GAPKI Optimis Ekspor Sawit Indonesia ke China Capai 7 Juta Ton

| News
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Sawitindonesia.com | Minggu, 30 Juli 2023

GAPKI Optimis Ekspor Sawit Indonesia ke China Capai 7 Juta Ton

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) berupaya meningkatkan pembelian China sebagai konsumen utama produk sawit Indonesia. Negara berpenduduk di atas 1 miliar jiwa ini terus meningkatkan kebutuhannya untuk penggunaan produk pangan dari sawit. “Kami mem-follow up MOU yg sudah ditandatangani akhir tahun lalu terkait import minyak sawit oleh China sebesar 125 ribu ton lebih besar dibandingkan periode sama tahun 2022,” ujar Eddy Martono, Ketua Umum GAPKI melalui sambungan telepon. Eddy Martono didampingi oleh Sanny Anthony, Wakil Ketua Umum GAPKI dan Fadhil Hasan, Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri GAPKI, mengikuti The 14th China International Cereals and Oils Industry Summit, Kunming-China pada 26 – 28 Juli 2023. Kehadiran Eddy bersama pengurus lainnya merupakan bagian promosi untuk meningkatkan permintaan minyak sawit oleh Tiongkok. Eddy menjelaskan bahwa momentum ini juga dapat digunakan untuk mengalihkan pasar sawit dengan adanya tekanan dan hambatan dagang uang yang dilakukan oleh Eropa. Karena itulah, penetrasi dan promosi ke promosi terus dilakukan karena negara ini merupakan importir minyak sawit terbesar Indonesia. “Tuntutan sustainability semakin besar sehingga kita harus terus menyiapkan produk minyak sawit kita benar-benar ramah lingkungan,” ujar Eddy.  Melalui upaya promosi yang terus dijalankan, GAPKI optimis bahwa permintaan sawit dari China dapat dipenuhi oleh Indonesia. Eddy menuturkan ekspor sawit ke China akan lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. “Estimasi kami mencapai 6,5 juta sampai 7 juta ton ekspor sawit ke Tiongkok,” ujar Eddy. Berdasarkan data GAPKI, Indonesia mengekspor CPO ke China sebesar 6,35 juta ton sepanjang 2022. Sementara itu, ekspor sawit ke India berjumlah 5,54 juta ton. Kunjungan GAPKI ke China bersama pemerintah melalui Kemenko Maritim dan Investasi bersama asosiasi lain seperti APKASINDO, GIMNI, APROBI, dan APOLIN.

https://sawitindonesia.com/gapki-optimis-ekspor-sawit-indonesia-ke-china-capai-7-juta-ton/

 

Tribunnews.com | Jum’at, 28 Juli 2023

Kupas Tuntas Mitos dan Fakta Soal Kelapa Sawit, BPDPKS Bersama PGRI Kaltim Geklar Palm Edu Talk

Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan salah satu sentra produsen kelapa sawit di Indonesia, sehingga dukungan dan persepsi positif masyarakat Kaltim terhadap sawit sangat penting untuk menjaga keberlanjutan perkebunan sawit di wilayah ini. Mengingat hal ini, stakeholder sawit di Kaltim berinisiatif untuk melaksanakan kampanye positif sawit dengan sasaran tenaga pendidik, peserta didik, dan generasi muda. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) bekerjasama dengan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi Kalimantan Timur untuk menyelenggarakan rangkaian kegiatan Palm Oil EduTalk “Kupas Tuntas Mitos dan Fakta Tentang Kelapa Sawit” & Sawit @School: Sawit Sahabat Siswa pada 21 – 23 Juli 2023 di Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 350 Guru dan Siswa/i yang berlangsung secara hybrid. Kepala Divisi UKMK BPDPKS dalam sambutannya mengatakan, ada beberapa program BPDPKS yang bisa diakses oleh tenaga pendidik dan peserta didik di seluruh Indonesia. Di antaranya program Pengembangan SDM salah satunya dalam bentuk beasiswa Pendidikan serta program Penelitian dan Pengembangan yang berbasis proposal dan kompetisi yang bisa diikuti oleh peneliti dan akademisi. “Kolaborasi dan gotong royong seluruh pemangku kepentingan adalah kunci supaya sawit ini terus berkelanjutan. Kunci kita melawan black campaign dan kunci kita untuk selalu mempromosikan kebaikan-kebaikan sawit,” kata Helmi. Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bidang Pembinaan SMK Dinas Pendidikan Kalimantan Timur, Surasa, S.Pd., M.Si menyampaikan Dinas Pendidikan Kalimantan Timur sudah membawahi tingkat pendidikan vokasi atau SMK yang memiliki pengembangan khusus sawit. Surasa mengatakan, beberapa SMK di Kaltim sudah mampu mengolah limbah sawit menjadi berbagai produk turunan seperti pupuk organik dan pakan ternak. Bahkan, Dinas Pendidikan Kalimantan Timur juga sudah merancang sebuah industri atau pabrik sawit yang akan didirikan di SMK Negeri 2 Tanah Grogot yang terletak di Kabupaten Paser. “Kegiatan ini penting dan kami mengapresiasi serta berterima kasih kepada Kementerian Keuangan dan BPDPKS. Kami juga membuka ruang untuk kita, terutama SMK untuk bisa menjalin kerjasama dalam hal pengembangan sektor sawit Indonesia dan Kaltim khususnya,” kata Surasa. “Saya menghimbau Bapak dan Ibu guru untuk menyelipkan informasi kepada anak didik kita sekalipun tidak ada kurikulum tentang sawit, tapi diselipkan di mata pelajaran dan diinformasikan kepada anak didik kita tentang sawit ini sehingga nanti dapat bermanfaat,” ungkap Wakil Ketua PGRI Provinsi Kalimantan Timur, Sutomo Aris Wijayanto, M.Pd. Hadir sebagai narasumber, Staff Sekretariat APROBI, Rahayu Dwi Mampuni memaparkan potensi bahan bakar nabati di Indonesia terdiri dari B30 biodiesel (BBN dicampur pada minyak solar), bioethanol (BBN dicampur pada minyak bensin), biomassa (BBN berbentuk padat), biogas (BBN berbentuk gas), dan bioavtur (BBN dicampur pada minyak avtur). Dijelaskan Dwi, pada tahun 2022, lebih dari 9,5 juta kiloliter (~59 juta barel) biodiesel digunakan di dalam negeri atau setara dengan 98 hari (3 bulan) produksi bahan bakar fosil Indonesia. Sementara itu, Wasekjen Litbang DPP APKASINDO, Akhmad Indradi, STP., M.Si, menyampaikan, kelapa sawit merupakan sektor industri yang besar, lebar, dalam, dan berkelanjutan sehingga potensi pengembangan dan pemanfaatannya juga sangat luas. Dijelaskan Indra, beberapa produk turunan sawit yang berpotensi dikembangkan pada skala UKM, yakni pupuk abu janjang sawit (mengandung K2O sebanyak 18 – 30 persen), pupuk organik / kompos (tinggi kandungan K) padat dan cair. Selanjutnya, hijauan pakan ternak (cincangan pelepah sawit), lidi sawit (untuk sapu lidi, piring, tas, bakul buah, kotak tisu, dan lain-lain), janjang kosong sawit sebagai media budidaya jamur merang, minyak makan merah, pakan ternak, ampas kernel sebagai media hidup larva magot, serta cangkang sawit sebagai bahan bakar alternatif di pabrik bata dan pabrik tahu, Dalam kegiatan ini, sebagai upaya menyampaikan fakta objektif tentang kelapa sawit, BPDPKS juga menghadirkan narasumber dari praktisi kelapa sawit Donni Indra, Sustainability & Strategic Projects Sinar Mas Agribusiness and Food; dan Maria Goldameir Mektania, Kepala Divisi Komunikasi dan Media Sosial DPP APKASINDO. Tidak hanya pemaparan materi, dalam kegiatan ini juga dilakukan demo produksi sabun berbahan dasar minyak jelantah sawit yang dipaparkan oleh Dr. Darnah Andi Nohe, S.Si., M.Si, Dosen Fakultas MIPA Universitas Mulawarman. Kegiatan Sawit @School dilaksanakan di SMAN 10 Samarinda, yang mana peserta kegiatan tidak hanya Siswa/i SMAN 10 Samarinda, tetapi juga SMA/SMK sekitar Kota Samarinda. Kunjungan Sawit @School ini bertujuan untuk promosi sawit yang bentuk kegiatannya Talkshow Sawit yang menghadirkan narasumber Donni Indra, Sustainability & Strategic Projects Sinar Mas Agribusiness and Food dan Ira Usdiana Saputri, Senior Analis Divisi UKMK BPDPKS. Selain itu, kunjungan ini juga disertai dengan Pentas Seni dan Lomba Aransemen Lagu Sawit oleh Band SMA/SMK dan Lomba Produksi dan Publikasi Poster Kampanye Sawit Baik.

