Di COP27, APROBI Uraikan Manfaat Biodiesel Bagi Ekonomi dan Lingkungan Indonesia

| News
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Sawitindonesia.com | Senin, 28 November 2022

 

Di COP27, APROBI Uraikan Manfaat Biodiesel Bagi Ekonomi dan Lingkungan Indonesia

Kebijakan penggunaan bauran biodiesel yang telah dijalankan semenjak 17 tahun lalu telah berhasil membawa Indonesia sebagai pengguna dengan persentase bahan bakar nabati Biodiesel terbesar di dunia. Di hadapan peserta COP27 dan Sustainable Innovation Forum 2022. Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (APROBI) menjelaskan nilai tambah yang diterima masyarakat dari aspek ekonomi dan lingkungan dari penggunaan biodiesel di Indonesia. Paulus Tjakrawan, Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (APROBI) menjelaskan bahwa pengembangan biodiesel di Indonesia sudah berjalan semenjak 17 tahun lalu yang ditujukan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian dan lingkungan. Saat ini, Indonesia menjadi negara pertama yang mengimplementasikan mandatori Biodiesel campuran 30% atau B30. “Ada tiga tujuan yang ingin dicapai di awal pengembangan biodiesel yaitu ketahanan energi, penciptaan lapangan kerja, dan lingkungan, ujar Paulus saat menjadi pembicara di Paviliun Indonesia dalam COP27, Sharm el Sheikh- Mesir pada pekan kedua November 2022. Dijelaskan Paulus, kapasitas produksi biodiesel Indonesia mencapai 17,14 juta Kiloliter yang sebagian besar berada di wilayah barat Indonesia. Aspek geografis inilah yang menjadi tantangan dalam proses distribusi biodiesel dari wilayah barat ke timur Indonesia. “Jarak Indonesia dari barat ke timur sekitar 5.000 kilometer. Ini artinya dua kali lebih jauh dari jarak London ke Moskwa. Tantangan geografis menjadi persoalan dalam pendistribusian biodiesel di wilayah Indonesia, “ujar Paulus. Adapula tantangan berkaitan fasilitas logistik dan tanki penyimpanan biodiesel yang belum merata tersebar di Indonesia. Paulus menuturkan bahwa rantai pasok distribusi biodiesel terus dibenahi setiap tahunnya sampai sekarang. “Banyak orang bertanya bagaimana ketersediaan stok minyak sawit untuk memenuhi kebutuhan produk pangan. Karena ada kekhawatiran mandatori mengancam pangan,”urainya. Di dalam negeri, konsumsi minyak sawit untuk biodiesel tidak mengganggu kebutuhan produk pangan. Pada 2021, penggunaan minyak sawit sebagai sumber bahan baku biodiesel sebesar 16,1% atau 7,3 juta ton dari total produksi CPO (minyak sawit mentah) dan CPKO ( minyak kernel mentah) yang berjumlah 52,096 juta ton. Selanjutnya pada 2022, konsumsi minyak sawit untuk biodiesel diperkirakan naik menjadi 17% dari produksi CPO. Paulus dalam kesempatan tersebut juga menjelaskan tata kelola sawit sebagai bahan baku biodiesel yang telah menerapkan aspek sustainability di Indonesia. Sebagai contoh, perusahaan sawit diwajibkan menerapkan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Begitupula petani sawit yang diwajibkan ISPO dalam 4 tahun mendatang. Hingga tahun ini, jumlah produksi CPO bersertifikat ISPO mencapai 22 juta ton dan lahan bersertifikat ISPO seluas 3,6 juta hektare. “Di sektor hulu, pemerintah telah mengimplementasikan kebijakan moratorium pembukaan lahan baru kelapa sawit semenjak 2011,” tambahnya. Berkaitan perubahan iklim, mandatori biodiesel berkontribusi mengurangi emisi karbon 22,48 juta ton CO2 ekuivalen pada 2020. Kontribusi ini terus meningkat pada 2021 yang mencapai emisi 25,43 Juta ton CO2 ekuivalen. Dari aspek ekonomi, mandatori biodiesel juga meningkatkan kesejahteraan petani karena meningkatnya permintaan domestik akan CPO (Crude Palm Oil), dan menciptakan lapangan kerja kepada 1,6 juta orang. Dirjen Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Dadan Kusdiana, dalam kesempatan sama, mengatakan pemerintah bertekad untuk memenuhi target bauran EBT 23% pada tahun 2025 dan mencapai Net Zero Emissions sektor energi tahun 2060. “Kelapa sawit sangat strategis dalam pengembangan energi baru terbarukan dalam upaya memenuhi komitmen NDC 2030. Indonesia telah mempunyai peta jalan dalam pengembangan biofuel, biomass cofiring dan implementasi hijau seperti biogas,” urainya.

