Indonesia Cetak Rekor Pengembangan Biodiesel!

Pengembangan biodiesel sepanjang tahun 2024 merupakan pencapaian menggembirakan yang dicatat oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Realisasi pemanfaatan biodiesel mencapai 13,15 juta kilo liter (KL), melampaui target yang ditetapkan sebesar 11,3 juta KL. Angka ini menunjukkan bahwa program pencampuran biodiesel berjalan dengan sukses dan memberikan kontribusi signifikan bagi ketahanan energi nasional.
Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) mencatat bahwa keberhasilan program ini tidak hanya meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan, tetapi juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan. Pemanfaatan biodiesel berhasil menghemat devisa negara hingga Rp 124,8 triliun. Selain itu, program ini juga menciptakan nilai tambah sebesar Rp 17,68 triliun dan berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 34,93 juta ton CO2 ekuivalen.
Grafik Peningkatan Pemanfaatan Biodiesel
Data pemanfaatan biodiesel selama delapan tahun terakhir menunjukkan tren peningkatan yang konsisten (Sumber: Data Kementerian ESDM):

Peningkatan pemanfaatan biodiesel ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada impor solar. Meskipun demikian, volume impor solar dalam lima tahun terakhir juga mengalami peningkatan:

Kebijakan Mandatori B40 dan Target B50
Pemerintah Indonesia telah mengumumkan kebijakan mandatori pencampuran biodiesel sebesar 40% atau B40 yang berlaku mulai 1 Januari 2025. Kebijakan ini merupakan langkah penting dalam mencapai kemandirian energi dan mengurangi impor solar.
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, menyatakan bahwa dengan penetapan mandatori B40, kuota biodiesel pada tahun 2025 ditetapkan naik menjadi 15,62 juta KL. Pemerintah juga terus berupaya untuk meningkatkan kualitas implementasi pencampuran biodiesel, termasuk memperbaiki kadar air. Jika implementasi B40 berjalan dengan baik, pemerintah akan melanjutkan ke campuran biodiesel 50% atau B50 pada tahun 2026.
“Kalau ini dilakukan baik, insya Allah 2026 kita harus dorong ke B50 sesuai arahan Pak Prabowo,” ujar Bahlil.
Target Bebas Impor Solar 2026
Bahlil juga menegaskan bahwa target pemerintah adalah untuk mencapai bebas impor solar pada tahun 2026. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk mewujudkan ketahanan energi nasional.
“Jadi implementasi 2025 sambil mempersiapkan B50 di 2026. Kalau ini kita lakukan, maka impor kita terhadap solar insya Allah sudah dapat dipastikan tidak ada lagi di 2026,” ucapnya. “Ini perintah Pak Presiden mengenai ketahanan energi mengurangi impor,” tegasnya.
Peran APROBI dalam Pengembangan Biodiesel
Sebagai asosiasi yang mewadahi produsen biofuel di Indonesia, APROBI memiliki peran penting dalam mendukung upaya pemerintah mencapai target-target tersebut. APROBI dapat berperan aktif dalam mendorong inovasi teknologi, meningkatkan efisiensi produksi, dan memastikan kualitas biodiesel yang dihasilkan memenuhi standar yang ditetapkan. Selain itu, APROBI juga dapat menjembatani komunikasi antara produsen, pemerintah, dan masyarakat untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri biodiesel di Indonesia.
Pencapaian realisasi pemanfaatan biodiesel pada tahun 2024 yang melampaui target merupakan langkah positif menuju kemandirian energi Indonesia. Dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk APROBI, pemerintah optimis dapat mencapai target bebas impor solar pada tahun 2026. Hal ini akan memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan menciptakan masa depan energi yang lebih berkelanjutan.