Investasi Biodiesel Senilai Rp290 Triliun

| Articles, News
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp
Investasi Masa Depan Energi Berkelanjutan Senilai Rp290 Triliun. Sumber: SHA Solo

Samuel Hamonangan Lubis, Manajer Industrialisasi Sales Pertamina Patra Niaga, dengan tegas menyampaikan bahwa biodiesel berkelanjutan adalah kunci bagi masa depan energi Indonesia. Di tengah kekhawatiran akan dampak negatif bahan bakar fosil terhadap lingkungan, bioenergi hadir sebagai solusi yang menjanjikan.

Dalam acara International Conference on Oil Palm and Environment (ICOPE) Series 2025 Day 3 di Bali, Lubis menyoroti langkah besar pemerintah Indonesia dalam mewujudkan ketahanan energi melalui penerapan campuran biodiesel B40 sejak 1 Januari 2025. Langkah ini akan terus berlanjut, dengan target implementasi B50 pada tahun 2026, dan bahkan B100 di masa depan.

Namun, yang lebih menarik perhatian adalah proyeksi penggunaan biodiesel yang mencapai angka fantastis. Pada tahun 2026, diproyeksikan penggunaan biodiesel akan mencapai 19,52 juta kiloliter, dengan nilai mencapai Rp 290 triliun. Angka ini menunjukkan bahwa biodiesel bukan hanya sekadar alternatif, tetapi juga sebuah industri yang memiliki potensi ekonomi yang sangat besar.

“Ini adalah peluang besar bagi petani dan produsen,” kata Lubis.

Peluang Emas bagi Petani dan Produsen

Proyeksi nilai ekonomi biodiesel hingga Rp 290 triliun pada tahun 2026 adalah peluang emas bagi petani dan produsen. Peningkatan permintaan biodiesel akan mendorong peningkatan produksi kelapa sawit sebagai bahan baku utama. Hal ini akan berdampak positif pada pendapatan petani dan membuka lapangan kerja baru di sektor industri pengolahan kelapa sawit.

Selain itu, produsen biodiesel juga akan mendapatkan keuntungan besar dari peningkatan permintaan ini. Dengan dukungan pemerintah melalui insentif dan kebijakan yang tepat, industri biodiesel Indonesia dapat berkembang pesat dan menjadi pemain kunci di pasar energi global.

Tantangan dan Solusi Investasi Biodiesel

Meskipun memiliki potensi besar, pengembangan biodiesel juga menghadapi tantangan. Dua masalah utama yang diidentifikasi oleh Lubis adalah skala ekonomi dan harga yang belum kompetitif.

Untuk mengatasi tantangan skala ekonomi, diperlukan investasi besar dalam infrastruktur produksi dan distribusi biodiesel. Selain itu, pemerintah perlu memberikan dukungan kepada petani dan produsen kecil agar dapat meningkatkan kapasitas produksi mereka.

Terkait harga, pemerintah dan produsen perlu mencari solusi untuk menekan biaya produksi agar harga biodiesel lebih terjangkau bagi masyarakat. Hal ini dapat dilakukan melalui inovasi teknologi, efisiensi produksi, dan insentif yang tepat.

Peran APROBI

Sebagai wadah bagi produsen biofuel di Indonesia, APROBI memiliki peran penting dalam mewujudkan potensi besar biodiesel ini. APROBI dapat menjadi jembatan antara produsen, pemerintah, dan masyarakat untuk mencari solusi atas tantangan-tantangan yang ada. Selain itu, APROBI juga dapat mendorong inovasi dan pengembangan teknologi untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi produksi biodiesel.

Proyeksi penggunaan biodiesel hingga 19,52 juta kiloliter senilai Rp 290 triliun pada tahun 2026 adalah bukti bahwa biodiesel memiliki potensi besar untuk menjadi sumber energi utama di Indonesia. Dengan mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada, Indonesia dapat mencapai kemandirian energi dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.