ESDM: Kelanjutan Program Biodiesel B40 Tunggu Insentif & Industri Siap
Katadata.co.id | Jum’at, 15 Oktober 2021
ESDM: Kelanjutan Program Biodiesel B40 Tunggu Insentif & Industri Siap
Pemerintah belum juga melanjutkan program biodiesel B40 yang sebelumnya ditargetkan berjalan mulai tahun ini dan ditunda karena turunnya konsumsi bahan bakar imbas pandemi. Kelanjutan rencana pengembangan program campuran solar dengan 40% fatty acid methyl ester (FAME) atau biodiesel 40 (B40) hingga kini belum ada kejelasan. Pasalnya, pemerintah belum juga menetapkan target waktu untuk melanjutkan kembali program ini setelah beberapa waktu lalu diputuskan ditunda. Direktur Bioenergi Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna mengatakan pihaknya hingga saat ini terus mengkaji implementasi dari program B40. Adapun kajian tersebut terkait kesiapan dari produsen mesin untuk menerima B40 dan memproduksi sesuai spesifikasi yang diharapkan. Pasalnya, semakin tinggi campuran bahan bakar nabati (BBN), maka spesifikasinya juga perlu ditingkatkan dan ketersediaan insentif. “Jadi belum diputuskan kapan. (Insentif) masih didiskusikan,” ujarnya kepada katadata.co.id, Jumat (15/10). Sementara itu Kementerian ESDM mencatat realisasi serapan dari program mandatori B30 hingga September mulai menunjukkan peningkatan. Menurut dia realisasi penyaluran program B30 pada bulan itu telah mencapai 70% dari alokasi biodiesel sebesar 9,2 juta KL. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana sebelumnya mengatakan, pengembangan B40 secara teknis dapat dilaksanakan. Keputusan ini berdasarkan uji coba Balitbang Kementerian ESDM bekerja sama dengan kelompok kepentingan lainnya. “Kajian lanjutannya adalah memastikan kebijakan ini dapat berjalan secara berkelanjutan di lapangannya, termasuk keekonomiannya,” kata Dadan. Pemerintah menunda penerapan program B40 tahun ini karena rendahnya konsumsi bahan bakar minyak atau BBM selama pandemi Covid-19. Selain itu, kondisi harga sawit yang sempat melonjak menjadi tantangan tersendiri untuk mengembangkan bahan bakar jenis ini, apalagi harga minyak mentah sempat turun cukup dalam. Padahal sebelumnnya Kementerian ESDM optimistis program ini dapat berjalan mulai tahun ini. Pertamina pun telah menyatakan kesiapannya untuk memproduksi BBN hingga B100. Meski demikian, perusahaan migas pelat merah ini meminta dukungan pemerintah berupa kewajiban pasokan dalam negeri (domestic market obligation/DMO) CPO seperti yang diterapkan pada batu bara. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati DMO CPO ini demi menjaga keberlangsungan ketersediaan pasokan CPO dengan harga jual yang lebih murah dari harga ekspor, seiring dengan harga yang berfluktuasi. “Kelangsungan green diesel dan green gasoline perlu support DMO palm oil, baik volume maupun harga,” ujarnya. Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) mencatat produksi biodiesel terus meningkat, terutama pada empat tahun terakhir. Tahun lalu produksinya 8,59 juta kiloliter, meningkat dibandingkan 2019 sebesar 8,4 juta kiloliter. Secara tren, produksi biodiesel mulai meningkat pada 2017 dengan total 3.4 juta kiloliter. Realisasi pemanfaatan biodiesel untuk kebutuhan domestik pada tahun lalu tercatat sebesar 8,46 juta kiloliter. Sedangkan, ekspor biodiesel sepanjang 2020 hanya sebesar 27.774 kiloliter.
