Delapan Negara Terpukau Biofuel Muba
Republika.co.id | Jum’at, 13 November 2020
Delapan Negara Terpukau Biofuel Muba
Inisiasi inovasi Bupati Musi Banyuasin (Muba) Dr Dodi Reza Alex Noerdin Lic Econ MBA dalam pengolahan kelapa sawit menjadi bensin atau Bahan Bakar Nabati (BBN) tidak hanya menyedot perhatian di level nasional, namun setidaknya ada delapan negara yang takjub dan terpukau dengan hal tersebut. Tercatat delapan negara tersebut diantaranya Thailand, Jepang, Brunei Darussalam, Kamboja, Taiwan, Hungaria, Malaysia dan Inggris. Dimana kekaguman delapan negara ini terungkap saat Bupati Muba Dr Dodi Reza Alex Noerdin Lic Econ MBA menjadi pembicara atau keynote speaker pada Seminar The 4th First 2020 International Conference secara virtual, Rabu (11/11) di Infinity Tower Meeting Room, Room B Apartement District 8, Jalan Senopati Senayan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Diketahui, adapun turut menjadi keynote speaker dari rangkaian Seminar The 4th First 2020 International Conference tersebut yakni diantaranya Prof Chiaki Ogino (Kobe University Japan), Prof Dr Mohammed N Abduirazaq (Management and Science University MSU, Wahyu Caesarendra ST MEng PhD (Universiti Brunei Darussalam), Dr Muhammad Haikal Satria IPM (Jakarta Global University), dan Prof Yuliansyah MSA PhD Ak CA serta juga diikuti 211 peserta yang merupakan praktisi, mahasiswa dan akademisi dari 9 negara dengan peserta terbanyak dari Malaysia dan Taiwan serta dari Indonesia yaitu Politeknik Negeri Sriwijaya dan Politeknik Malang. “Pada seminar The 4th First 2020 International Conference mengusung tema Penerapan Sains Teknologi dalam Mendorong Ekonomi Kreatif dan Keterampilan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk Meningkatkan Daya Saing Masyarakat dan inisiasi inovasi biofuel Muba atau Bahan Bakar Nabati (BBN) menjadi daya tarik sendiri bagi peserta seminar dari 8 negara tersebut,” ungkap Bupati Muba Dr Dodi Reza Alex Noerdin Lic Econ MBA, dalam siaran persnya. Ketua Kamar Dagang Industri (KADIN) Sumsel ini menyebutkan, Muba juga telah melakukan program peremajaan perkebunan sawit milik kebun rakyat yang saat ini sudah puluhan ribu hektar lahan yang sudah diremajakan. “Nah, realisasi BBN inilah merupakan kelanjutan dari program peremajaan perkebunan sawit milik rakyat, jadi program ini benar-benar nantinya berkelanjutan,” ungkapnya. Kemudian, dikatakan Dodi dengan keberadaan BBN dapat mengurangi ketergantungan dengan BBM dan meningkatkan kesejahteraan petani sawit. “Ini juga merupakan keinginan bapak Presiden Joko Widodo dan tentu sangat selaras dengan cita-cita kami warga Muba yang mana mayoritas petani sawit,” jelasnya. Dodi mengungkapkan, dalam perjalanan pembangunan pabrik IVO-CPO terkait pendanaan Pemkab Muba sendiri sangat siap secara mandiri, namun dirinya mengaku akan melibatkan para pihak pemangku kepentingan agar dapat gotong-royong mewujudkan pendirian pabrik tersebut. “Namun prinsipnya pabrik ini harus terealisasi dan berada di Muba, dan pola pendanaan nantinya akan dilakukan dengan pola bersama-sama gotong royong dengan para pihak, terlebih tadi bapak Menristek sudah menyiapkan dua pola yakni investor atau BUMN,” bebernya. Sementara itu, Prof Chiaki Ogino dari Kobe University Japan mengaku terobosan iniasi inovasi Bupati Muba merupakan langkah konkret dan realitas dalam Penerapan Sains Teknologi dalam Mendorong Ekonomi Kreatif dan Keterampilan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk Meningkatkan Daya Saing Masyarakat. “Tentu ini harus mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, ini menjadi terobosan yang baru dan menjadi energi baru terbarukan yang sangat dibutuhkan di masa yang akan datang,” ujarnya.
Senada diucapkan Prof Dr Mohammed N Abduirazaq dari Management and Science University MSU. Ia menyebutkan, terobosan yang dilakukan Pemkab Muba ini sangat pantas dan wajib diikuti oleh negara yang memiliki perkebunan sawit. “Ini terobosan yang sangat baik, kalau implementasinya nanti sudah dimulai tentu negara-negara penghasil kelapa sawit harus melakukan study di Kabupaten Muba,” ucapnya. Wahyu Caesarendra ST MEng PhD dari Universiti Brunei Darussalam mengaku melalui seminar The 4th First 2020 International Conference menjadi salah satu solusi untuk mencari solusi menerapkan Sains Teknologi dalam Mendorong Ekonomi Kreatif dan Keterampilan Sumber Daya Manusia (SDM). “Inisiasi inovasi biofuel Muba salah satu jawaban untuk realisasi ke depannya nanti,” sebutnya. Ketua Panitia The 4th Forum In Research, Science, and Technology (First) 2020 International Conference, Rita Martini didampingi Koordinator Keynote Speaker, Martha Aznury mengatakan, seminar Internasional yang sudah keempat kalinya digelar ini dilakukan secara virtual atau online mengingat masih dihadapi pada pandemi Covid-19. “Untuk Sumsel dan khususnya Indonesia, kami merasa sangat pantas dan pas mengundang pak Bupati Muba Dodi Reza menjadi keynote speaker. Beliau punya inovasi yang sustanaible dan Kepala Daerah di Sumsel yang sangat menguasai bahasa Inggris, mengingat pada seminar internasional nantinya pembicara akan menggunakan bahasa Inggris aktif,” bebernya. Lanjutnya, tercatat ada 211 peserta yang ikut pada seminar The 4th First 2020 International Conference ini, dimana peserta yang terbanyak dari luar negeri yakni dari Malaysia dan Taiwan, sedangkan dari Indonesia diikuti praktisi, akademisi dan mahasiswa Politeknik Negeri Sriwijaya dan Universitas Negeri Malang. Ia menambahkan, paparan biofuel Bupati Muba Dodi Reza akan diminta untuk dibuatkan paper, pasalnya paparan tersebut akan dijadikan jurnal yang terindex scopus. “Paparan tersebut akan dijadikan jurnal yang terindex scopus,” pungkasnya.
Kompas.com | Jum’at, 13 November 2020
Pemerintah Targetkan Solar B40 Bisa Terealisasi di 2022
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan dapat mengimplementasikan program B40 atau pencampuran biodiesel 40 persen dalam bahan bakar solar pada tahun 2022. Direktur Bioenergi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, Andriah Feby Misnah menyatakan, hal ini sesuai dengan peta jalan mandatori biodiesel yang tercantum dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 tahun 2015. “Namun saat ini B40 masih dalam tahap pengujian. Rencana kita, realisasinya di 2022,” kata dia saat dihubungi Kompas.com, Jumat (13/11/2020). Saat ini, pemerintah melalui ESDM tengah melakukan kajian awal B40 dengan ruang lingkup uji karakteristik bahan baku, uji stabilitas penyimpanan, uji filter bahan bakar, uji presiptasi, dan uji kinerja. Adapun rekomendasi awal kajian untuk campuran B40 ada beberapa opsi. Di antaranya, mencampur Fatty Acid Methyl Ester (FAME) 40 persen, pencampuran FAME 30 persen dan Distillate Palm Methyl Ester (DPME) 10 persen, serta pencampuran FAME 30 persen dengan Green Diesel 10 persen. Pada kesempatan terpisah, Kasubdit Keteknikan Lingkungan Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Effendi Manurung memaparkan, tahun depan jika segala proses berjalan lancar program B40 akan memasuki uji jalan. “Kami juga mulai menyesuaikan regulasi mandatori biodiesel dan penetapan regulasi B40,” ucapnya. Feby juga menyebut, sejauh ini pihaknya telah menjalankan program B30 dengan optimal dan tanpa kendala. Hanya saja pada tahun 2020, target pemanfaatan B30 tidak bisa sesuai kehendak awal yang mencapai 9,5 juta kiloliter. Target baru karena adanya pandemi Covid-19 terhadap pemanfaatan B30 tahun ini jadi 8,3 juta kiloliter. “Kemudian, realisasi hingga 10 November 2020 sudah berada di sekitar 7,14 juta kiloliter,” jelasnya.
