Aprobi, Dirjen EBTKE Apresiasi Mandatori Biodiesel Hemat Devisa Rp122 Triliun
Sawitindonesia.com | Selasa, 27 Februari 2024
Buka Seminar Aprobi, Dirjen EBTKE Apresiasi Mandatori Biodiesel Hemat Devisa Rp122 Triliun
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan bioenergi sebagai salah satu Energi Baru Terbarukan (EBT) sangat berperan penting dalam target pengurangan emisi karbon (net zero emission) yang ditargetkan tercapai pada 2060. Kontribusi sektor EBT dalam bauran energi nasional mencapai 13,2 persen di mana bioenergi berkontribusi 7,7 persen atau 60 persen dari total bauran energi. Data ini diungkapkan Plt. Dirjen EBTKE (Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi ) Kementerian ESDM RI Jisman P. Hutajulu dalam pembukaan Seminar Tantangan Industri Bioenergi yang diselenggarakan Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) di Jakarta, Selasa (27 Februari 2024). “Kementerian ESDM mengapresiasi Seminar Tantangan Industri Bioenergi yang dilakukan APROBI dalam menghadapi tantangan dan peluang sektor bionergi. Kolaborasi antara pemerintah dengan pelaku usaha menjadi keberhasilan pengembangan serta kontribusi bioenergi bagi kepentingan bersama,” urainya. Jisman mengatakan bahwa program biodiesel telah menghemat devisa negara sebesar lebih Rp122 triliun pada 2023. “Salah satu bioenergi yang besar adalah penyediaan dan pemanfaatan biodiesel, dimana pada 2023 telah disalurkan biodiesel untuk domestik 12,3 juta kilo liter yang dapat menghemat devisa negara sekitar lebih dari Rp122 triliun. Dan penurunan gas rumah kaca sebesar 132 juta ton CO2,” ujar Jisman. Dalam paparannya, Jisman mengatakan bahwa Indonesia memiliki dua komitmen utama terhadap mitigasi perubahan iklim yang harus dicapai. Target nasional untuk mengurangi emisi gas rumah kaca mencapai sebesar 29 persen pada 2030 yang terlah diperbaharui menjadi 31,9 persen melalui business as usual dengan usaha sendiri dan penurunan sebesar 41 persen yang skema business as usual dengan bantuan internasional pada 2030 yang telah diperbaharui menjadi 43,2 persen terhadap dengan bantuan internasional. Menurutnya, bioenergi sebagai salah satu sumber EBT mempunyai peranan yang sangat penting dalam menuju net zero emission. Bioenergi bukan hanya sebagai sumber EBT tapi juga bagian strategi integral untuk mengurangi emisi karbon, meningkatkan keberlanjutan dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif sebagai energi terbarukan. “Bioenergi yang terdiri dari biomassa, biogas dan bahan bakar nabati dapat menggantikan semua energi fosil di semua sektor terkait pembangkit listrik, bahan baku industri, transportasi, komersil dan rumah tangga,” jelasnya. Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum APROBI Catra de Thouars mengakui bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengetahui kehadiran sektor bioenergi yang telah menginjak usia dua dekade. Padahal, sektor bioenergi khususnya biodiesel di manaIndonesia terbilang paling maju di dunia. “Dari sebelumnya yang tidak ada mandatori sama sekali hingga ada mandatori pencampuran biodiesel untuk sektor PSO B35 hingga saat implementasi mandatori B35 untuk seluruh sektor yang merupakan pencampuran biodiesel paling maju di dunia,” ujar Catra dalam sambutannya. Catra mengatakan bioenergi punya manfaat positif yang dapat digunakan masyarakat dari pengembangan industri bioenergi seperti biodiesel, bioethanol, bioavtur dan masih banyak yang siap dikembangkan di Indonesia. Seminar Tantangan Industri Bionergi terbagi atas tiga sesi yang membahas topik Update Perkembangan EUDR, Percepatan Implementasi ISPO Hilir, dan Update Program Bioenergi. Pembicara yang hadir antara lain Nidya Kartikasari (Direktur KSIA Amerop Kementerian Luar Negeri RI), Erry Bundjamin (Pendamping Hukum Pemerintah Indonesia), Prayudi Syamsuri (Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementerian Pertanian RI), Setia Diarta (Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kemenperin), Edi Wibowo (Direktur Bioenergi Kementerian ESDM RI), Jessica Hanafi (Founder PT Life Cyle Indonesia), Andriah Feby Misna (Direktur Aneka EBT Kementerian ESDM RI), dan Sayuta Senobua (Inspektur Kelaikan Udara Kementerian Perhubungan RI), Didik Bahagia (Direktur PT Kilang Pertamina Internasional), dan Susanto (Ketua Umum GAPUMLIGI).
