Pemetaan Energi Terbarukan di Indonesia

Setiap penjuru dunia sedang berusaha untuk berinovasi berbagai cara baru untuk membuat teknologi inovasi dalam menghadapi perubahan global baru, yaitu perubahan budaya, gaya hidup, dan teknologi. Matahari adalah salah satu sumber daya tak terbatas, ditambah dengan bahan bakar fosil yang merupakan bahan bakar energi yang tidak bisa diperbaharui, bersama dengan bahan bakar dari perut bumi seperti minyak mentah, batu bara, listrik, dan lainnya.
Indonesia sebenarnya memiliki banyak sekali potensi yang menguntungkan di bidang energi terbarukan. Faktanya Indonesia memiliki 417,8 Gigawatt energi terbarukan, namun sejauh ini hanya 10,4 W atau 2,5% saja yang telah digunakan. Hal tersebut terdiri dari laut, panas bumi, bioenergi, pembangkit listrik tenaga angin, hidro (air), dan tenaga surya.
Indonesia sendiri sudah memiliki kekayaan sumber daya yang melimpah, di mana hal itu menuntut kita untuk menggali dan belajar lebih dalam untuk mengoptimalkan sumber daya tersebut. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif, dalam Katadata Future Energy Tech and Innovation 2021 mengatakan, pemerintah telah memetakan kabupaten tertentu yang memiliki potensi sumber daya energi terbarukan. Kabupaten-kabupaten tersebut berada di wilayah Indonesia Timur dan Selatan yang memiliki radiasi matahari paling tinggi, seperti Nusa Tenggara Timur.
Sayangnya, wilayah-wilayah di Indonesia yang memanfaatkan energi terbarukan masih terlalu sedikit dan terkesan terabaikan. Banyak orang masih menggunakan energi tak terbarukan sebagai salah satu energi yang mereka andalkan walaupun energi terbarukan telah turun hingga setidaknya 90% lebih murah daripada energi tidak terbarukan. Energi tidak terbarukan biasanya tidak turun harganya. Seperti batu bara yang tidak mungkin menurunkan harganya karena memerlukan teknologi tertentu sejak awal. Ketika negara lain berlomba-lomba memanfaatkan energi terbarukan, Indonesia malah terus terang menutup salah satu industri energi terbarukan. Hal tersebut menyebabkan Indonesia tertinggal dalam hal pemanfaatan energi terbarukan. Indonesia baru mengembangkan dan membangun energi surya dengan produksi energi sekitar 80-130 MW, sedangkan di Jerman produksi energi sudah mencapai 40 GW. Sementara itu, radiasi Matahari di Indonesia masih dua kali lipat lebih besar dibandingkan Jerman.
Pemanfaatan energi panas bumi masih berisiko. Contohnya dalam hal lokasi pemboran. Hal ini dapat mengancam ekosistem lingkungan karena sebagian besar berada lahan adalah hutan. Selain itu, pemanfaatan energi panas bumi akan memakan waktu lebih lama, yaitu dengan menunggu sekitar 7 tahun. Oleh karena itu perlu dicari sumber energi terbarukan lain untuk dimanfaatkan, meskipun dalam beberapa kasus, manfaat penerapan energi terbarukan masih mahal. Dengan harapan semakin banyak orang yang ingin beralih menggunakan energi terbarukan dalam bentuk apapun.
Indonesia terletak di garis khatulistiwa, maka dari itu, matahari adalah salah satu energi terbarukan utama, bersama dengan hidro (air), panas bumi, bioenergi, pembangkit listrik tenaga angin, dan laut. Agar daya saing meningkat, pemerintah telah menyiapkan beberapa langkah untuk mengembangkan lebih lanjut energi terbarukan dan pemanfaatannya, dengan membuat regulasi baru dan menarik investor baik dari dalam maupun luar negeri. Tidak ada kata terlambat untuk memulai dari sekarang.
Sumber: