Dubes Eropa Soal CPO RI: Itu Bukan Sumber Energi Terbarukan!
CNBCIndonesia.com | Rabu, 29 Desember 2021
Dubes Eropa Soal CPO RI: Itu Bukan Sumber Energi Terbarukan!
Duta besar Uni Eropa (UE) untuk Indonesia, Vincent Piket, buka suara mengenai konflik Indonesia dan UE mengenai minyak sawit atau CPO. Ia mengatakan bahwa negara-negara di benua biru memandang sumber energi itu bukanlah sumber energi yang berkelanjutan. Vincent menyebut sawit sendiri telah menjadi salah satu isu penting dalam hubungan RI dan UE. Ia menyebut beberapa pihak di Eropa memandang minyak sawit seringkali terasosiasi dengan deforestasi. “Jadi apa isunya? Isunya tentu sangat spesifik mengenai biofuel. Saat ini UE menganggap bahwa CPO dari minyak sawit bukanlah sumber energi yang berkelanjutan,” ujarnya dalam program Prime Words CNBC Indonesia, Rabu (29/12/2021). Meski begitu, ia berujar bahwa Eropa tetap terbuka dengan sawit Indonesia. Ia menegaskan sejauh ini tidak ada hambatan apapun dalam level kebijakan yang dialami minyak sawit asal RI di sana. Ia mencontohkan dengan rendahnya tarif yang diterapkan negara itu dalam keran impor CPO. “Saat ini sendiri kami sedang bekerja dalam bidang komoditas berkelanjutan di mana kami tidak ingin komoditas yang ada di UE terkait dengan deforestasi,” kata Vincent. Lebih lanjut, Vincent mengungkapkan juga bahwa pihaknya optimis bahwa Indonesia akan mampu memenuhi standar-standar tersebut. Pihaknya sendiri telah berkoordinasi dengan beberapa pemangku kebijakan dan pelaku usaha mengenai standar lingkungan hidup yang ditetapkan UE mengenai CPO. “Saya telah berdiskusi mengenai hal ini dengan pemerintah dan pelaku usaha di beberapa wilayah seperti Riau dan definisi proposal itu sangat dapat dipahami oleh RI sehingga kami sangat optimis bahwa pasar kami tetap terbuka untuk minyak sawit yang memenuhi kaidah berkelanjutan,” tambah dubes berkewarganegaraan Belanda itu.
https://www.cnbcindonesia.com/news/20211229183322-4-303084/dubes-eropa-soal-cpo-ri-itu-bukan-sumber-energi-terbarukan
Sawitindonesia.com | Rabu, 29 Desember 2021
Jokowi Berhasil, Mandatori Biodiesel Hemat Devisa Rp 209,62 Triliun
Program biodiesel membawa berkah bagi bangsa Indonesia. Mandatori bauran biodiesel sebesar 30% Atau B30 mampu menekan volume impor solar dan menekan emisi gas rumah kaca. Program Biodiesel dalam kerangka pendanaan BPDPKS yang diimplementasikan sejak tahun 2015 dengan tujuan untuk menjaga stabilitas harga CPO, mendorong kemandirian dan ketahanan energi nasional, pengurangan emisi gas rumah kaca dan penghematan devisa yang berasal dari berkurangnya impor solar hingga tahun 2021. Eddy Abdurrachman, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) telah menyalurkan volume biodiesel sebesar 33,07 juta KL. “Indonesia mampu menghemat devisa karena tidak perlu impor bahan bakar minyak jenis minyak Solar sebesar Rp 209,62 Triliun dan pengurangan emisi gas rumah kaca sekitar 49,45 JutaTon CO2e,” ujar Eddy dalam presentasinya. Ia menjelaskan tren peningkatan harga minyak dunia dan ekspektasi normalisasi harga CPO, maka diharapkan selisih harga biodiesel dan solar di tahun 2022 yang lebih baik,” imbuh Eddy lagi. Data BPDPKS menunjukkan pergerakan HIP Biodiesel periode Juli 2015- Des 2021 berada di rentang Rp6.371-Rp13.746/liter. Sedangkan HIP Solar berada di rentang Rp2.801-Rp8.994/liter. Dijelaskan Eddy bahwa untuk menjaga keberlanjutan program energi baru dan terbarukan (EBT) melalui Mandatori Biodiesel, Pemerintah telah menyesuaikan tarif Pungutan Ekspor melalui PMK 76/2021. “Kebutuhan Program Mandatori Biodiesel yang terus meningkat setiap tahun, perlu dibarengi dengan peningkatan produktivitas kebun sawit agar kebutuhan bahan baku biodiesel sawit dapat terpenuhi di masa mendatang,” urainya.
Jokowi Berhasil, Mandatori Biodiesel Hemat Devisa Rp 209,62 Triliun