CNBCIndonesia.com | Selasa, 27 Februari 2024
ESDM Targetkan Realisasi BBM Hijau Tembus 13,9 Juta Kiloliter di 2025
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan realisasi biofuel atau Bahan Bakar Nabati (BBN) pada tahun depan diproyeksi mencapai 13,9 juta kilo liter (kl) berdasarkan target Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). Hal itu dikatakan oleh Direktur Bioenergi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, Edi Wibowo. Dia mengatakan sesuai dengan target dalam RUEN, target realisasi biofuel termasuk biodiesel dan bioetanol yang dikembangkan di Indonesia tahun 2025 lebih tinggi dibandingkan yang ditetapkan untuk tahun 2024 ini. Untuk target tahun 2025 mendatang sebesar 13,9 juta kl yang mana pada tahun 2024 ini target yang ditentukan sebesar 12,5 juta kl. “Target (2025) biofuel sesuai RUEN (13,9 juta kl),” ujar Edi saat ditemui di sela acara seminar APROBI Tantangan Industri Bioenergi, di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (27/2/2024). Adapun, Edi mengatakan target tersebut bisa saja ditentukan lebih tinggi oleh Kementerian ESDM yang mana melebihi dari target RUEN. Hal itu dia katakan lantaran melihat realisasi tahun-tahun sebelumnya, justru realisasi lebih tinggi dibandingkan dari target RUEN yang sudah ditentukan. “Realisasi kita justru melebihi RUEN, jadi kita harapkan 2025 demikian (realisasi lebih tinggi dari target),” tambahnya. Namun memang, Edi mengatakan target yang akan ditentukan oleh Kementerian ESDM nantinya perlu melalui perhitungan terlebih dahulu. “Alokasi kan tergantung kebutuhan tahun depan, kita kebutuhan berapa kita dapat dari Ditjen Migas, baru nanti alokasi biodieselnya kita atur untuk biodiesel ya,” tandasnya.
Inilah.com | Selasa, 27 Februari 2024
Hemat Devisa Rp122 Triliun dan Ramah Lingkungan, KESDM Dukung Pengembangan Biofuel dari Sawit
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong pengembangan bioenergi sebagai salah satu bentuk energi baru terbarukan (EBT) menuju net zero emission pada 2060. Selain itu, negara bisa menghemat devisa. Plt Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Jisman P Hutajulu mengatakan, kontribusi sektor EBT dalam bauran energi nasional mencapai 13,2 persen. Di mana, bioenergi berkontribusi 7,7 persen atau 60 persen dari total bauran energi. “Kementerian ESDM mengapresiasi Seminar Tantangan Industri Bioenergi yang dilakukan Aprobi dalam menghadapi tantangan dan peluang sektor bionergi. Kolaborasi antara pemerintah dengan pelaku usaha, menjadi keberhasilan pengembangan serta kontribusi bioenergi bagi kepentingan bersama,” kata Jisman dalam seminar bioenergi yang diselenggarakan Asosiasi produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), Jakarta, Selasa (27/2/2024). Jisman mengatakan, program biodiesel berhasil menghemat devisa negara Rp122 triliun pada 2023. “Salah satu bioenergi yang besar adalah penyediaan dan pemanfaatan biodiesel, dimana pada 2023 telah disalurkan biodiesel untuk domestik 12,3 juta kilo liter yang dapat menghemat devisa negara sekitar lebih dari Rp122 triliun. Dan penurunan gas rumah kaca sebesar 132 juta ton CO2,” ujar Jisman. Jisman mengatakan, Indonesia