https://wartakota.tribunnews.com/2023/07/28/kupas-tuntas-mitos-dan-fakta-soal-kelapa-sawit-bpdpks-bersama-pgri-kaltim-geklar-palm-edu-talk?page=all

 

BERITA BIOFUEL

 

Bisnis.com | Minggu, 30 Juli 2023

BMW Indonesia Kaji Penggunaan BBM Bioetanol untuk Produknya

BMW Indonesia tengah mengkaji potensi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin dengan campuran bioetanol 5 persen (E5) pada produk keluarannya. Product Manager BMW Indonesia Anindyanto Dwikumoro mengatakan, pihaknya belum mendapatkan penjelasan teknis secara detail dari produk BBM terbaru Pertamina, yakni Pertamax Green 95 yang merupakan bahan bakar bensin dengan campuran bioetanol 5 persen. “Kami belum mendapatkan banyak detail juga soal teknisnya si Pertamax Green ini. Jadi, kami perlu waktu untuk lebih dalam lagi,” tuturnya di Jakarta dikutip Minggu (30/7/2023). Dia mengatakan, secara umum produk dari BMW dapat menenggak bahan bakar bensin dengan rekomendasi minimal RON 95. Akan tetapi, dia belum dapat memastikan apakah Pertamax Green dapat ditenggak oleh produk-produk BMW. Lebih lanjut, dia mengatakan, pihaknya masih akan melakukan studi lebih lanjut mengenai bauran bioetanol 5 persen tersebut, seperti ketika bahan bakar diesel mendapat campuran biodiesel. “[Biodiesel] itu kami bisa rekomendasi di maksimum B7, sementara untuk mesin bensin kita masih kurang tahu teknisnya seperti apa untuk batasan bio-nya,” ujarnya. Adapun, Pertamina telah resmi mulai menjual produk Pertamax Green 95 dengan nilai oktan (RON) 95. Harganya dibanderol  Rp13.500 per liter. Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan memproyeksikan permintaan Pertamax Green di Pulau Jawa mencapai lebih dari 90.000 kiloliter (kl) per tahun dengan asumsi saat ini.  Meski demikian, target penjualan untuk Pertamax Green masih terbatas pada tahun ini dengan target hanya sekitar 400 liter per hari. Fokus penjualan Pertamax Green 95 masih terletak pada sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Surabaya dan Jakarta.  “Jadi untuk volumenya sendiri memang kami menargetkan sekitar 400 liter per hari untuk di kedua wilayah tersebut, memang lebih kurang mungkin sekitar 700 sampai 1.000 liter per hari,” kata dia. Kapasitas produksi etanol dari sisi hulu berada di level 30.000 kiloliter setiap tahunnya, sedangkan kebutuhan etanol dari sisi hulu yang bakal terserap saat ini masih berada di level 12.000 kiloliter.

https://otomotif.bisnis.com/read/20230730/46/1679559/bmw-indonesia-kaji-penggunaan-bbm-bioetanol-untuk-produknya

