Hindari kontak udara agar bahan bakar B30 tak menghambat filter
Antaranews.com | Sabtu, 17 Juli 2021
Hindari kontak udara agar bahan bakar B30 tak menghambat filter
Masalah paling umum yang sering dilaporkan konsumen terkait pemakaian bahan bakar biodiesel 30 persen atau B30 adalah filter tersumbat lapisan kerak impurities monogliserida. Peneliti Lemigas dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Riesta Anggraeni merekomendasikan agar bahan bakar tersebut disimpan dalam tangki tertutup dan dihindarkan dari kontak udara untuk mencegah oksidasi. Dia menambahkan bahwa konsumen perlu memahami karakter dan tata kelola bahan bakar B30 agar penyumbatan filter tidak merusak komponen kendaraan. “Bila terjadi kontak udara beberapa lama, bahan bakar akan mengalami oksidasi dan akan mengganggu proses pembakaran di mesin,” kata Riesta Anggraeni dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Sabtu. Pemerintah bersama sejumlah pihak telah melakukan penelitian dan uji jalan atau road test B30 pada bulan Mei hingga November 2019. Serangkaian pengujian menunjukkan persentase perubahan daya, konsumsi bahan bakar, dan emisi gas buang relatif sama pada kendaraan yang menggunakan bahan bakar B20 atau B30 terhadap jarak tempuh. Service Manager Komatsu Marketing and Support Indonesia Devi Ari Suryadi menyarankan penyimpanan bahan bakar B30 sebaiknya tidak lebih dari tiga bulan, terutama di tempat yang mudah terkontaminasi udara. Baca juga: Apkasindo: Penerapan B30 jaga kestabilan harga sawit petani Menurutnya, apabila penyimpanan berlangsung lebih dari tiga bulan sebaiknya penyimpanan bahan bakar tersebut dimonitor secara berkala agar tidak mengandung monogliserid lebih dari 0,55 persen massa. Dia juga mengingatkan konsumen untuk rutin memeriksa komponen kendaraan terutama mesin yang jarang digunakan seperti genset hanya dipakai saat terjadi pemadaman lampu. “Tangki bahan bakar sebaiknya dikuras untuk memastikan tidak ada kandungan monogliserida teroksidasi yang tertinggal,” kata Devi. Sebelum menyalakan mesin, ada baiknya untuk mengeringkan tangki bahan bakar dari air atau mengganti bahan bakar. Selang bahan bakar merupakan komponen vital yang harus diganti secara periodik setiap 4.000 jam atau dua tahun. Komponen lain yang perlu diganti secara teratur adalah bahan bakar, selang oli mesin maupun filter oli.
Sementara itu, Deputi General Manager Quality Assyrance Department Komatsu Indonesia Fahmi Azhari Mukhlis mengatakan bahan bakar melakukan kontak tidak hanya dengan satu jenis material, tetapi juga dengan material lainnya. “Semua material tersebut harus kompatibel dengan biodiesel,” ujar Fahmi. Dia menjelaskan penangan biodiesel dan biodiesel campuran tidak sama dengan minyak solar, mengingat ada beberapa perbedaan sifat fisik dan kimia. Biodiesel memiliki karakter mudah terdegradasi ketika terkontaminasi air, lumpur, mikroba dan kontaminan lainnya. Beberapa logam akan mempercepat oksidasi biodiesel yang mengarah pada pembentukan material yang tidak larut, yang dapat mengurangi kinerja filter dan atau injektor. “Ketika terpapar dalam waktu lama biodiesel dapat mendegradasi hode, gasket, o-ring maupun seal”, pungkas Fahmi. Secara umum biodiesel memiliki karakteristik angka setana, berat jenis, viskositas kinematik, sifat pelumasan yang lebih tinggi dibandingkan minyak solar. Selain itu, biodiesel memiliki kandungan sulfur yang sangat rendah sehingga mendukung program penggunaan bahan bakar bebas sulfur, serta dapat diterapkan untuk menurunkan kandungan sulfur pada minyak solar. Di sisi lain, biodiesel mengandung pengotor dari sifat alamiahnya sebagai bahan bakar nabati. Selain komponen utama ester metil, biodiesel berpotensi mengandung kandungan monogliserida dan gliserol sebagai komponen pengotor pada transesterifikasi dan pemurnian biodiesel. Keberadaan senyawa tak jenuh dengan ikatan rangkap juga berpotensi menyebabkan stabilitas oksisdasi biodiesel lebih rendah dibandingkan minyak solar. Selain itu, sifat higroskopis biodiesel juga rentan menyebabkan peningkatan kandungan air pada bahan bakar campuran minyak solar-biodiesel. Beberapa penelitian sebelumnya mengkonfirmasi kandungan monogliserida jenuh menjadi penyebab permasalahan teknis terkait penyumbatan pada filter bahan bakar. Perbaikan batasan mutu kandungan monogliserida maksimal 0.55 persen massa menjadi salah satu rekomendasi hasil uji jalan B30 dalam menyusun spesifikasi biodiesel untuk implementasi B30. Pemerintah telah menerapkan penggunaan bahan bakar B30 sejak 1 Januari 2020. Penerapan B30 untuk kendaraan bermotor dinilai bisa mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil dan menekan impor minyak dan gas.