memiliki dua komitmen utama terhadap mitigasi perubahan iklim yang harus dicapai. Target nasional untuk mengurangi emisi gas rumah kaca mencapai 29 persen pada 2030, dikerek 31,9 persen, melalui business as usual dengan usaha sendiri. Serta, penurunan sebesar 41 persen dengan bantuan internasional pada 2030, telah naik 43,2 persen. Wakil Ketua Umum Aprobi, Catra de Thouars mengakui, masih banyak masyarakat yang belum paham akan kehadiran bioenergi, meski usianya masuk dua dekade. Padahal, Indonesia adalah negara termaju dalam mengembangkan bioenergi. “Dari sebelumnya yang tidak ada mandatori sama sekali hingga ada mandatori pencampuran biodiesel untuk sektor PSO B35 hingga saat implementasi mandatori B35 untuk seluruh sektor yang merupakan pencampuran biodiesel paling maju di dunia,” kata Catra. Catra mengatakan bioenergi punya manfaat positif yang dapat digunakan masyarakat dari pengembangan industri bioenergi seperti biodiesel, bioethanol, bioavtur dan masih banyak yang siap dikembangkan di Indonesia.
CNBCIndonesia.com | Selasa, 27 Februari 2024
Bukti Konkret BBM ‘Baru’ Cegah RI Kekeringan Dolar AS
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan pengembangan bahan bakar nabati atau biofuel dalam negeri bisa membuat Indonesia menghemat pengeluaran devisa negara hingga Rp 122 triliun. Hal itu dikatakan Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Jisman P. Hutajulu. Dia mengungkapkan pada tahun 2023 lalu Indonesia berhasil menyalurkan hingga 12,3 juta kilo liter (kl) biofuel di pasar domestik. Pencapaian pada tahun 2023 tersebut diklaim berhasil menghemat devisa negara hingga lebih dari Rp 122 triliun. “Pada tahun 2023, telah disalurkan biodiesel untuk domestik sebesar 12,3 juta kiloliter yang dapat menghemat devisa negara sekitar lebih dari Rp 122 triliun,” ungkap Jisman dalam acara seminar APROBI di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (27/2/2024). Jisman mengungkapkan, selain dapat menghemat devisa negara, pemanfaatan biofuel termasuk biodiesel dengan jenis B35 atau bauran komposisi 35% biodiesel dalam negeri juga bisa mengurangi sumbangan emisi karbon hingga 132 juta ton CO2. Adapun, dia mengatakan mengungkapkan pada tahun 2023 lalu, total kontribusi energi terbarukan di Indonesia telah mencapai 13,2% dari total bauran energi nasional. Yang mana, dia menyebutkan dari angka capaian tersebut, bioenergi berhasil menyumbang sekitar 7,7% atau setara dengan 60% kontribusi dari total target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT). “Ini menunjukkan besarnya peran bioenergi,” jelasnya. Selain itu, alokasi biodiesel tahun 2024 ditetapkan sebesar 13,4 juta kl dengan asumsi pencampuran B35. Pencampuran tahun 2025 (B35/B40) masih akan melihat realisasi penyerapan tahun 2024, kesetimbangan produksi dan penggunaan CPO nasional, serta ketersediaan insentif dari BPDPKS untuk mendukung program mandatori biodiesel. Seperti diketahui, setelah sukses menjalankan program B30 yakni campuran antara 30% fatty acid methyl ester (FAME) dan 70% BBM jenis solar, pemerintah juga baru saja merilis program B35 pada 1 Februari 2023 dengan alokasi mencapai 13,15 juta kilo liter (kl).
CNBCIndonesia.com | Selasa, 27 Februari 2024
Biodiesel Banyak “Masalah”, ESDM Buka Opsi Lain Sumber BBM Baru
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan upaya yang bisa dilakukan untuk menghadapi berbagai tantangan pengembangan bahan bakar nabati (BBN) jenis biodiesel yang berbasis sawit di dalam negeri. Di saat bersamaan, ESDM membuka opsi ide-ide baru untuk mengembangkan sumber bahan baku alternatif untuk bahan bakar terbarukan lainnya. Plt. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kemenerian ESDM Jisman P Hutajulu mengungkapkan, masih terdapat banyak tantangan bagi Indonesia dalam mengembangkan biodiesel, baik tantangan yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. “Untuk mengatasi tantangan dalam pengembangan bioenergi tersebut diperlukan pendekatan terpadu, melibatkan berbagai pihak termasuk pemerintah, industri, akademisi dan NGO masyarakat,” ujar Jisman dalam acara seminar APROBI Tantangan Industri Bioenergi, di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (27/2/2024). Jisman mengatakan untuk mengatasi tantangan yang ada, Indonesia perlu mengeksplorasi peluang dan potensi bioenergi termasuk biodiesel yang belum tergarap sepenuhnya di dalam negeri. Dia mengatakan hal itu bisa dilakukan dengan inovasi teknologi, pengembangan pasar, kemitraan strategi investasi yang masif dalam rangka kebijakan yang kondusif. “Ada beberapa bidang di mana kita dapat melihat potensi besar untuk pertumbuhan dan perkembangan industri bioenergi di masa depan,” tambahnya. Dia pun mengatakan pihaknya perlu mencari dan mengembangkan sumber bioenergi alternatif yang berlanjutan, dan tidak bersaing dengan produksi pangan seperti limbah pertanian, sampah kota, dan tanaman. Selain itu, perihal tantangan keterbatasan lahan dapat diatasi dengan memanfaatkan energy crops dan juga inovasi peningkatan produktivitas melalui rekayasa genetika dan replanting. “Para pelaku usaha dan akademisi perlu melakukan penelitian dan pengembangan affordable teknologi dalam produksi, konversi, dan penggunaan bioenergi,” ucap Jisman. Kemudian, Jisman mengatakan permasalahan keterbatasan infrastruktur dapat diatasi dengan melibatkan BUMN dan swasta untuk berinvestasi, “termasuk melalui skema kerja sama pemerintah dan badan usaha atau KPBU,” katanya.
CNBCIndonesia.com | Selasa, 27 Februari 2024
Jangan Kaget, BBM Hijau Sumbang Mayoritas Energi Terbarukan di RI
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan bioenergi, termasuk biofuel atau bahan bakar nabati (BBN) yang dikembangkan dalam negeri, bisa berperan besar dalam menyumbang bauran energi terbarukan di Indonesia. Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Jisman P. Hutajulu mengungkapkan, pada tahun lalu, total kontribusi energi terbarukan di Indonesia telah mencapai 13,2% dari total bauran energi nasional. Dari capaian itu, bioenergi berhasil menyumbang sekitar 7,7% atau setara dengan 60% kontribusi dari target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT). “Ini menunjukkan besarnya peran bioenergi,” ungkap Jisman dalam acara seminar APROBI di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (27/2/2024). Jisman mengatakan salah satu peran besar bioenergi datang dari pemanfaatan biodiesel. Dia mengeklaim pemerintah berhasil menyalurkan biodiesel untuk konsumsi domestik sebesar 12,3 juta kilo liter (kl). Penyaluran tersebut dikatakan berhasil menghemat devisa negara lebih dari Rp 122 triliun. Selain itu, dia juga mengeklaim terdapat penurunan emisi gas rumah kaca hingga 132 juta ton CO2 berkat bauran bioenergi dalam negeri. Lebih lanjut, Jisman mengatakan bioenergi merupakan salah satu sumber EBT yang menjadi senjata pemerintah untuk mencapai net zero emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat. Sebab, bioenergi bukan hanya dijadikan sumber energi terbarukan, tetapi juga bagian integral strategi pemerintah dalam rangka menekan emisi karbon, meningkatkan keberlanjutan, dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Dengan begitu, Jisman mengatakan bioenergi yang terdiri dari biomassa, biogas, dan bahan bakar nabati juga bisa menggantikan bahan bakar fosil yang menjadi ‘tulang punggung’ energi Indonesia saat ini.
