CFA Society Indonesia Dukung Net Zero Emission
Investor Daily Indonesia | Selasa, 4 Juli 2023
CFA Society Indonesia Dukung Net Zero Emission
CFA So ciety Indonesia mendukung upaya pemerintah mencapai net zero emission (NZE). Langkah yang ditempuh CFA di antaranya menggelar seminar guna memberi masukan terkait Environmental, Social and governance (ESG). Seminar tersebut berlangsung pada Kamis (6/7). Ketua CFA Institute yang juga Wakil Menteri BUMN 1, Pahala N Mansury mengatakan, seminar itu digelar dalam rangka perayaan 20 tahun berdirinya CFA Society Indonesia. “Kami di CFA Indonesia melihat, untuk mendukung NZE kan selalu muncul pertanyaan, siapa yang membiayai? Pendanaannya bagaimana? Bagaimana peran public and private? itu makanya kita akan menggelar beberapa sesi di acara seminar ini,” kata Pahala dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (3/7). Pahala menuturkan, seminar CFA soal NZE mengusung tiga topik, yaitu peran public private dalam menurunkan emisi guna membantu pencapaian NZE. Topik berikutnya adalah terkait perdagangan karbon. Pasarnya, Indonesia memiliki hutan dengan luas 172 ha. “Target kita sebelum Sep- tember sudah akan ada salah satu BUMN yang ikut carbon trading yang difasilitasi Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan panduan regulasi dari Kementerian LHK dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” ujarnya. Topik berikutnya, menurut Pahala, adalah mengenai peran investor dan pasar modal dalam pencapaian NZE. Pahala menuturkan, pihaknya meminta BUMN menyusun peta jalan (roadmap) mengenai NZE. Salah satu sektor yang memiliki roadmap jelas adalah sektor pembangkit listrik. Indonesia, kata Pahala, punya modal besar untuk menurunkan emisi, di antaranya melalui pengembangan panas bumi dengan potensi mencapai 22 gigawatt. Selain itu, Indonesia memiliki potensi pengembangan energi surya yang mencapai 1.900 watt. Potensi lainnya adalah pengembangan biomassa sebagai biofuel yang sudah diterapkan lewat program biodiesel 35 (B35). Pekan ini, Pertamina akan memperkenalkan produk green pertamax dengan oktan 95. Produk tersebut menggunakan 5% bioethanol. “Ini upaya untuk menurunkan emisi dari BBM,” tegas dia.
Kontan | Selasa, 4 Juli 2023
BBM Pertamax Green 95 Segera Dijual
PT Pertamina (Persero) akan meluncurkan bahan bakar minyak (BBM) jenis terbaru yang diberi nama Pertamax Green 95 dengan harga Rp 13.200 per liter. Rencana itu diungkapkan oleh Wakil Menteri BUMN I Pahala N. Mansury di Jakarta, Senin (3/7). Pertamina akan melakukan ujicoba pasar atas produk BBM terbarunya ini di wilayah Jawa Timur dan DKI Jakarta. Pahala menjelaskan, sebanyak 17 titik stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) akan memasarkan produk BBM terbaru dari Pertamina itu. BBM itu dibuat dengan menggunakan campuran Pertamax dengan bioetanol sebesar 5% (E5). bioetanol adalah etanol atau senyawa alkohol yang berasal dari tumbuhan. Dalam hal ini, Pertamina menggunakan tebu. “(Akan dijual) di harga Rp 13.200 per liter, di kisaran segitu lah. Kemungkinan ada 17 titik SPBU yang akan menjual Green Pertamax 95. Kurang lebih 11 titik di Jatim, dan mungkin enam titik di Jakarta,” kata Pahala yang juga Wakil Komisaris Utama Pertamina, Senin (3/7). Pahala menjelaskan, ujico- ba yang akan dilakukan akan menjadi bahan pertimbangan Pertamina untuk memperluas penjualan ke daerah-daerah lainnya di Indonesia. Meski demikian, pengembangan bioetanol ini masih dihadapkan pada tantangan ketersediaan bahan baku yang terbatas. Selama ini, kebutuhan bioetanol dipasok oleh Energi Agro Nusantara (Ene- ro), anak usaha PTPN. “Nanti kalau misalnya kita lihat sukses maka akan .dikembangkan juga untuk menambah kapasitas produksi bioetanol,” imbuh Pahala. Pahala menjelaskan, dalam pemasaran produk BBM baru ini, Pertamina tidak perlu mengucurkan investasi untuk penambahan nozzle di SPBU. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif sebelumnya menegaskan, bahwa BBM dengan program campuran antara Pertamax dengan bioetanol tersebut tidak akan mendapatkan subsidi dari pemerintah. Ia juga menyebut, program itu akan mengurangi penggunaan BBM fosil.
