Kontribusi B30 Berpengaruh Positif Terhadap Penurunan Efek Gas Emisi

| Artikel
Bagikan Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Pemerintah Indonesia telah menemukan solusi untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi negara, karena B30 diyakini akan menjadi solusi dari masalah itu sendiri. B30 atau campuran bahan bakar solar yang dikombinasikan dengan 30% bahan bakar nabati diyakini dapat mengurangi emisi gas karena akan menghasilkan lingkungan yang lebih baik untuk generasi penerus kita di masa depan.

Pemerintah Indonesia baru-baru ini memperkuat penerapan bahan bakar biodiesel, karena sebelumnya hanya wajib menggunakan B20 (campuran bahan bakar solar dengan 20% bahan bakar nabati), karena saat ini telah ditingkatkan untuk menerapkan B30 yang mana memiliki lebih banyak persentase campuran bahan bakar nabati. Biodiesel telah populer selama beberapa tahun terakhir, terutama di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).

Filipina, Malaysia, Thailand, dan Indonesia telah menerapkan dan bersaing untuk mengembangkan bahan bakar berbasis biodiesel untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi generasi berikutnya. Harus diperhatikan bahwa bahan bakar biodiesel di sini terbagi menjadi dua kategori, biodiesel yang dibuat dari minyak sawit, dan lainnya yang dibuat dari tebu dan ubi kayu (bioetanol). Filipina dan Thailand secara konsisten mengembangkan bahan bakar berbasis bioetanol, sementara Malaysia dan Indonesia secara konsisten mengembangkan bahan bakar berbasis biodiesel karena kedua negara terakhir ini memiliki sumber daya yang melimpah.

Persaingan negara-negara Asia Tenggara ini belum berhenti dalam hal menghasilkan bahan bakar yang ramah lingkungan, kita juga harus berlomba-lomba menerapkannya. Di Thailand, wajib menggunakan B40 (dengan campuran bahan bakar nabati 40%), sedangkan di Filipina menerapkan B5, sedangkan di Malaysia diyakini menerapkan B15.

Indonesia sangat percaya bahwa kita mungkin dapat meningkatkan implementasi pemanfaatan biofuel hingga B100, yang seluruhnya menggunakan 100 persen biofuel. Pada tahun 2015, industri minyak sawit global menghasilkan 968 Miliar Rupiah, dimana saat ini menghasilkan 1.367 Miliar Rupiah. Industri minyak sawit di Asia Tenggara dan Afrika juga telah menciptakan lapangan kerja baru bagi ribuan penduduknya.

Pada tahun 2016, produksi biodiesel di Indonesia telah menghasilkan 2,5 juta ton dan secara mengejutkan mengungguli China sebagai produsen minyak sawit terbesar sebelumnya. Jumlah volume biodiesel yang terus meningkat secara konsisten dari tahun ke tahun, hal ini dikarenakan pembuatan BBN bisa sangat mudah, terutama bagi pengusaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) seperti petani dan pembudidaya tanaman tertentu.

Saat ini kita semua menyadari bahwa Indonesia memiliki sumber daya yang lebih dari cukup untuk menghasilkan bahan bakar yang cukup untuk pasar domestik dan berpotensi untuk pasar luar negeri, sehingga kita yakin hal itu akan membawa Indonesia menjadi pemimpin pasar utama dalam memproduksi bahan bakar nabati. Tercatat per tahun 2018, jumlah petani sawit Indonesia sebanyak 4,42 juta, dan kini sudah pasti meningkat di tahun 2021. Ini adalah pertanda baik bagi Indonesia untuk menjadi pemimpin pasar utama di Indonesia bidang industri biofuel di masa depan. 

Sumber: investor.id

sains.kompas.com