https://sawitindonesia.com/di-cop27-aprobi-uraikan-manfaat-biodiesel-bagi-ekonomi-dan-lingkungan-indonesia/

 

Neraca.co.id | Senin, 28 November 2022

 

APROBI Sebut Biodisel Berkontribusi Positif Pada Ekonomi dan Lingkungan Indonesia

Kebijakan penggunaan bauran biodiesel yang telah dijalankan semenjak 17 tahun lalu telah berhasil membawa Indonesia sebagai pengguna dengan persentase bahan bakar nabati Biodiesel terbesar di dunia. Di hadapan peserta COP27 dan Sustainable Innovation Forum 2022.  Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (APROBI) menjelaskan nilai tambah yang diterima masyarakat dari aspek ekonomi dan lingkungan dari penggunaan biodiesel di Indonesia. Paulus Tjakrawan, Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (APROBI) menjelaskan bahwa pengembangan biodiesel di Indonesia sudah berjalan semenjak 17 tahun lalu yang ditujukan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian dan lingkungan. Saat ini, Indonesia menjadi negara pertama yang mengimplementasikan mandatori Biodiesel campuran 30% atau B30. “Ada tiga tujuan yang ingin dicapai di  awal pengembangan biodiesel yaitu ketahanan energi, penciptaan lapangan kerja, dan lingkungan, ujar Paulus saat menjadi pembicara di Paviliun Indonesia dalam COP27, Sharm el Sheikh- Mesir pada pekan kedua November 2022. Dijelaskan Paulus, kapasitas produksi biodiesel Indonesia mencapai 17,14 juta Kiloliter yang sebagian besar berada di wilayah barat Indonesia. Aspek geografis  inilah yang menjadi tantangan dalam proses distribusi biodiesel dari wilayah barat ke timur Indonesia. “Jarak Indonesia dari barat ke timur sekitar 5.000 kilometer. Ini artinya dua kali lebih jauh dari jarak London ke Moskwa. Tantangan geografis menjadi persoalan dalam pendistribusian biodiesel di wilayah Indonesia, “ujar Paulus. Adapula tantangan berkaitan fasilitas logistik dan tanki penyimpanan biodiesel  yang belum merata tersebar di Indonesia. Paulus menuturkan bahwa rantai pasok distribusi biodiesel terus dibenahi setiap tahunnya sampai sekarang. “Banyak orang bertanya bagaimana ketersediaan stok minyak sawit untuk memenuhi kebutuhan produk pangan. Karena ada kekhawatiran mandatori mengancam pangan,”urainya. Di dalam negeri, konsumsi minyak sawit untuk biodiesel tidak mengganggu kebutuhan produk pangan. Pada 2021, penggunaan minyak sawit sebagai sumber bahan baku biodiesel sebesar 16,1% atau 7,3 juta ton dari total produksi CPO (minyak sawit mentah) dan CPKO ( minyak kernel mentah) yang berjumlah 52,096 juta ton. Selanjutnya pada 2022, konsumsi minyak sawit untuk biodiesel diperkirakan naik menjadi 17% dari produksi CPO. Paulus dalam kesempatan tersebut juga menjelaskan tata kelola sawit sebagai bahan baku biodiesel  yang telah menerapkan aspek sustainability di Indonesia.  Sebagai contoh, perusahaan sawit diwajibkan menerapkan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Begitupula petani sawit yang diwajibkan ISPO dalam 4 tahun mendatang. Hingga tahun ini, jumlah produksi CPO bersertifikat ISPO mencapai 22 juta ton dan lahan bersertifikat ISPO seluas 3,6 juta hektare. “Di sektor hulu, pemerintah telah mengimplementasikan kebijakan moratorium pembukaan lahan baru kelapa sawit semenjak 2011,” tambahnya. Berkaitan perubahan iklim, mandatori biodiesel berkontribusi mengurangi emisi karbon 22,48 juta ton CO2 ekuivalen pada 2020. Kontribusi ini terus meningkat pada 2021 yang mencapai emisi 25,43 Juta ton CO2 ekuivalen. Dari aspek ekonomi, mandatori biodiesel juga meningkatkan kesejahteraan petani karena meningkatnya permintaan domestik akan CPO (Crude Palm Oil), dan menciptakan lapangan kerja kepada 1,6 juta orang. Dirjen Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Dadan Kusdiana, dalam kesempatan sama, mengatakan pemerintah bertekad untuk memenuhi target bauran EBT 23% pada tahun 2025 dan mencapai Net Zero Emissions sektor energi tahun 2060. “Kelapa sawit sangat strategis dalam pengembangan energi baru terbarukan dalam upaya memenuhi komitmen NDC 2030. Indonesia telah mempunyai peta jalan dalam pengembangan biofuel, biomass cofiring dan implementasi hijau seperti biogas,” urainya.