BERITA BIOFUEL
Akurat.co | Jum’at, 15 Oktober 2021
Mengenal Biofuel, Teknologi Ramah Lingkungan sebagai Bahan Bakar Alternatif
Minyak bumi merupakan sumber energi utama yang digunakan sebagai bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meskipun begitu, penggunaan minyak bumi ini memberikan dampak negatif bagi lingkungan, salah satunya adalah pencemaran udara. Tak hanya itu, keberadaan minyak bumi juga semakin menipis karena penggunaannya yang berlebihan. Untuk menggantikan minyak bumi sebagai bahan bakar, sudah banyak pengembangan teknologi yang memanfaatkan sumber daya alam yang bisa diperbaharui dan tidak memberikan dampak berbahaya bagi lingkungan. Salah satu bahan bakar tersebut, yaitu biofuel. Biofuel merupakan teknologi penyediaan energi atau bahan bakar alternatif dengan menggunakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Biofuel sendiri berasal dari bahan-bahan organik. Perbedaan biofeul dengan bahan bakar fosil, yaitu biofuel bisa diolah langsung dari bahan organik seperti tumbuh-tumbuhan sementara bahan bakar fosil berasal dari hewan atau tumbuhan yang telah mati selama jutaan tahun yang lalu. Bahan baku utama untuk membuat biofeul ada dua jenis, yaitu bahan yang bisa dikonsumsi dan bahan yang tidak bisa dikonsumsi. Produk makanan seperti gula, pati, atau minyak sayur bisa dijadikan biofuel melalui metode konvensional, yaitu transesterifikasi. Kemudian, biofuel juga dapat dihasilkan dari tanaman non pangan, seperti limbah pertanian dan residu yang tidak dapat dikonsumsi manusia dengan menggunakan teknologi maju seperti hydrocracking. Ada dua jenis produk biofeul yang sudah dikembangkan, yaitu bioetanol dan biodiesel. Bioetanol berasal dari alkohol yang strukturnya sama dengan bir atau minuman anggur. Dalam pembuatan bioetanol memerlukan fermentasi karbohidrat atau reaksi kimia gas alam. Beberapa tumbuhan yang mengandung karbohidrat tinggi seperti jagung, sorgum, atau singkong biasanya digunakan untuk menghasilkan bioetanol. Bahan bakar yang satu ini relatif murah dan mudah diproduksi, sehingga bisa dibuat oleh industri rumahan.
Selain itu, bioetanol juga banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Tetapi, sebelum digunakan bioethanol harus dicampur premium dengan perbandingan tertentu. Produk bioetanol ini dapat menghasilkan karbon dioksida hingga 48 persen lebih sedikit ketimbang bensin konvensional. Sementara itu, biodiesel merupakan bahan bakar alami yang biasanya diperoleh dari lemak nabati. Bahan baku utama yang digunakan untuk membuat biodiesel, yaitu minyak kedelai, minyak rapeseed, dan minyak bunga matahari. Namun di Indonesia sendiri, umumnya menggunakan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil), minyak nyamplung, minyak jarak, minyak kelapa, palm fatty acid distillate (PFAD) dan minyak ikan sebagai bahan pembuatan biodiesel. Biodiesel sendiri bisa digunakan untuk mesin diesel. Bahan bakar ini bersifat ramah lingkungan karena tidak berpengaruh pada pemanasan global, mudah digdegradasi, mengandung 10% oksigen alamiah yang bermanfaat dalam pembakaran, serta dapat melumasi mesin. Penggunaan biodiesel sendiri hanya melepaskan seperempat jumlah karbondioksida yang dikeluarkan diesel konvensional. Hal tersebut tentunya menjadi pilihan yang jauh lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar fosil. Biofuel yang merupakan bahan bakar alternatif bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan energi sehari-hari. Penggunaan biofeul ini bisa dimanfaatkan untuk moda transportasi, seperti mobil, bus, sepeda motor, kereta api, pesawat terbang dan kendaraan air. Selain transportasi, bisa juga sebagai pembangkit listrik, seperti peralatan yang menggunakan energi listrik, serta sebagai pamanas untuk kompor dan peralatan memasak lainnya. Tidak seperti bahan bakar lainnya yang tidak bisa diperbaharui, biofeul ini bisa diproduksi secara terus-menerus karena siapapun bisa menanam lebih banyak tanaman untuk menjadi bahan bakar. Selain itu, tingkat produktivitas tanaman nabati yang lebih tinggi dinilai dapat menangani beberapa masalah deforestasi yang berkaitan dengan biofuel.
https://akurat.co/mengenal-