Darurat! Emisi CO2 Global Terus Meningkat

Emisi karbon dioksida (CO2) global dari penggunaan bahan bakar fosil terus meningkat, dengan kenaikan sebesar 1,1% pada tahun 2023. Angka ini mencapai rekor tertinggi, yaitu 36,8 miliar ton CO2, menurut laporan tahunan ke-18 dari Global Carbon Project yang dirilis pada 5 Desember lalu.
Emisi CO2 fosil berasal dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas bumi, serta dari produksi semen. Jika digabungkan dengan emisi dari alih fungsi lahan seperti deforestasi dan reforestasi, total emisi CO2 dari aktivitas manusia diperkirakan mencapai 40,9 miliar ton pada tahun ini.
Vegetasi di daratan dan lautan menyerap sekitar separuh dari CO2 yang dilepaskan ke atmosfer. Namun, separuh lainnya tetap berada di atmosfer, menyebabkan pemanasan global. Dengan tingkat emisi saat ini, anggaran karbon untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5°C akan habis dalam tujuh tahun, dan dalam 15 tahun lagi untuk 1,7°C. Oleh karena itu, pengurangan emisi sangat mendesak.
Tren Emisi CO2 dari Bahan Bakar Fosil
Saat ini, emisi CO2 dari sumber energi fosil mencakup 90% dari total emisi CO2 manusia. Setiap sumber fosil mengalami kenaikan emisi dibanding tahun sebelumnya:
- Batu bara (41% dari emisi CO2 global) naik 1,1%
- Minyak bumi (32%) naik 1,5%
- Gas bumi (21%) naik 0,5%
- Semen (4%) naik 0,8%
Meskipun emisi global meningkat, ada perbedaan di setiap negara. Beberapa negara menunjukkan kemajuan dalam dekarbonisasi atau pengurangan emisi karbon.
- Cina: Emisi naik 4%, dengan peningkatan dari semua sumber fosil.
- Amerika Serikat: Emisi turun 3%, terutama karena pengurangan penggunaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
- India: Emisi naik 8,2%, dengan kenaikan terbesar dari batu bara (9,5%).
- Uni Eropa: Emisi turun 7,4%, berkat penetrasi energi terbarukan dan dampak perang di Ukraina.
- Indonesia: Emisi fosil CO2 naik 18% pada tahun 2022, angka tertinggi dalam 60 tahun terakhir.
Upaya Global dalam Mengurangi Emisi
Selama dekade 2013-2022, 26 negara berhasil menurunkan emisi fosil meskipun perekonomian mereka tetap bertumbuh. Negara-negara tersebut termasuk Brasil, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Portugal, Rumania, Afrika Selatan, Inggris, dan AS.
Emisi bersih dari alih fungsi lahan seperti deforestasi berkurang sedikit selama dua dekade terakhir. Tiga negara yang berkontribusi besar dalam pengurangan emisi dari alih fungsi lahan adalah Brasil, Indonesia, dan Republik Demokratik Kongo. Mereka menyumbang 55% dari emisi bersih global dari alih fungsi lahan.
Meskipun ada penurunan dari alih fungsi lahan, emisi CO2 dari aktivitas manusia secara keseluruhan tetap tinggi, mencapai 41 miliar ton per tahun. Untuk menstabilkan iklim, emisi CO2 dari aktivitas manusia harus mencapai nol atau net zero. Artinya, setiap CO2 yang terlepaskan harus ditebus dengan penyerapan CO2.
Vegetasi di daratan dan lautan menyerap separuh dari total emisi CO2. Selain penyerapan alami, manusia juga berkontribusi melalui reforestasi dan aforestasi yang membantu menyerap 1,9 miliar ton CO2 per tahun.
Aksi untuk Masa Depan yang Lebih Bersih
Dengan tingkat emisi yang terus meningkat, kita perlu bertindak sekarang untuk mengurangi emisi dan mencapai nol emisi. Upaya untuk memanfaatkan energi terbarukan dan teknologi penangkapan karbon harus ditingkatkan.
Untuk masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan, kita semua harus berperan aktif dalam mengurangi emisi. Dukung penggunaan energi terbarukan dan kurangi penggunaan bahan bakar fosil. Bersama-sama, kita bisa mencapai target net zero dan melindungi planet kita.