Detik.com | Sabtu, 14 November 2020
Efek BBM B30 Masih Dikeluhkan, Ini Trik Isuzu
Awal tahun ini pemerintah mulai wajibkan pemakaian bahan bakar biodiesel atau B30 untuk kendaraan komersial bermesin diesel. Artinya kadar nabati dalam bahan bakar meningkat dan keluhan sama dari para pelaku bisnis masih terdengar. Tidak sedikit selentingan para pengemudi dan pemilik truk mengeluhkan konsumsi B30 membuat mesin jadi kasar, tarikan terasa berat dan usia pemakaian yang singkat. Masalah-masalah tersebut sudah ada sejak versi Biodiesel sebelumnya diwajibkan. Menyadari ini pun Isuzu yang menawarkan beragam mesin diesel punya beberapa solusinya. Isuzu mengatakan untuk mengatasi masalah-masalah itu mereka sudah menggunakan double filter. Tapi, untuk usia pemakaian memang tak dapat diakali karena memang lebih baik ganti filter lebih sering dari biasanya untuk menghindari masalah pada mesin. “Isuzu menggunakan double filter sebagai bentuk antisipasi penggunaan bahan bakar B30, dan kami menyarankan untuk pergantian filter solar menjadi lebih sering,” tanggap Instruktur Project Training Center PT Isuzu Astra Motor Indonesia Thomas A Wijanarka dalam Webinar Basic Truck Bersama Isuzu, Jumat (13/11/2020). Selain masalah di atas ada juga yang menakutkan adanya friksi di dinding silinder mesin. Hal ini dikarenakan kandungan minyak sawit melarutkan oli di dindin silinder. Mudahnya, B30 mengurangi daya lumas oli dan menyebabkan mekanisme mesin tidak mulus. Thomas mengakui memang ada reaksi seperti ketika mesin diesel menggunakan B30, akan tetapi dampaknya tidak akan terlalu signifikan. “Pelumasan terjadi setiap piston (kompresi), oil film terbentuk secara liner (langkah piston) ketika bahan bakar disemprotkan langsung terbakar, pasti ada sisa hidro carbon, yang disapu kembali oleh ring compresi piston, keluar bersama gas buang, jadi efeknya tidak akan besar. Berbeda dengan bensin, pada bensin bahan tidak langsung terbakar,” pungkasnya.
Kontan.co.id | Minggu, 15 November 2020
Analis: AKRA jadi emiten paling minim terdampak volatilitas harga minyak
Harga minyak dunia mulai mengalami perbaikan belakangan ini. Merujuk Bloomberg, harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak pengiriman Desember berada di level US$ 40,13 per barel pada Jumat (13/11). Walau turun 2,41% dibanding penutupan sebelumnya, harga ini sudah lebih baik dibanding awal bulan lalu yang masih berada di US$ US$ 35,79 per barel. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai, dengan membaiknya harga minyak dunia, kinerja emiten sektor perminyakan akan mendapat katalis positif. Menurutnya, dengan tren harga minyak yang positif, kinerja emiten perminyakan akan pulih kembali. “Pada akhirnya prospek pergerakan sahamnya ke depannya juga akan tumbuh dibanding posisi saat ini. Apalagi pada tahun depan harga minyak dunia walau masih akan fluktuatif, tapi kecenderungannya menguat dan lebih baik dari tahun 2020. Ini akan dongkrak kinerja dan prospek emiten perminyakan,” kata Sukarno kepada Kontan.co.id, Jumat (13/11). Terlebih lagi, pada tahun depan vaksin Covid-19 akan semakin berkembang bahkan sudah bisa didistribusikan. Di sisi lain, penanganan Covid-19 juga dinilai akan lebih baik. Dua hal ini menurut Sukarno akan meningkatkan kembali aktivitas ekonomi. Pabrik-pabrik yang mulai beroperasi, transportasi darat maupun udara yang kembali aktif akan memicu kenaikan permintaan. Dus, harga minyak dunia berpotensi mengalami penguatan. Walau Sukarno tak menampik, secara jangka pendek emiten perminyakan masih cukup dihantui oleh ketidakpastian harga minyak. Pasalnya, dengan kasus positif yang masih terus bertambah dan persediaan yang meningkat, sementara permintaan masih belum pulih, harga minyak masih belum akan stabil pada sisa tahun ini. Sementara itu, analis Wanteg Sekuritas Erik Hartanto dalam risetnya pada 14 September 2020 menuliskan, PT AKR Corporindo Tbk merupakan salah satu emiten perminyakan yang justru minim terdampak fluktuasi harga minyak. Erik menilai, AKRA sebagai distributor bahan bakar minyak telah memiliki metode pass through yang diteruskan ke pembeli dengan rumus tertentu. “Hal tersebut membuat fluktuasi yang signifikan pada harga minyak tidak akan memberi dampak signifikan terhadap kinerja AKRA. Pada akhirnya, ini membuat AKRA memiliki model bisnis yang defensif terhadap volatilitas harga minyak,” tulis Erik.
