Biodiesel dan Potensinya

| Artikel
Bagikan Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Hingga saat ini Indonesia masih sangat bergantung pada bahan bakar berbasis fosil sebagai sumber energi. Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukkan dengan pasokan minyak mentah di Indonesia sekitar 9 miliar barel, dan dengan rata-rata produksi 500 juta barel per tahun, pasokan tersebut akan habis dalam 18 tahun. Untuk mengurangi ketergantungan pada minyak bumi dan memenuhi persyaratan lingkungan global, satu-satunya cara adalah mengembangkan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.

Indonesia memiliki potensi sumber energi terbarukan dalam jumlah besar. Beberapa diantaranya dapat segera diaplikasikan di Indonesia, seperti: bioetanol sebagai pengganti bensin, biodiesel untuk menggantikan solar, tenaga panas bumi, mikrohidro, tenaga surya, tenaga angin, bahkan limbah dapat digunakan untuk pembangkit listrik.

Substitusi biodiesel dengan solar memiliki peluang yang cukup besar karena semakin tingginya permintaan solar sementara sumber dayanya semakin menipis. Bukan hanya karena peluang untuk menggantikan solar, peluang besar untuk biodiesel juga karena kondisi alam Indonesia. Indonesia memiliki beragam tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar biodiesel, seperti kelapa sawit dan jarak pagar. Di sisi lain, terdapat pula lahan terdegradasi yang cukup luas untuk dikembangkan sebagai perkebunan energi.

Biodiesel juga memiliki kualitas yang mirip dengan biodiesel berbahan dasar minyak bumi yang dapat digunakan pada kendaraan bermesin diesel tanpa perlu modifikasi, walaupun tidak menurunkan performa mesin.  Apalagi teknologinya sudah cukup matang dan bisa ditangani langsung oleh sumber daya manusia Indonesia.  Pengembangan biofuel, termasuk biodiesel, merupakan salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil.  Jawaban dari masalah energi saat ini ada pada biofuel.

Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) berencana meningkatkan kapasitas produksi biodiesel sebesar 3,4 juta kiloliter pada tahun 2021. Pelaku usaha akan meningkatkan kapasitas produksi sebesar 3,4 juta kiloliter tahun depan. Padahal, rencana penambahan kapasitas produksi ditunda hingga 2021 dan 2022 setelah disesuaikan dengan kondisi pandemi Covid-19.

Penerapan B30 merupakan upaya untuk memenuhi komitmen pemerintah dalam menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen dari BAU (Business As Usual) pada tahun 2020 dan menurunkan emisi sebesar 29 persen pada tahun 2030. Kontribusi B30 berdampak positif terhadap penurunan emisi gas rumah kaca, tahun ini diproyeksikan 26 juta ton ekuivalensi CO2, atau 68 persen dari target penurunan emisi di sektor energi dan transportasi pada tahun 2020. Sedangkan untuk target penurunan emisi tahun 2030 di sektor energi, program biodiesel saat ini telah memberikan kontribusi sebanyak 8,82 persen.

Pencampuran biodiesel dengan solar mendukung ketahanan dan kemandirian energi nasional.  Impor solar mungkin terus menurun dibandingkan tahun-tahun sebelum B30 dimulai.

 Sumber:

  1. https://gapki.id/news/3250/perkembangan-biodiesel-di-indonesia-dan-terbesar-di-asia
  2. https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/peluang-potensi-pengembangan-biodiesel-cukup-besar
  3. https://market.bisnis.com/read/20201201/94/1324910/aprobi-genjot-produksi-biodiesel-34-juta-kl-pada-2021