CNBCIndonesia.com | Selasa, 4 Juli 2023
RI Hemat Triliunan dari ‘Sulap’ Sawit Jadi BBM Hijau
Pemanfaatan minyak sawit jadi bahan bakar, biodiesel, terbukti membuat Indonesia jadi lebih hemat. Menurut Sekretaris Jenderal Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) Rizal Affandi Lukman, Indonesia bisa menghemat sampai setara Rp161,55 triliun (dengan kurs Rp15.027 per dolar AS). Sebab, kata Rizal, Indonesia merupakan negara net importir minyak. Yaitu, mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. “Dengan memanfaatkan sawit yang dapat dikonversi jadi biodiesel, Indonesia bisa hemat sekitar US$10,75 miliar. Suatu jumlah yang sangat besar,” kata Sekretaris Jenderal CPOPC Rizal Affandi Lukman dalam CNBC Indonesia ‘Sawit Week 2023, Industri Sawit Dijegal Uni Eropa Ini Siasat CPOPC’, Selasa (4/7/2023). “Dan kalau bahan bakar fosil/ minyak diganti dengan sawit, itu bagian dari renewable energy (energi terbarukan). Itu dapat menekan 35 juta ton CO2 dengan tidak membakar BBM tapi biodiesel. Yang bisa ditanam (kelapa sawit), yang bisa dimanfaatkan. Itu bagian dari renewable energy,” jelasnya. Seperti diketahui, pemanfaatan hasil hilirisasi sawit jadi sumber energi saat ini sudah diberlakukan wajib di Indonesia. Di mana mulai Februari 2023 lalu, telah diberlakukan mandatori B35. Yaitu, biodiesel dengan campuran 35% FAME ke dalam bahan bakar solar. Langkah Indonesia itu, katanya, juga telah dilakukan oleh negara lain, seperti Malaysia dan Thailand. ‘Malaysia sedang mencanangkan B20, sedang diupayakan menuju ke sana. Belum sampai 20 tapi sedang menuju ke sana,” ujarnya. “Dan juga di beberapa negara lain, seperti Thailand juga sudah mulai menggunakan biodiesel. Di sana sudah B10,” kata Rizal. Pemanfaatan hilirisasi sawit jadi sumber energi, imbuh dia, menjadi salah satu upaya menyerap produksi sawit dunia. “Dengan begitu jumlah minyak sawit dunia tidak oversupply dan menghasilkan angka yang reasonable dari sisi konsumen maupun produsen. Dan ini sekaligus meningkatkan ketergantungan pasar ekspor ke Uni Eropa semakin berkurang,” kata Rizal. “Sebelumnya market share pasar sawit dari Indonesia ke Eropa adalah 15-17%, sekarang sudah tinggal 10,2%. Jadi, semakin less important bagi ekspor sawit Indonesia,” cetusnya. Di mana, saat ini pasar utama ekspor sawit Indonesia adalah India dan China. Meski Uni Eropa masih termasuk. Selain itu juga ke Pakistan.
Kompas.com | Selasa, 4 Juli 2023
Erick Thohir Persiapkan Ketahanan Energi Nasional Lewat Kendaraan Listrik dan Biofuel
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, Indonesia perlu menyiapkan cetak biru (blueprint) ketahanan energi nasional di masa depan. Untuk itu, pihaknya bertemu dengan PT Pertamina (Persero) demi merancang strategi lebih detil terkait ketahanan energi tersebut. Pasalnya, Erick Thohir melihat saat ini situasi pertumbuhan ekonomi dunia sedang melambat. Belum lagi banyak negara Eropa harus menanggung tingkat inflasi yang lebih tinggi dari pertumbuhan ekonominya. “Isu supply chain berulang-ulang saya sebut sebagai isu yang sangat besar. Energi dan pangan, kita bisa lihat bagaimana harga-harganya meningkat drastis di Eropa. Tentu Indonesia perlu mempersiapkan blue print ketahanan energi nasional,” ujar dia saat ditemui di Jakarta Pusat, Selasa (4/7/2023). Untuk itu, Erick menambahkan, Indonesia masih menjadi negara yang melakukan impor minyak mentah (crude oil). Di sisi lain, pemerintah terus mendorong kebijakan penggunaan kendaraan listrik di kalangan masyarakat. “Ketika EV dimaksimalkan dengan target (penggunaan) 50 persen terjadi, ini yang mau saya ingatkan, bukan berarti impor BBM menurun. Impor BBM akan kami jaga peningkatannya,” imbuh dia. Erick menjelaskan, penggunaan BBM akan mulai bergeser dan tidak terfokus pada bahan bakar mobil. Pasalnya, industri petrokimia juga memerlukan crude oil sebagai bahan baku obat-obatan, baju, dan botol plastik. Di sisi lain, pihaknya juga mendorong Pertamina untuk mempersiapkan biofuel yang akan bekerja sama dengan PT PN. “Artinya ada shifting dari crude oil itu salah satunya ke biofuel. Maka saya review juga kesiapan Pertamina (soal) biofuel. Itulah nanti next ada EV ada biofuel,” ujar dia. Sebagai contoh, Erick Thohir menjelaskan Brazil telah menorehkan kisah sukses ketahanan energi dengan mendorong penggunaan biofuel pada mobil sampai 67 persen. “Makannya langitnya biru,” tandas dia.