Tak hanya itu, Erik juga melihat AKRA diuntungkan oleh kenaikan alokasi untuk Fatty Acid Methyl Ester (FAME) pada tahun ini, yakni dari 498.683 kilo liter menjadi 725.000 kilo liter (kl). Lebih lanjut, angka tersebut turut meningkatkan kapasitas biodiesel AKRA dari 1,66 juta kl menjadi 2,42 juta kl. Pada akhirnya, kenaikan kapasitas ini berpotensi menghasilkan tambahan pendapatan dan peluang pertumbuhan di masa depan bagi AKRA di luar bisnis minyak. Selain dari biodiesel, AKRA juga akan mendapat katalis positif dari bisnis Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE). Hal ini diungkapkan oleh analis Samuel Sekuritas Ilham Akbar dalam risetnya pada 2 November 2020. Menurutnya, JIIPE telah berhasil mencetak penjualan 17 Ha hingga 9M20, dua kali lebih tinggi dari penjualan 8 ha pada tahun 2019. “Sementara untuk jangka panjang, kami melihat pengesahan omnibus law dapat menjadi katalis untuk pertumbuhan penjualan lahan industri, termasuk JIIPE. Selain itu juga didukung oleh aturan ketenagakerjaan dan perizinan yang lebih akomodatif dalam pengembangan industri. Ini akan menghasilkan recurring income bagi AKRA ke depannya,” kata Ilham. Sementara Sukarno menilai, keunggulan AKRA adalah memiliki banyak diversifikasi bisnis. Sehingga AKRA dari sisi pendapatan akan cenderung lebih stabil dan tidak terlalu bergantung terhadap bisnis minyak yang dari segi harga masih akan cenderung volatile. Hal ini bisa terlihat dari kinerja AKRA yang walaupun pendapatan menurun tapi masih bisa membukukan pertumbuhan laba. Hal tersebut berbeda dengan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) yang lebih banyak bergantung pada kontribusi lini bisnis minyak. Apalagi menurut Sukarno, kontribusi harga minyak terhadap kinerja MEDC cenderung mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2018 kontribusinya sebesar 47%, lalu meningkat menjadi 67% pada tahun 2019. Terakhir pada kuartal I-2020 kontribusinya sebesar 74% terhadap pendapatan. “Tapi, MEDC juga menarik dilirik karena secara valuasi juga undervalue. Apalagi, jika tahun depan ternyata MEDC bisa laba karena harga minyak yang membaik, secara perhitungan persentase dari rugi ke laba akan meningkat signifikan,” pungkas Sukarno.