Majalahhortus.com | Selasa, 27 Februari 2024
Mandatori Biodiesel Hemat Devisa Rp122 Triliun, Tekan Emisi Hingga 132 juta ton CO₂
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan bioenergi sebagai salah satu Energi Baru Terbarukan (EBT) sangat berperan penting dalam target pengurangan emisi karbon (net zero emission) yang ditargetkan tercapai pada 2060. Kontribusi sektor EBT dalam bauran energi nasional mencapai 13,2 persen di mana bioenergi berkontribusi 7,7 persen atau 60 persen dari total bauran energi. Data ini diungkapkan Plt. Dirjen EBTKE (Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi ) Kementerian ESDM RI Jisman P. Hutajulu dalam pembukaan Seminar Tantangan Industri Bioenergi yang diselenggarakan Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) di Jakarta, Selasa (27 Februari 2024). “Kementerian ESDM mengapresiasi Seminar Tantangan Industri Bioenergi yang dilakukan APROBI dalam menghadapi tantangan dan peluang sektor bionergi. Kolaborasi antara pemerintah dengan pelaku usaha menjadi keberhasilan pengembangan serta kontribusi bioenergi bagi kepentingan bersama,” urainya. Jisman mengatakan bahwa program biodiesel telah menghemat devisa negara sebesar lebih Rp122 triliun pada 2023. “Salah satu bioenergi yang besar adalah penyediaan dan pemanfaatan biodiesel, dimana pada 2023 telah disalurkan biodiesel untuk domestik 12,3 juta kilo liter yang dapat menghemat devisa negara sekitar lebih dari Rp122 triliun. Dan penurunan gas rumah kaca sebesar 132 juta ton CO2,” ujar Jisman. Dalam paparannya, Jisman mengatakan bahwa Indonesia memiliki dua komitmen utama terhadap mitigasi perubahan iklim yang harus dicapai. Target nasional untuk mengurangi emisi gas rumah kaca mencapai sebesar 29 persen pada 2030 yang terlah diperbaharui menjadi 31,9 persen melalui business as usual dengan usaha sendiri dan penurunan sebesar 41 persen yang skema business as usual dengan bantuan internasional pada 2030 yang telah diperbaharui menjadi 43,2 persen terhadap dengan bantuan internasional. Menurutnya, bioenergi sebagai salah satu sumber EBT mempunyai peranan yang sangat penting dalam menuju net zero emission. Bioenergi bukan hanya sebagai sumber EBT tapi juga bagian strategi integral untuk mengurangi emisi karbon, meningkatkan keberlanjutan dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif sebagai energi terbarukan. “Bioenergi yang terdiri dari biomassa, biogas dan bahan bakar nabati dapat menggantikan semua energi fosil di semua sektor terkait pembangkit listrik, bahan baku industri, transportasi, komersil dan rumah tangga,” jelasnya. Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum APROBI Catra de Thouars mengakui bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengetahui kehadiran sektor bioenergi yang telah menginjak usia dua dekade. Padahal, sektor bioenergi khususnya biodiesel di manaIndonesia terbilang paling maju di dunia. “Dari sebelumnya yang tidak ada mandatori sama sekali hingga ada mandatori pencampuran biodiesel untuk sektor PSO B35 hingga saat implementasi mandatori B35 untuk seluruh sektor yang merupakan pencampuran biodiesel paling maju di dunia,” ujar Catra dalam sambutannya. Catra mengatakan bioenergi punya manfaat positif yang dapat digunakan masyarakat dari pengembangan industri bioenergi seperti biodiesel, bioethanol, bioavtur dan masih banyak yang siap dikembangkan di Indonesia. Seminar Tantangan Industri Bionergi terbagi atas tiga sesi yang membahas topik Update Perkembangan EUDR, Percepatan Implementasi ISPO Hilir, dan Update Program Bioenergi.