Media Indonesia | Senin, 19 Juli 2021
Berbenah Menyambut Investasi Kendaraan Listrik
Besarnya potensi pasar kendaraan listrik di Indonesia, termasuk baterai di dalamnya, membuat investor mulai mengambil ancang-ancang. Mereka menanti insentif yang jitu dari pemerintah. INDONESIA yang berstatus sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia berambisi jadi pemain utama dalam industri kendaraan listrik dunia. Dengan nikel sebanyak 4,5 miliar ton yang masih terpendam di dalam perut bumi, Indonesia diperkirakan bisa memproduksi baterai dalam waktu 39 tahun. Untuk itu, pemerintah telah membentuk Indonesia Battery Corporation (IBC) pada 26 Maret 2021, sebuah perusahaan patungan yang beranggotakan Inalum, Antam, Pertamina, dan PLN, untuk mengelola ekosistem industri baterai yang terintegrasi dari hulu hingga hilir. Sejumlah perusahaan otomotif multinasional juga sudah menyampaikan minat mereka menjadi pemain kendaraan listrik di Indonesia, termasuk memproduksi baterai mengingat tren penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil kian menurun. “Mobil listrik ini pasarnya makin lama akan makin besar. Pada 2035 bahkan bisa sampai ke 44% dan pasar ini memang dikuasai Tiongkok, Eropa, dan Amerika,” ujar Chief Operating Officer Hyundai Motor Asia Pacific Lee Kang-hyun dalam serial diskusi Investasi untuk Akselerasi Momentum Pemulihan, pekan lalu. Hampir 40% harga mobil listrik, kata dia, terletak pada harga baterai. Hal itu menjadi daya tarik bagi investor untuk menanamkan modal mereka di Indonesia. Kehadiran investor di sektor baterai, kata Lee, akan sangat membantu pemerintah Indonesia yang dalam beberapa waktu ke depan akan mengandalkan kendaraan listrik berbasis baterai. Dia juga memandang, potensi pasar kendaraan listrik di Indonesia cukup menarik. Hal itu pula yang akan menjadi daya tarik investor. Karena itu, dia meminta pemerintah untuk serius menggarap kendaraan ramah lingkungan. Hal itu dapat dilakukan dengan memberikan dukungan bagi baik calon maupun investor melalui pemberian insentif yang dapat menunjang. “Di negara lain, untuk mendukung dan meningkatkan mobil listrik itu, ada kebijakan dari pemerintah mereka dengan memberikan subsidi. Tapi di Indonesia, dengan kondisi ekonomi saat ini, tidak diberi subsidi. Berarti mungkin perlu kebijakan lain dari pemerintah, misalnya mendorong market size-nya,” kata Lee. Dia juga menyarankan pembuatan regulasi mumpuni soal kandungan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) pada kendaraan listrik. Untuk menekan mahalnya ongkos produksi, pemerintah bisa melakukan riset dan pengembangan untuk mencapai TKDN pada unit kendaraan listrik. “Jadi, pemerintah dan investor bisa mengangkat ini dari RD sehingga baterai dan bahan baku bisa dibuat sesuai. Akhirnya Indonesia bisa memproduksi mobil listrik secara penuh setelah 2029,” tuturnya. Target TKDN itu juga dinilai mampu menekan harga jual di tingkat konsumen. Saat ini harga kendaraan ramah lingkungan masih lebih mahal ketimbang kendaraan konvensional berbasis energi fosil.