Pikiran-Rakyat.com | Jum’at, 13 November 2020
Kilang Pertamina Cilacap, Mulai Uji Coba Produksi Green Diesel dari i Minyak Sawit
Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap Jawa Tengah mulai uji coba produksi Green Diesel atau solar hijau berbahan dasar minyak sawit pada akhir bulan ini, November 2020. Kapasitas produksi Green Diesel, produk dengan kode D-100 (Green Diesel 100% ) pada awal uji coba, sebesar 3.000 barrel per hari (3 MBSD). Unit Manager Communication, Relations, & CSR Pertamina RU IV Cilacap, Hatim Ilwan menyatakan, Green Diesel 100 % dari minyak sawit, adalah salah satu dari tiga produk ramah lingkungan yang dikembangkan Pertamina RU IV Cilacap Saat ini Pertamina dalam tahap penyiapan sarana dan fasilitas uji coba yang dijadwalkan selesai di pekan ketiga November. “Tahapan diawali persiapan sarana penerimaan minyak sawit, Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) melalui dermaga 67 menuju tanki minyak sawit, kemudian dilanjutkan dengan persiapan sarana persediaan minyak sawit ke unit pemrosesan untuk diolah menjadi solar hijau,”jelasnya. Tahap berikutnya, masih kata Hatim, adalah persiapan sarana produksi di unit pemrosesan, berupa penggunaan katalis Merah Putih, yakni produk kerja sama antara Pertamina dan ITB, berupa senyawa kimia untuk pengolahan minyak diesel hijau. “Tahap persiapan ditargetkan selesai di pekan ketiga, sehingga pada pekan keempat November diharapkan uji coba produksi green solar ini bisa dilaksanakan,” katanya Jumat 13 November 2020. Pada tahap uji coba kapasitas produksi minyak sawit atau D-100 sebesar i 3.000 barrel per hari (3 MBSD). ” Green Diesel adalah bukti nyata komitmen Pertamina mewujudkan produk yang ramah lingkungan, bersumber dari energi baru terbarukan, yakni minyak kelapa sawit. “Hal ini diharapkan memberikan efek positif yang lebih luas, seperti pemanfaatan sumber energi dari dalam negeri sebagaimana amanat undang-undang dan pada akhirnya menekan impor Crude Oil atau minyak mentah yang bersumber dari energi fosil,” jelasnya. Lebih jauh, Hatim mengungkapkan Pertamina RU IV Cilacap saat ini mengembangkan 3 produk Green Energy, masing-masing yakni Green Diesel, Green Gasoline, dan Green Avtur. Untuk fase 1 produk Green Diesel diharapkan menjadi kado terbaik pada HUT ke-63 Pertamina, 10 Desember 2020. Selanjutnya untuk fase 2, menurut Hatim, ditargetkan awal 2021 produksi naik menjadi 6.000 barrel per hari (6 MBSD). “Komitmen kami seluruh produk mengarah pada efisiensi dan ramah lingkungan. Ini sebagaimana visi RU IV, ‘To be Digital & World Class Refinery’ pada 2028. Konsekuensinya adalah kilang yang efisien dan ramah lingkungan, baik dari sisi operasional maupun produknya,” pungkas Hatim.
Liputan6.com | Minggu, 15 November 2020
Target Tahun 2025, Indonesia Produksi 20 Persen Kendaraan Ramah Lingkungan
Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian, Taufiek Bawazier mengaku target produksi kendaraan ramah lingkungan di tahun 2025 mencapai 20 persen. “Tahun 2025 itu paling tidak target kita, 20 persen produksi otomotif nasional sudah berbasis low carbon emission vehicle (LCEV). Jadi di situ ada mobil listrik berbasis baterai ada mobil hybrid yang strong hybird dan mild hybrid,” katanya. Selain itu, terdapat juga peta jalan kendaraan ramah lingkungan yang telah dibuat untuk pasar otomotif Tanah Air. Dalam kesempatan yang sama, Taufiek menjelaskan bila hal tersebut dibuat bersama produsen terkait. “Peta jalan ini kita sudah rumuskan dengan stakeholder. Jadi kita ambil prespektif positif buat pembangunan otomotif nasional. Jadi kita rancang bersama termasuk dari sisi akademisi, sisi semuanya. Artinya peta jalan ini sudah selesai untuk saat ini,’ ujarnya. Tak hanya itu, pemerintah juga mengaku akan mengembangkan bio ethanol dan bio solar. “Terus kita juga mengembangkan ruang-ruang untuk hybrid seperti kita mengembangkan bio ethanol dan bio solar. Ini sebenarnya program Pak Jokowi, jadi kalau kami lihat yang mewajibkan 30 persen dari bio ethanol dan bio solar itu, kita bisa menghemat 43 triliun impor solar dan fuel,” tuturnya.
Investasi Mobil Listrik
Selain itu, total produksi kendaraan di tahun 2025 ditargetkan mencapai 2 juta unit. Dari total tersebut, 1,69 juta kendaraan diperuntukan untuk pasar domestik. Itu artinya kendaraan ramah lingkungan diharapkan berada di angka 240 ribu. “Jadi pada 2025 nanti internal combustion engine (ICE) akan terjadi perubahan komposisi. ICE tetap ada karena saat ini mobil ICE yang dilihat di Indonesia memberikan 99 persen PDB. Kami juga sudah rancang teknologi fuel hidrogen ke depan mungkin muncul, karena di Eropa sudah mulai muncul di 2035,” terangnya “Pemerintah sudah memberikan road map kita tunggu investasinya dan saat ini sudah mulai masuk bebrapa investasi ke arah mobil listrik. Jadi mobil listrik itu jangan diartikan baterai saja tapi bisa juga hybrid, dan plug-in,” kata Taufiek.
Republika.co.id | Minggu, 15 November 2020
DRA Berdayakan Petani Sawit Melalui Hilirisasi Energi Sawit
Dalam hitungan bulan ke depan, Musi Banyuasin mampu melakukan uji coba produksi co-prosesing bensin sawit. Berikutnya, Muba mendorong petani sawit membangun pabrik sendiri dengan keluaran berupa industrial Vegetable Oil ( IVO) dan crude Palm Oil ( CPO). Di awal tahun 2021, IVO asal Muba masih disuplai ke Pertamina. Sedangkan standalone mini refinery yakni pabrik sendiri yang memproduksi IVO hingga menghasilkan biohidrocarbon akan dilakukan ground breaking pada 2021 awal. Skema jangka panjangnya pada 2024 sudah bisa menghasilkan biohidrocarbon atau langsung menjadi bahan bakar sendiri seperti bensin sawit, Delta 100 (D100) hingga avtur dengan kualitas masing-masing lebih tinggi dari bahan bakar biofosil. Biohidrocarbon berbasis kelapa sawit ini ramah lingkungan serta menjadi energi baru terbarukan. Inilah aksi nyata Bupati Musi Banyuasin (Muba) Dr H Dodi Reza Alex Noerdin dalam membangun hilirisasi kelapa sawit yang mampu menyerap produksi sawit petani dengan harga bersaing. Menurut Dodi, meningkatkan kuantitas produksi dan kualitas produksi harus diimbangi dengan penyerapan hasil produksi. Selain itu petani tidak hanya menjual tandan buah segar (TBS) saja namun dapat nilai tambah dari penjualan pengolahan pabrik IVO maupun CPO. “Goalnya, pekebun sawit dapat memproduksi sendiri bahan bakar berbasis kelapa sawit. Pekebun punya penghasilan tambahan. Akhirnya kita bersama-sama menjadikan pekebun yang berdaulat, Pekebun yang mandiri dan berdaulat dapat berdiri di kaki sendiri. Satu lagi, yakni terwujudnya pekebun sawit Muba yang berkelanjutan (sustainable). Stand alone mini refinery dari IVO jadi bensin akan didirikan di Muba. Jadi kilang dekat dengan bahan baku (IVO) ,” ungkap Dodi, Ahad (15/11). Saat ini tim yang terdiri dari Disbun Muba, ahli ITB dan BSS sedang fokus agar unit pengolah IVO ini berjalan dengan lancar. IVO/Industrial Lauretic Oil(IVO/ILO) yang dikerjakan di Muba ini spesifikasinya memenuhi technical requirement katalis merah putih dengan biaya produksi lebih ekonomis.