BERITA BIOFUEL
Bisnis.com | Selasa, 27 Februari 2024
Ekspor Biodiesel RI Anjlok 70%, Akibat Diskriminasi Uni Eropa
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan ekspor biodiesel Indonesia turun 70% imbas hambatan dagang yang dibikin Uni Eropa. Pelaksana Tugas Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Jisman P. Hutajulu mengatakan anjloknya kinerja ekspor itu disebabkan karena kampanye negatif serta proteksi dagang dari Uni Eropa atas produk biodiesel Indonesia. “Yang terbaru adalah penerapan EU Deforestation-Free Regulation (EUDR) berbagai tantangan tersebut telah menurunkan ekspor biodiesel kita hingga 70%,” kata Jisman, Selasa (27/2/2024). Jisman mengatakan kebijakan dagang diskriminatif Uni Eropa atas biodiesel Indonesia lewat anti-dumping, pengenaan bea masuk tambahan atas produk bioenergi khususnya sawit belakangan makin menekan kinerja ekspor produk tersebut. Kendati demikian, dia mengatakan, produk bioenergi telah menyumbang sekitar 7,7% bauran energi bersih hingga akhir 2023 yang ditutup di level 13,2%. Adapun, bioenergi seperti biomasa, biogas hingga bahan bakar nabati (BBN) berkontribusi sebesar 60% dari komposisi energi baru terbarukan (EBT) saat ini. “Hal ini menunjukkan besarnya peran bioenergi dalam bauran EBT nasional, salah satu peran bioenergi yang besar adalah penyediaan dan pemanfaatan biodiesel,” kata dia. Sepanjang 2023, dia mencontohkan, penyaluran biodiesel domestik telah mencapai 12,3 juta kiloliter. Penyaluran itu telah menghembat devisa negara sekitar Rp122 triliun dan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 132 juta ton CO2 ekuivalen. Diketahui, sejak 6 Desember 2018, Komisi Uni Eropa menginisiasi penyelidikan antisubsidi terhadap produk biodiesel dari Indonesia. Hal tersebut dilakukan berdasarkan petisi yang diajukan oleh European Biodiesel Board (EBB) yang diwakilkan oleh firma hukum Fidal pada 19 Oktober 2018. Komisi Uni Eropa melakukan penyelidikan antisubsidi terhadap impor biodiesel asal Indonesia dengan mengambil lima perusahaan produsen atau pengekspor biodiesel sebagai sampel. Sebelumnya, Uni Eropa juga melakukan penyelidikan atas isu yang sama kepada Argentina yang dimulai sejak 31 Januari 2018. Namun, dengan adanya pengajuan pembentukan panel kedua kalinya ini, maka secara otomatis telah terbentuk oleh WTO terlepas penolakan dari Uni Eropa. WTO dalam keterangan resmi di situsnya pada 27 November 2023 menyatakan bahwa DSB telah menyetujui permintaan Indonesia untuk pembentukan panel sengketa guna meninjau bea masuk penyeimbang yang digunakan oleh Uni Eropa atas biodiesel asal Indonesia. Biro Advokasi Perdagangan Kemendag, Nugraheni Prasetya Hastuti, mengatakan pengajuan kembali pembentukan panel sengketa biodiesel tersebut menjadi upaya pemerintah untuk memperjuangkan akses pasar produk biodiesel Indonesia di pasar Uni Eropa. Benua Biru itu dianggap diskriminatif terhadap produk biodiesel Indonesia karena dianggap menerima subsidi dari pemerintah dengan pengenaan Bea Masuk Imbalan (BMI) berkisar antara 8—18% terhitung mulai 29 November 2019. Adapun, pokok gugatan yang diajukan Indonesia dalam sengketa biodiesel antara lain isu tuduhan pendanaan biodiesel dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yang dianggap subsidi oleh Komisi Eropa; tuduhan Komisi Eropa terkait adanya dukungan dari Pemerintah Indonesia untuk penyediaan minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO), dan perhatian atas penghitungan ancaman kerugian material oleh Komisi Eropa yang tidak berdasar dan tidak sesuai dengan ketentuan yang seharusnya (Agreement on Subsidies and Countervailing Measures/SCM Agreement). “Indonesia mengharapkan agar panel segera dibentuk dan sidangpemeriksaan sengketa dapat dilaksanakan pada semester pertama 2024,” ujar Nugraheni dalam keterangan resmi, Rabu (29/11/2023).