Dapat Suntikan Biodiesel Program B35, AKRA Targetkan Penjualan Naik

| News
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Bisnis.com | Sabtu, 7 Januari 2023

Dapat Suntikan Biodiesel Program B35, AKRA Targetkan Penjualan Naik

PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) menjadi salah satu perusahaan yang mendapat pasokan biodiesel untuk 2023. Sebagaimana diketahui, pemerintah memutuskan untuk menambah alokasi bahan bakar nabati (BBN) melalui program B35 yang berlaku mulai 1 Februari 2023 dari sebelumnya B30. Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia No. 205.K/EK.05/DJE/2022, AKRA memperoleh alokasi biodiesel sebesar 899.125 kiloliter (kL) pada 2023. AKRA menjadi penerima pasokan biodiesel terbesar kedua setelah PT Pertamina Patra Niaga yang memperoleh 10,10 juta kL. Direktur sekaligus Corporate Secretary AKR Corporindo Suresh Vembu mengatakan AKRA akan menerima pasokan biodiesel dari 11 perusahaan tahun ini, termasuk dari PT SMART Tbk. (SMAR) sebanyak 254.711 KL dan PT Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA) sebesar 23.083 kL. “AKR tidak memproduksi FAME [fatty acid methyl ester/biodiesel], tetapi kami membeli FAME dari produsen yang telah ditetapkan dan Blend High Speed Diesel yang kami peroleh dari kilang dan traders dalam proporsi yang ditetapkan oleh pemerintah,” kata Suresh kepada Bisnis, Jumat (6/1/2023). Suresh mengatakan proses pencampuran dilakukan di AKR Storage terminal yang berlokasi di 17 pelabuhan di Indonesia. AKRA memasok ke pelanggan industri dan ritel sebagai biosolar. Dia tidak bisa memastikan nilai penjualan dari biodiesel karena harga ditentukan oleh pasar internasional dan nilai tukar yang berlaku untuk setiap periode. Sebagai distributor, AKRA selalu menyesuaikan harga dengan Mean of Platts Singapore (MOPS) dan pergerakan kurs sebagai acuan. “Jadi sulit untuk memprediksi nilainya pada saat ini. Namun kami masih berharap volume minyak bumi yang dijual baik kepada pelanggan Industri maupun ritel akan tumbuh dengan pertumbuhan permintaan dari berbagai sektor dan pembukaan gerai baru BP AKR,” katanya. AKRA tercatat mengakumulasi pendapatan dari kontrak dengan konsumen dan pendapatan sewa sebesar Rp34,5 triliun per kuartal III/2022. Pendapatan ini meningkat 100,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp17,2 triliun. Laba bersih AKRA ikut meningkat 96 persen sehingga menjadi Rp1,56 triliun pada akhir September 2022, naik dibandingkan posisi akhir kuartal III/2021 yang sebesar Rp836 miliar.

https://market.bisnis.com/read/20230106/192/1615706/dapat-suntikan-biodiesel-program-b35-akra-targetkan-penjualan-naik

Kumparan.com | Jum’at, 6 Januari 2023

Memahami Biodiesel B35, yang Bakal Diterapkan Februari 2023

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan implementasi campuran Bahan Bakar Nabati ke dalam minyak jenis solar sebesar 35 persen, dengan sebutan Biosolar atau B35 pada 1 Februari 2023. Keputusan tersebut sesuai dengan Surat Edaran Direktorat Jenderal EBTKE Nomor: 10.E/EK.05/DJE/2022 yang ditetapkan pada 28 Desember 2022, dengan maksud meningkatkan penyediaan energi bersih secara berkelanjutan. “Solar B35 itu menggabungkan biodiesel berbasis CPO sebanyak 35 persen dan solar dengan angka cetane number 48 sebanyak 65 persen,” ungkap Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Edi Wibowo saat dihubungi kumparan, Jumat (6/1). CPO (Crude Palm Oil) atau minyak kelapa sawit akan diolah menggunakan reaksi metanolisis. Mudahnya, reaksi antara minyak nabati dengan metanol dibantu katalis basa akan menghasilkan campuran ester metil asam lemak (FAME) dengan produk samping gliserol. FAME akan melalui proses esterifikasi atau transesterifikasi dengan konversi enzimatis untuk menjadi biodiesel. “Untuk B35, tidak kita uji jalan karena kandungannya hanya meningkat tipis. Uji yang dilakukan hanyalah Filter Blocking Tendency (FBT),” jelasnya. Ini adalah pengujian untuk melihat apakah campuran bahan bakar solar dengan biodiesel telah bersih dan tidak menimbulkan sumbatan pada filter fuel pump kendaraan. Bila terjadi sumbatan, bahan bakar yang disuplai ke ruang bakar otomatis akan berkurang. Gejala tersendat-sendat hingga kendaraan tak bisa di-starter bisa terjadi. “Dari hasil uji, tidak ada kendala yang signifikan dan tidak mengindikasikan adanya filter terblokir jadi tidak ada masalah kalau kita naikkan dari B30 ke B35,” imbuhnya. Program B35 juga diklaim sudah dilakukan penyempurnaan dari sisi komposisi air sampai kestabilan oksidasinya. Sehingga, kualitasnya sudah jauh meningkat dari B30. “Minyak solar kita di angka cetane 48 punya kandungan sulfur 2.500 ppm. Kalau dicampur 35 persen oleh Biodiesel yang sulfurnya 0 ppm pasti akan lebih rendah, kan? Jadi lebih bagus nantinya dibandingkan bahan bakar solar saat ini,” urainya.

Biodiesel B35 masih punya sulfur tinggi

Meski begitu, Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal, Ahmad Syafrudin menilai, biodiesel B35 masih punya kandungan sulfur terlalu tinggi. “Secara teknis memang tidak masalah. Tetapi, kita kan sudah mengadopsi standar emisi Euro 4. Itu berarti kendaraan harus diisi dengan bahan bakar yang kandungan belerangnya 50 ppm saja. Biodiesel B35 ini terlalu tinggi sulfurnya,” katanya kepada kumparan. Kendati kadarnya menurun, pria yang yang diakrab Puput mengatakan komposisi sulfur biodiesel B35 masih jauh lebih tinggi dari standar yang ditetapkan pemerintah untuk mesin diesel Euro 4. Kandungan yang terlalu tinggi bisa menyebabkan kerusakan pada filter fuel pump, injektor hingga sistem catalytic converter yang berfungsi mengurangi gas buang karbon dari kendaraan. “Bisa saja rusak dalam waktu kurang dari tiga bulan karena kan enggak sesuai. Filter fuel pump-nya tersumbat, injektornya juga tertutup kerak-kerak, catalytic converter-nya akan tersumbat juga karena kotoran yang dihasilkan lebih banyak,” ujarnya. Maka dari itu, ia menyarankan pemerintah memperhatikan kualitas base oil bahan bakar sebelum dilakukan pencampuran agar kerusakan bisa diminimalisir dan target emisi tercapai. “Maksimal, base oil-nya punya kandungan sulfur 70 ppm saja agar bisa mencapai 50 ppm tadi. Kalau pakai solar yang beredar sekarang, target emisi enggak akan tercapai dan akan merugikan banyak pihak,” pungkasnya.

https://kumparan.com/kumparanoto/memahami-biodiesel-b35-yang-bakal-diterapkan-februari-2023-1zaMff6iIZ0/full

 

Kompas.com | Sabtu, 7 Januari 2023

Indonesia Terapkan Penggunaan Biodiesel B35 Mulai 1 Februari Ini

Pemerintah resmi menetapkan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) jenis Solar bercampur 35 persen biodiesel dari minyak sawit (CPO) atau B35 mulai 1 Februari 2023. Mandatori ini bergeser dari semula direncanakan mulai 1 Januari 2023. Mandatori perubahan spesifikasi dari B30 menjadi B35 tersebut telah tertuang dalam Keputusan Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 207.K/EK.05/DJE/2022. Beleid ini diterbitkan 28 Desember 2022 lalu. Selain itu, telah tercantum dalam Surat Edaran Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Nomor : 10.E/EK.05/DJE/2022 yang juga ditetapkan pada 28 Desember 2022 lalu. Kedua aturan itu ditandatangani Dirjen EBTKE Kementerian ESDM Dadan Kusdiana. “Pencampuran BBN (bahan bakar nabati) jenis Biodiesel dengan persentase sebesar 35 persen (B35) ke dalam BBM jenis minyak Solar mulai berlaku pada tanggal 1 Februari 2023,” tulis surat edaran tersebut dikutip Kompas.com, Jumat (6/1/2023). Dalam surat tersebut juga dijelaskan, sebelum tanggal 1 Februari 2023, maka proporsi pencampuran BBN jenis biodiesel ke minyak Solar masih sebesar 30 persen atau B30. Seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015, di mana mulai berlaku sejak 2020 lalu. Pada surat edaran itu, diungkapkan bahwa implementasi B35 diperlukan untuk meningkatkan penyediaan energi bersih secara berkelanjutan. Oleh sebab itu, pemerintah meminta badan usaha BBN jenis Biodiesel dan badan usaha BBM untuk melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan. Sebelumnya, seiring dengan rencana penerapan B35 di 2023, Kementerian ESDM meningkatkan alokasi kebutuhan Biodiesel sebesar 13,14 juta kiloliter atau naik dari tahun lalu yang sebanyak 11 juta kiloliter. Penyalurannya didukung 21 badan usaha BBN dengan kapasitas terpasar 16,6 juta kiloliter. “Estimasi kebutuhan Biodiesel untuk mendukung implementasi B35 sebesar 13,14 juta kiloliter atau meningkat sekitar 19 persen dibandingkan alokasi tahun 2022 sebesar 11 juta kiloliter,” ujar Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi dalam keterangnnya, Jumat (16/12/2022). Menurutnya, peningkatan pencampuran Biodiesel menjadi B35 telah melalui serangkaian uji, baik yang dilakukan di laboratorium, maupun melalui pelaksanaan Uji Jalan B40. Kegiatan uji jalan ini telah berlangsung sejak Juli 2022 hingga akhir Desember 2022, di mana secara umum memberikan gambaran performa yang baik. Selain itu, implementasi B35 juga sudah mempertimbangkan kesiapan badan usaha BBN dan badan usaha BBM, baik dari aspek kesiapan pasokan, distribusi, termasuk infrastruktur penunjang.

https://money.kompas.com/read/2023/01/06/181100926/indonesia-terapkan-penggunaan-biodiesel-b35-mulai-1-februari-ini

Katadata.co.id | Sabtu, 7 Januari 2023

Kilas Balik Program Mandatori Biodiesel, dari B2,5 kini Menjadi B35

Program biodiesel dimulai pada 2008, awalnya untuk sektor transportasi khusus dengan B1, sektor industri dan komersial B2,5, dan pembangkitan listrik B0,1, hingga kini menjadi B35. Pemerintah telah menetapkan implementasi Biodiesel 35% atau B35 mulai 1 Februari 2023. Adapun B35 adalah praktik mencampur biodiesel dari fatty acid methyl ester atau FAME minyak kelapa sawit sebesar 35% ke dalam solar. Kebijakan pemanfaatan minyak kelapa sawit sebagai bahan campuran BBM sejatinya sudah berjalan sejak tahun 2008 melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 32 tentang Penyediaan Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain. Menurut Permen tersebut, implementasi biodiesel ditujukan untuk menjaga ketahanan energi nasional. Awalnya, program biodiesel dilakukan secara bertahap untuk sektor transporasi khusus PSO 1% atau B1, sektor industri dan komersial 2,5% atau B2,5 dan sektor pembangkit listrik 0,1% atau B0,1. Secara bertahap kadar biodiesel meningkat hingga 7,5% pada tahun 2010. Pada periode 2011 hingga 2015 persentase biodiesel ditingkatkan dari 10% menjadi 15%. Selanjutnya pada tanggal 1 Januari 2016, ditingkatkan kadar biodiesel hingga 20% atau B20. Program Mandatori B20 berjalan baik dengan pemberian insentif dari BPDPKS untuk sektor PSO. Dan mulai 1 September 2018 pemberian insentif diperluas ke sektor non-PSO. Program pencapuran minyak sawit terhadap BBM Solar kembali ditingkatkan menjadi B30 atau pencampuran 30% biodiesel dengan 70% minyak Solar sejak 1 Januari 2020 lewat alokasi biodiesel sebesar 9,2 juta kL yang dipasok oleh 20 badan usaha. Sementara pada tahun 2023 ini, pemerintah memberi total alokasi biodiesel mencapai 13,15 juta KL untuk program B35. Cakupan visi pemanfaatan biodiesel yang semula fokus pada menjaga ketahanan pasokan energi nasional kini melebar seiring meningkatnya pamor tren transisi energi. Program biodiesel kini menjadi salah satu program prioritas nasional untuk mengurangi emisi sekaligus mengurangi ketergantungan pada energi fosil, khususnya di sektor transportasi. Selain dari kelapa sawit, sumber minyak untuk bahan bakar nabati juga bisa dihasilkan dari sejumlah tanaman penghasil minyak nabati yang potensial untuk dikembangkan menjadi bahan campuran BBN antara lain kelapa, jarak pagar, kemiri, kemiri sunan, nyamplung, malapari, biji karet, tebu, jagung, singkong dan rumput gajah. Namun hingga sejauh ini pemerintah masih mengandalkan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku utama untuk mengembangkan bahan bakar nabati. Ketergantungan kepada komoditas kelapa sawit memang beralasan mengingat sawit dinilai sebagai tanaman yang punya volume paling besar dan paling produktif, sehingga pemanfaatannya sebagai bahan bakar tidak akan mengganggu pasokan sawit yang diperuntukkan untuk pangan dan industri.

https://katadata.co.id/happyfajrian/berita/63b7dc46ab331/kilas-balik-program-mandatori-biodiesel-dari-b2-5-kini-menjadi-b35