Sawit: Pilar Strategis Swasembada Pangan dan Energi Berkelanjutan Indonesia

| Articles
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp
Sawit: Pilar Strategis Swasembada Pangan dan Energi Berkelanjutan Indonesia. Sumber: GAPKI

Industri sawit nasional memainkan peran vital dalam mewujudkan cita-cita pemerintah untuk mencapai swasembada pangan dan energi berkelanjutan, yang merupakan bagian dari Asta Cita Kabinet Merah Putih pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Peran strategis ini menunjukkan pergeseran paradigma, di mana ketahanan pangan (food security) dan ketahanan energi (energy security) kini menjadi pilar utama dari ketahanan nasional (national security).

Peran Kunci Industri Sawit dalam Ketahanan Pangan

Industri sawit memberikan kontribusi signifikan terhadap ketahanan pangan nasional melalui enam komponen utama:

  1. Volume Produksi Besar: Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar di dunia, dengan total produksi mencapai 54,8 juta ton pada tahun 2023. Industri hilir sawit, seperti minyak goreng, margarin, dan lemak khusus, telah berkembang pesat untuk memenuhi kebutuhan pangan domestik dan global.
  2. Ketersediaan Sepanjang Tahun: Berbeda dengan komoditas lain, produksi minyak sawit relatif stabil dan tidak mengenal musim. Hal ini menjamin pasokan produk pangan yang konsisten bagi masyarakat.
  3. Kualitas Gizi Unggul: Minyak sawit kaya akan nutrisi penting seperti vitamin A dan E, squalene, serta antioksidan. Kandungan ini menjadikan minyak sawit bukan hanya sumber energi, tetapi juga bahan pangan bergizi.
  4. Keterjangkauan Harga: Produk pangan berbasis minyak sawit, seperti minyak goreng, merupakan minyak nabati yang paling terjangkau di pasaran, baik secara fisik maupun harga.
  5. Dukungan Diversifikasi Pangan: Minyak sawit digunakan untuk mengolah berbagai bahan pangan lain, sehingga mendorong diversifikasi konsumsi dan meningkatkan pemanfaatan produk pertanian lainnya.
  6. Penyebaran Produksi: Perkebunan sawit tersebar di 26 provinsi dan industri hilirnya menjangkau hampir seluruh penduduk, memastikan ketersediaan dan aksesibilitas produk pangan berbasis sawit bagi masyarakat.

Biofuel Sawit: Solusi Energi Berkelanjutan, EBT, dan NZE

Selain peranannya dalam ketahanan pangan, industri sawit juga menjadi pilar penting dalam ketahanan energi nasional. Dari kelapa sawit, dihasilkan berbagai bentuk energi terbarukan (renewable energy). Yang mana dapat menggantikan energi fosil dan mendukung target Net Zero Emission (NZE).

Bioenergi Generasi Pertama

Pemanfaatan langsung minyak sawit (Crude Palm Oil – CPO dan Palm Kernel Oil – PKO) untuk menghasilkan biodiesel, green diesel (solar sawit), green gasoline (bensin sawit), dan green jet fuel (avtur sawit). Inovasi ini menjadi tulang punggung program mandatori biodiesel di Indonesia. Seperti B35 dan rencana B40, yang secara signifikan mengurangi ketergantungan pada impor minyak fosil dan emisi karbon dari sektor transportasi.

Bioenergi Generasi Kedua

Pemanfaatan biomassa dari perkebunan sawit, seperti tandan kosong, cangkang, serat buah, batang, dan pelepah. Melalui berbagai teknologi konversi, biomassa ini dapat diubah menjadi bioetanol, biocoal, briket, dan biogas. Yang mana menyediakan sumber energi alternatif yang melimpah dan tidak bersaing dengan bahan pangan.

Bioenergi Generasi Ketiga

Pemanfaatan limbah cair dari pabrik kelapa sawit (POME) untuk menghasilkan biogas/biomethane dengan teknologi methane capture. Ini adalah langkah strategis untuk mengurangi emisi gas metana, yang memiliki potensi pemanasan global jauh lebih tinggi daripada CO₂.

Pemanfaatan EBT dari sawit—dari bioenergi generasi pertama, kedua, hingga ketiga—menjadi kunci bagi Indonesia untuk mencapai target bauran EBT. Selain itu, juga mempercepat komitmen NZE 2060. Dengan ketersediaan yang terus-menerus dan melimpah di atas tanah, industri sawit menawarkan solusi permanen untuk mengatasi menipisnya cadangan minyak fosil.