Menurut salah satu tim ITB yang saat ini bekerja di lapangan katalis di Sungai Lilin, mengatakan produk akhir nantinya akan disesuaikan dgn SNI untuk produk IVO/ILO sebagai bahan baku industri greenfuel dengan kode SNI 8875:2020 minyak nabati untuk produksi biohidrokarbon. Dodi meyakini pendirian standalone mini refinery harus berada dalam satu entitas perkebunan sawit akan memastikan adanya kecukupan suplai baik dari kualitas maupun kuantitas. Plt Kepala Dinas Perkebunan Muba, Akhmad Toyibir, menyebutkan saat ini lahan pekebun kelapa sawit yang siap menyuplai produksi IVO ada 12.388 ha dengan jumlah pekebun 5.311 orang. “Dan sampai tahun 2024 lahan pekebun akan bertambah mencapai 52.000 ha dengan jumlah pekebun mencapai 24.000 pekebun swadaya,” jelas Toyibir, Ahad (15/11). Sesuai target Bupati Muba Dodi Reza Alex Noerdin, tambah Toyibir, Muba jadi yang pertama di Indonesia melaksanakan kemitraan hilirisasi pabrik sawit antara pekebun, BUMD dan koperasi. Dijelaskan Toyibir, saat ini Ditjen Bun sangat antusias dengan model kemitraaan ini. Lembaga ini akan menerapkan konsep kemitraan pendirian pabrik sepert yang ada di Muba dengan menggandeng seluruh petani swadaya hasil program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Di Muba,kata dia, kelembagaan pekebun koperasi skunder yang terdiri dari gabungan petani primer telah melakukan kesepakatan dengan investor.”Kemitraaan ini mendudukkan pekebun sawit rakyat sebagai pemilik saham. Intinyo petani tidak mengeluarkan modal dan dalam jangka waktu tertentu justru punya aset. Inilah langkah konkrit Bupati Dodi Reza Alex yakni menuju petani Muba yang berdaulat. Pekebun akan duduk sebagai bagian manajemen perusahaan gabungan tersebut,” tutur dia. Kepastian masa depan usaha ini menurut Toyibir juga dminati investor karena terjaminnya suply chain secara kualitas dan kuantitas. Disebutkan KOIN sawit lestari memiliki jumlah kebun 4446 ha hasil PSR tahun 2017. “kita fokus ke petani yang ikut PSR, Di tahun mendatang petani yang belum ikut PSR kita ajak, saat ini 2020 sudah mencapai lima ribu lebih,” ungkap dia Terpisah, Kepala Bappeda Muba Iskandar Syahrianto menyebutkan pembahasan mengenai keberlangsungan suplay chain berbasis sawit rakyat saat ini terus dilakukan bersama pihak EBTKE termasuk DMO. “Prosesnya terus berjalan dan saat ini pola kemitraan secara kelembagaan/entitas yang disepakati sudah terbentuk (minggu lalu). Sedangkan katalis akan dikembangkan antara ITB dan ESDM dan Pupuk Kujang (JV). Kita di Muba fokus pada bahan baku yaitu IVO,” jelas Iskandar.
Tempo.co | Jum’at, 13 November 2020
Pertamina Uji Coba Produksi Diesel Berbahan Baku 100 Persen dari Sawit
PT Pertamina (Persero) melalui Pertamina Refinery Unit IV Cilacap bakal menguji coba produksi diesel berbahan baku 100 persen kelapa sawit atau Green Diesel 100 persen pada akhir November 2020. Unit Manager Communication, Relations, & CSR Pertamina RU IV Cilacap, Hatim Ilwan menjelaskan green diesel tersebut akan dibuat berbahan dasar refined bleached deodorized palm oil (RBDPO/minyak sawit). “Tahapan diawali persiapan sarana penerimaan RBDPO melalui Jetty 67 [dermaga] menuju tanki RBDPO dilanjutkan persiapan sarana feed stock RBDPO ke unit pemprosesan di Unit TDHT [treated distillate hydro treating] untuk diolah menjadi green diesel,” ujarnya melalui siaran pers, Jumat 13 November 2020. Saat ini Pertamina dalam tahap penyiapan sarana dan fasilitas uji coba yang dijadwalkan selesai pada pekan ketiga November. Tahap berikutnya, kata Hatim, persiapan sarana produksi di unit TDHT, berupa penggunaan katalis Merah Putih sebagai hasil kerja sama Pertamina dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), serta modifikasi line dan sarana. “Tahap persiapan ditargetkan selesai di pekan ketiga sehingga pada pekan keempat November diharapkan uji coba produksi green diesel ini bisa dilaksanakan,” katanya. Pada tahap uji coba kapasitas produksi D-100 di unit TDHT ini 3.000 barel per hari. Pertamina RU IV Cilacap saat ini mengembangkan tiga produk green energy masing-masing green diesel, green gasoline, dan green avtur.