Peta pasar
Di kesempatan yang sama, Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi menyampaikan, sedianya Indonesia telah memiliki peta jalan yang matang dalam mendorong pengembangan kendaraan ramah lingkungan. Namun, pemerintah juga perlu memberikan dukungan dalam pembuatan peta pasar di Indonesia. “Dari peta market potential di Indonesia, terlihat sekali bahwa kendaraan-kendaraan dengan harga di bawah Rp300 juta atau Rp250 juta memiliki porsi terbesar. Jadi, kalau kita lihat kendaraan-kendaraan seperti Agya, Ayla, Avanza, Xenia, itu adalah kendaraan dengan porsi market terbesar di Indonesia. Harganya di bawah Rp250 juta dan Rp300 juta,” imbuh dia. “Jadi, kalau kita ingin kendaraan ramah lingkungan berkembang, harga mobil tersebut harus di bawah harga tadi sehingga daya beli masyarakat mampu mengarah ke sana,” sambung Yohannes. Dia juga menekankan kendaraan ramah lingkungan tak hanya kendaraan listrik berbasis baterai. Ada ragam seperti kendaraan hibrida, plug in hybrid, dan biofuel. Hal itu juga potensial untuk menciptakan ekosistem kendaraan ra- mah lingkungan. “Jangan lupa bahwa Indonesia adalah negara besar dengan hasil bumi yang luar biasa, salah satunya ialah kelapa sawit. Dari Kelapa Sawit bisa menghasilkan biofuel yang lebih ramah lingkungan, efisien, dan bisa digunakan kendaraan berat tanpa menggunakan infrastruktur dalam pengisian bahan bakarnya,” kata Yohannes.
Dukungan regulasi
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Dadan Kusdiana mengatakan pemerintah tengah berupaya mengurangi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dengan mendorong pemanfaatan energi yang ramah lingkungan ke energi listrik. “Pemanfaatan kendaraan listrik akan mengurangi impor BBM, mengurangi pemanfaatan BBM yang asalnya lebih banyak impor, yaitu BBM. Kemudian nanti geser ke listrik berbasis EBT, sama dengan menggeser pengurangan impor BBM mendukung ketahanan energi nasional,” jelasnya. Kementerian ESDM, kata Dadan, telah menerbitkan Peraturan Menteri ESDM No 13/2020 tentang Infrastruktur Pengisian Listrik Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai. Aturan itu mengatur soal sertifikat laik operasi, perizinan, memastikan fasilitas terjangkau, hingga bagaimana kendaraan listrik di lalu lintas. Sebelum aturan itu, Kementerian ESDM telah lebih dulu mengatur tarif listrik untuk penyediaan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai. Hal itu dituangkan dalam Peraturan Menteri ESDM No 28/2016 tentang Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (persero). Sebagai perusahaan listrik yang ada di Indonesia, PLN juga menyatakan komitmen mereka untuk memanfaatkan EBT. Pasalnya, akan kontraproduktif jika menyediakan energi untuk kendaraan ramah lingkungan yang bersumber dari pemanfaatan energi fosil. Untuk itu, PLN saat ini tengah melakukan transformasi penyediaan listrik dengan memanfaatkan EBT. “PLN mencanangkan program green transformation dan meningkatkan bauran EBT menjadi prioritas jangka panjang perusahaan. Implementasi pengembangan EBT tertuang dalam rencana jangka panjang dengan kapasitas 5 Gw antara PLTA Jatigede, PLTP Sorik Marapi, dan lainnya,” ujar Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini.