Dijegal Eropa, ESDM: Minyak Sawit Punya Peran Turunkan Emisi Karbon

| News
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

 

Republika.co.id | Rabu, 24 Mei 2023

Dijegal Eropa, ESDM: Minyak Sawit Punya Peran Turunkan Emisi Karbon

Kebijakan baru Uni Eropa soal pencegahan deforestasi kembali menjegal minyak sawit yang menjadi komoditas ekspor andalan Indonesia. Di tengah isu yang memanas, pemerintah mengungkapkan, keberadaan minyak sawit nyatanya punya peran menurunkan emisi gas rumah kaca yang juga tengah menjadi perhatian dunia. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, mengungkapkan, kebijakan bauran energi berupa biodiesel 30 persen (B30) terbukti mampu menurunkan emisi karbon dari penggunaan bahan bakar solar sekitar 50 persen hingga 60 persen. Kini, pemerintah kembali meningkatkan program ke B35 untuk meningkatkan penggunaan minyak nabati sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. “Dibandingkan bahan bakar lain, kita ini paling baik, turunkan emisi 62 persen dibandingkan minyak diesel (fosil). Sekarang B35 sudah ada dan banyak perusahaan (produsen) sudah berdiri di Jawa, Kalimantan, termasuk Sulawesi,” kata Dadan dalam webinar yang digelar Rabu (24/5/2023). Tak hanya mampu menurunkan emisi karbon, Dadan mengungkapkan, keberadaan pohon sawit juga terbukti mampu menyerap emisi CO2 di udara. Berdasarkan penelitian Forestry and Forest Product Research Institute, pohon sawit mampu menyerap CO2 sebanyak 25 ton per hektare per tahun dibandingkan pohon lain yang hanya 6 ton per hektare per tahun. Adapun dalam penelitian lain disebutkan, sawit bahkan bisa menyerap 64,5 ton CO2 per hektare per tahun. Bila mengacu pada luasan lahan sawit Indonesia sebesar 14,38 juta hektare maka setidaknya ada 927,5 juta ton CO2 yang mampu diserap pohon sawit. “Secara langsung saya sampaikan, sawit itu bagus untuk lingkungan karena menyerap CO2 lebih banyak dibanding pohon lain,” kata Dadan. Namun, ia pun tak menampik sawit punya sejarah kelam karena penggunaan hutan secara besar-besaran untuk perkebunan sawit. Namun, ia menegaskan perlu dibandingkan antara luasan sawit dengan luasan hutan yang masih ada saat ini. Pihaknya pun mendorong agar pelaku usaha dan petani mengikuti sertifikasi RSPO dan ISPO sebagai bukti jaminan ramah lingkungan. Dadan menambahkan, pemerintah kini juga terus mendorong pengembangan pembangkit listrik berbasis sawit sebagai energi baru terbarukan. Ia mencatat potensi sawit sebagai bahan baku produksi listrik mencapai 28.148 megawatt (MW). Adapun saat ini total kapasitas pembangkit listrik yang sudah menggunakan sawit sudah mencapai 874,57 MW. Subkoordinator Direktorat Perlindungan Perkebunan, Kementerian Pertanian, Dwimas Suryanata, menambahkan, pemerintah terus mendorong sertifikasi ISPO yang menjadi standar Indonesia. Adapun untuk perluasan perkebunan sawit hanya dapat dilakukan pada lahan telantar atau terdegradasi. Uni Eropa baru saja resmi menerapkan undang-undang baru deforestasi bernama EU Deforestation Regulation (EUDR). Kebijakan Eropa dengan dalih pencegahan penggundulan hutan itu secara langsung akan berdampak terhadap sejumlah komoditas ekspor andalan RI ke kawasan Eropa. Dikutip dari laman resmi European Council, EUDR secara spesifik menyebut komoditas minyak sawit, kopi, sapi, kayu, kakao, karet, serta kedelai wajib dilakukan uji tuntas terhadap semua pelaku usaha yang terkait dalam rantai pasok. Kebijakan EUDR resmi diterbitkan pada 16 Mei 2023. Dalam pengumumannya, Dewan Eropa menyatakan, kawasan Uni Eropa sebagai konsumen dan pedagang besar komoditas serta produk turunannya memainkan peran penting dalam deforestasi. Adapun aturan baru tersebut demi memastikan konsumsi dan perdagangan Eropa atas sejumlah komoditas tidak berkontribusi pada deforestasi yang semakin merusak hutan.

https://ekonomi.republika.co.id/berita/rv63lp490/dijegal-eropa-esdm-minyak-sawit-punya-peran-turunkan-emisi-karbon

 

 

Kompas.com | Rabu, 24 Mei 2023

Fakta di Balik Istilah Solar Busuk yang Melekat pada Biosolar

Solar busuk kerap disematkan kepada jenis bahan bakar minyak Biosolar karena kualitasnya rendah. Berdasarkan informasi yang beredar, tidak semua mobil boleh mengonsumsi jenis BBM ini jika tidak ingin mengalami kerusakan pada mesin diesel commonrail. Faktanya, Biosolar masih resmi dijual oleh Pertamina. Meski diperuntukkan kalangan tertentu saja, jenis BBM ini masih bisa dibeli oleh siapa saja dengan batasan jumlah. Dengan kata lain, solar busuk dalam arti sebenarnya tidak tepat bila disematkan pada Biosolar. Jenis BBM ini memang kualitasnya rendah, tapi masih bisa dipakai oleh mobil diesel terbaru sekalipun. Esa, Pemilik Bengkel Denso Esa Diesel Solo, mengatakan, dirinya tidak setuju dengan istilah solar busuk tersebut, meski tidak bisa dimungkiri kualitas Biosolar memang rendah. “Meluruskan saja, kenapa Biosolar disebut solar busuk itu karena kandungan air di dalamnya sangat tinggi, sehingga beberapa produsen mobil tidak menyarankan pemakaian jenis BBM ini untuk mobil-mobil modern,” ucap Esa kepada Kompas.com, Selasa (23/5/2023). Esa mengatakan telah melakukan eksperimen kecil terhadap Biosolar, yaitu dengan mencampurnya dengan zat pemisah air lalu didiamkan beberapa saat. Hasil penelitian tersebut, Esa mendapatkan kandungan air yang cukup banyak. Air terpisah cukup jelas berada di dasar gelas, sedangkan kandungan lainnya berada di atasnya. “Maka wajar saja, jika mobil modern tidak disarankan menggunakan jenis BBM tersebut, memangnya pihak diler mau meng-cover semua masalah kerusakan pada mesin diesel commonrail, kan tidak?” ucap Esa. Meski kualitas Biosolar seburuk itu, Esa tidak mau mengatakan bahwa itu termasuk jenis solar busuk karena secara fungsi masih dapat digunakan pada mobil. “Memang pemakaian jenis BBM yang lebih berkualitas lebih baik, tapi Biosolar masih bisa diandalkan untuk mewujudkan sisi ekonomis, khususnya untuk kendaraan yang memiliki mobilitas tinggi,” ucap Esa.

https://otomotif.kompas.com/read/2023/05/24/151200715/fakta-di-balik-istilah-solar-busuk-yang-melekat-pada-biosolar