Biodiesel B40 Hemat Devisa Hingga Rp60 Triliun di Semester I 2025

| Artikel, Berita
Bagikan Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp
Biodiesel B40 Hemat Devisa Hingga Rp60 Triliun di Semester I 2025. Sumber: Monitor Indonesia

Program mandatori Biodiesel B40 yang dijalankan oleh pemerintah Indonesia menunjukkan hasil luar biasa dan dampak ekonomi yang signifikan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat bahwa program pencampuran Bahan Bakar Nabati (BBN) jenis Biodiesel ke dalam minyak solar sebesar 40% (B40) pada tahun 2025 ini berhasil menghemat devisa negara hingga US$3,68 miliar atau sekitar Rp60,37 triliun. Data ini terungkap dalam paparan Capaian Kinerja Sektor ESDM Semester I-2025.

Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, dalam konferensi pers di Kementerian ESDM, Senin (11/8/2025), mengungkapkan bahwa target pemanfaatan B40 di tahun 2025 dipatok sebesar 13,5 juta kiloliter (KL). Hingga semester pertama tahun ini, realisasinya sudah mencapai 50,4% atau setara dengan 6,8 juta KL.

“Ini biodiesel, bapak-ibu semua, B40 target kita 13,5 juta KL di tahun 2025, realisasi 6,8 juta KL,” kata Bahlil, menegaskan bahwa program ini berjalan sesuai rencana dan memberikan dampak positif yang nyata bagi keuangan negara.

Pencapaian ini tidak hanya tentang angka, tetapi juga tentang keberlanjutan dan kemandirian. Setiap tetes biodiesel B40 yang diproduksi dan disalurkan berarti mengurangi ketergantungan pada impor minyak fosil yang volatil. Ini adalah langkah konkret Indonesia untuk memperkuat ketahanan energi, melindungi ekonomi dari guncangan harga global, dan menciptakan stabilitas fiskal jangka panjang.

Biodiesel B40: Sinergi Kuat dan Landasan Hukum yang Memastikan Keberhasilan

Keberhasilan implementasi Biodiesel B40 ini tidak lepas dari sinergi yang kuat antara pemerintah, industri, dan berbagai pemangku kepentingan. Program ini memiliki landasan hukum yang kokoh melalui Keputusan Menteri ESDM No 341.K/EK.01/MEM.E/2024, yang mengatur tata kelola pemanfaatan B40 secara komprehensif.

Untuk tahun 2025, pemerintah telah menetapkan alokasi B40 sebanyak 15,6 juta KL. Rinciannya, 7,55 juta KL dialokasikan untuk layanan Public Service Obligation (PSO), memastikan akses masyarakat terhadap bahan bakar bersih yang terjangkau. Sementara itu, 8,07 juta KL dialokasikan untuk sektor non-PSO, mendorong adopsi B40 di sektor industri dan komersial.

Penyaluran biodiesel ini didukung oleh jejaring distribusi yang luas dan terorganisir. Sebanyak 24 Badan Usaha BBN bertugas menyalurkan biodiesel, sementara 2 BU BBM mendistribusikan B40 untuk PSO dan non-PSO. Ditambah lagi, ada 26 BU BBM yang secara khusus menyalurkan B40 untuk sektor non-PSO. Sinergi ini memastikan ketersediaan bahan bakar B40 yang merata di seluruh wilayah, dari Sabang sampai Merauke.

Dari Merauke untuk Masa Depan Energi Nasional

Komitmen pemerintah untuk memperkuat program biodiesel B40 juga terlihat dari langkah strategis dalam membangun infrastruktur pendukung. Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, mengungkapkan bahwa pemerintah tengah memacu pembangunan pabrik biodiesel baru di Merauke, Papua Selatan. Proyek ini ditargetkan selesai dan mulai beroperasi pada tahun 2027 mendatang.

Pembangunan pabrik di wilayah timur Indonesia ini merupakan bagian dari visi jangka panjang untuk memastikan pasokan biodiesel yang berkelanjutan dan memperluas jangkauan manfaat ekonomi ke seluruh penjuru negeri. Hal ini juga akan membuka lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah.

Secara keseluruhan, program Biodiesel B40 bukan sekadar campuran bahan bakar. Ini adalah manifestasi nyata dari ketahanan energi nasional yang berbasis pada sumber daya terbarukan lokal. Dengan pencapaian penghematan devisa yang luar biasa dan fondasi infrastruktur yang semakin kokoh, Indonesia memposisikan diri sebagai pemimpin global dalam pemanfaatan biodiesel, menciptakan masa depan yang lebih mandiri, berkelanjutan, dan sejahtera.