https://www.neraca.co.id/article/172107/aprobi-sebut-biodisel-berkontribusi-positif-pada-ekonomi-dan-lingkungan-indonesia

 

Okezone.com | Senin, 28 November 2022

 

Mandatori Biodiesel Beri Keuntungan bagi Indonesia, Ini Buktinya

Kebijakan penggunaan bauran biodiesel terus dilakukan hingga saat ini. Sejak 17 tahun lalu dimulai, kebijakan tersebut membawa Indonesia sebagai pengguna dengan persentase bahan bakar nabati Biodiesel terbesar di dunia. Di hadapan peserta COP27 dan Sustainable Innovation Forum 2022, Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (APROBI) pun mengungkapkan nilai tambah yang diterima masyarakat dari aspek ekonomi dan lingkungan dari penggunaan biodiesel di Indonesia. Ketua Harian APROBI Paulus Tjakrawan menjelaskan, pengembangan biodiesel di Indonesia sudah berjalan semenjak 17 tahun lalu yang ditujukan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian dan lingkungan. Saat ini, Indonesia menjadi negara pertama yang mengimplementasikan mandatori Biodiesel campuran 30% atau B30. “Ada tiga tujuan yang ingin dicapai di awal pengembangan biodiesel yaitu ketahanan energi, penciptaan lapangan kerja, dan lingkungan,” ujar Paulus, Senin (28/11/2022). Adapun kapasitas produksi biodiesel Indonesia mencapai 17,14 juta kiloliter yang sebagian besar berada di wilayah barat Indonesia. Aspek geografis inilah yang menjadi tantangan dalam proses distribusi biodiesel dari wilayah barat ke timur Indonesia. “Jarak Indonesia dari barat ke timur sekitar 5.000 kilometer. Ini artinya dua kali lebih jauh dari jarak London ke Moskwa. Tantangan geografis menjadi persoalan dalam pendistribusian biodiesel di wilayah Indonesia, “ujar Paulus. Adapula tantangan berkaitan fasilitas logistik dan tanki penyimpanan biodiesel yang belum merata tersebar di Indonesia. Paulus menuturkan bahwa rantai pasok distribusi biodiesel terus dibenahi setiap tahunnya sampai sekarang. “Banyak orang bertanya bagaimana ketersediaan stok minyak sawit untuk memenuhi kebutuhan produk pangan. Karena ada kekhawatiran mandatori mengancam pangan,”urainya. Di dalam negeri, konsumsi minyak sawit untuk biodiesel tidak mengganggu kebutuhan produk pangan. Pada 2021, penggunaan minyak sawit sebagai sumber bahan baku biodiesel sebesar 16,1% atau 7,3 juta ton dari total produksi CPO (minyak sawit mentah) dan CPKO ( minyak kernel mentah) yang berjumlah 52,096 juta ton. Selanjutnya pada 2022, konsumsi minyak sawit untuk biodiesel diperkirakan naik menjadi 17% dari produksi CPO. Paulus juga menjelaskan tata kelola sawit sebagai bahan baku biodiesel yang telah menerapkan aspek sustainability di Indonesia. Sebagai contoh, perusahaan sawit diwajibkan menerapkan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Begitupula petani sawit yang diwajibkan ISPO dalam 4 tahun mendatang. Hingga tahun ini, jumlah produksi CPO bersertifikat ISPO mencapai 22 juta ton dan lahan bersertifikat ISPO seluas 3,6 juta hektare. “Di sektor hulu, pemerintah telah mengimplementasikan kebijakan moratorium pembukaan lahan baru kelapa sawit semenjak 2011,” tambahnya. Berkaitan perubahan iklim, mandatori biodiesel berkontribusi mengurangi emisi karbon 22,48 juta ton CO2 ekuivalen pada 2020. Kontribusi ini terus meningkat pada 2021 yang mencapai emisi 25,43 Juta ton CO2 ekuivalen. Dari aspek ekonomi, mandatori biodiesel juga meningkatkan kesejahteraan petani karena meningkatnya permintaan domestik akan CPO (Crude Palm Oil), dan menciptakan lapangan kerja kepada 1,6 juta orang. Dirjen Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Dadan Kusdiana, dalam kesempatan sama, mengatakan pemerintah bertekad untuk memenuhi target bauran EBT 23% pada tahun 2025 dan mencapai Net Zero Emissions sektor energi tahun 2060. “Kelapa sawit sangat strategis dalam pengembangan energi baru terbarukan dalam upaya memenuhi komitmen NDC 2030. Indonesia telah mempunyai peta jalan dalam pengembangan biofuel, biomass cofiring dan implementasi hijau seperti biogas,” urainya.