Kontan.co.id | Sabtu, 29 Juli 2023

Pertamax Green 95 Telah Diluncurkan, Pertamina Jalin Kerja Sama dengan APM

PT Pertamina Patra Niaga resmi mengedarkan secara terbatas Pertamax Green 95 yang terbuat dari campuran bensin Pertamax (95%) dengan bioetanol (5%) pada hari ini. Sebagai informasi, bioetanol yang dimanfaatkan Pertamina berbahan dasar molase atau tetes tebu yang merupakan produk sampingan atau sisa dari proses pembuatan gula. Pengamat otomotif, Bebin Djuana menilai penjualan produk Pertamax Green 95 dengan campuran ethanol 5%  diperlukan uji jalan dan dikaji apakah ada efek negatif terhadap mesin.  “Pengujian ini harus mencakup untuk jangka menengah dan jangka panjang tentunya,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (25/7).  Direktur Perencanaan & Pengembangan Bisnis Pertamina Patra Niaga, Harsono Budi Santoso menyatakan saat ini pihaknya bekerja sama dengan Agen Pemegang Merek (APM) supaya produk Pertamax Green 95 bisa digunakan pada semua kendaraan.  “Kerja sama dengan APM ini baru berlangsung dua bulan hingga tiga bulan terakhir ini. Sejauh ini kami baru konfirm untuk kembangkan dengan campuran ethanol 5% (E5),” ujarnya dalam peluncuran Pertamax Green di SPBU MT Haryono.  Budi mengatakan sejauh ini pihaknya belum merencanakan pencampuran ethanol lebih tinggi lagi ke Pertamax. Pasalnya mereka harus memastikan dampak ke mesin kendaraan ketika kandungan ethanol ditambahkan.  Sebelumnya Deputi Direktur Eksekutif Masyarakat dan Alam Indonesia (MADANI) Berkelanjutan, Giorgio Budi Indrarto menilai, campuran energi berkelanjutan Indonesia masih perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, inovasi berbahan dasar tetes tebu ini bisa dilihat sebagai langkah kecil awal menuju pemanfaatan sumber-sumber bahan bakar berkelanjutan lainnya.  Giorgio mengatakan ini bukan kali pertama PT Pertamina membaurkan bahan bakar fosil dengan bahan bakar nabati (BBN). Sejak 2008, PT Pertamina mencampurkan diesel dengan biodiesel berbahan dasar minyak sawit yang baurannya saat ini mencapai 35%.  Sebelum akhirnya Pertamax Green diluncurkan, minyak sawit adalah satu-satunya bahan baku BBN yang pemanfaatannya mendapatkan mandat dan insentif dari pemerintah. Menurut Giorgio, ekspansi perkebunan sawit masih memiliki risiko sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, selagi terus memperbaiki tata kelola sawit, pemerintah juga perlu mengoptimalkan penggunaan aneka sumber bahan baku dalam pengembangan BBN generasi kedua, yang berasal dari sampah atau limbah.  “Sumber-sumber lain tersebut bisa berupa minyak jelantah, tongkol jagung, tetes tebu, seperti yang digunakan Pertamax Green 95, limbah-limbah pertanian, dan lain sebagainya,” terang Giorgio.  Ia juga menekankan bahwa diversifikasi atau penganekaragaman sumber bahan bakar sejalan dengan target Indonesia untuk beralih kepada energi berkelanjutan dalam rangka mengurangi emisi.  Selain mendukung transisi energi, Giorgio juga menyoroti keunggulan lain dari diversifikasi bahan baku BBN, yakni mendukung kemandirian energi. Menurutnya, diversifikasi bahan baku BBN merupakan wujud upaya memaksimalkan sumber daya energi domestik yang kemudian bisa memberikan stimulus bagi perekonomian di berbagai daerah.  Dia juga mendorong masyarakat untuk memilih bahan bakar yang berkelanjutan.  “Dengan cara tersebut, masyarakat bisa ambil andil dalam meningkatkan demand domestik terhadap energi berkelanjutan,” tandasnya.

https://newssetup.kontan.co.id/news/pertamax-green-95-telah-diluncurkan-pertamina-jalin-kerja-sama-dengan-apm