https://economy.okezone.com/read/2022/11/28/320/2716452/mandatori-biodiesel-beri-keuntungan-bagi-indonesia-ini-buktinya?page=1

Investor Daily Indonesia | Senin, 28 November 2022

Konsumsi Minyak Sawit untuk Biodiesel Tak Ganggu Pangan

Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) menyatakan, penggunaan minyak sawit untuk biodiesel di dalam negeri tidak mengganggu pasokan komoditas tersebut untuk memenuhi kebutuhan produksi pangan. “Banyak yang bertanya, bagaimana ketersediaan stok minyak sawit untuk memenuhi kebutuhan produk pangan karena ada kekhawatiran mandatori mengancam pangan. Tapi, di dalam negeri, menurut kami, konsumsi minyak sawit untuk biodiesel tidak mengganggu kebutuhan produk pangan,” ujar Ketua Harian Aprobi Paulus Tjakrawan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (26/11/2022). engembangan biodiesel di Indonesia sudah berjalan sejak 17 tahun lalu yang ditujukan untuk memberikan kontribusi positif bagi perekonomian dan lingkungan. Saat ini, Indonesia menjadi negara pertama yang mengimplementasikan mandatori biodiesel campuran 30% (B30), persentase terbesar di du- nia. “Ada tiga tujuan yang ingin dicapai pada awal pengembangan biodiesel, yaitu ketahanan energi, penciptaan lapangan kerja, dan lingkungan,” jelas Paulus. Terkait hal itu, Paulus saat menjadi pembicara di Paviliun Indonesia dalam COP27, Sharm el Sheikh, Mesir, pada pekan kedua November 2022, memaparkan, nilai tambah yang diterima masyarakat dari aspek ekonomi dan lingkungan dari penggunaan biodiesel di Indonesia. Menurut Paulus, kapasitas produksi biodiesel Indonesia mencapai 17,14 juta kiloliter (kl) yang sebagian besar berada di wilayah barat Indonesia. Aspek geografis inilah yang menjadi tantangan dalam proses distribusi biodiesel dari wilayah barat ke timur Indonesia. “Jarak Indonesia dari barat ke timur sekitar 5.000 kilometer,” ujar dia. Tantangan lain terkait fasilitas logistik dan tangki penyimpanan yang belum merata tersebar di Indonesia, tapi rantai pasok distribusi biodiesel terus dibenahi hingga saat ini. Pada 2021, penggunaan minyak sawit sebagai sumber bahan baku biodiesel sebesar 16,1% atau 7,3 juta ton dari total produksi CPO (minyak sawit mentah) dan CPKO (minyak kernel mentah) yang sebesar 52,09 juta ton. Pada 2022, konsumsi minyak sawit untuk biodiesel diperkirakan naik menjadi 17% dari produksi CPO. Terkait perubahan iklim, mandatori biodiesel berkontribusi mengurangi emisi karbon 22,48 juta ton karbondioksida (CO2) ekuivalen pada 2020, angka itu terus meningkat karena pada2021 mencapai 25,43 juta ton CO2 ekuivalen. Dari aspek ekonomi, mandatori biodiesel juga meningkatkan kesejahteraan petani karena naiknya permintaan domestik akan CPO dan menciptakan lapangan kerja bagi 1,6 juta orang. Tata kelola sawit nasional sebagai bahan baku biodiesel juga telah menerapkan aspek sustainability. Contoh, perusahaan sawit wajib menerapkan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), petani juga diwajibkan ISPO dalam empat tahun mendatang. Hingga tahun ini, jumlah produksi CPO bersertifikat ISPO mencapai 22 juta ton dan lahan bersertifikat ISPO 3,6 juta hektare. “Di sektor hulu, pemerintah telah mengimplementasikan kebijakan moratorium pembukaan lahan baru sawit sejak 2011,” papar dia. Sementara itu, Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan, pemerintah bertekad untuk memenuhi target bauran energi baru terbarukan (EBT) 23% pada 2025 dan mencapai emisi nol karbon (Net Zero Emissions) 2060. “Kelapa sawit sangat strategis dalam pengembangan EBT dalam upaya memenuhi komitmen Nationally Determined Contribution (NDC) 2030. Indonesia telah mempunyai peta jalan dalam pengembangan biofuel, biomass co-firing, dan implementasi hijau seperti biogas,” tutur Dadan.