Jatah Ekspor CPO 2023 Dipangkas, Insentif Program B35 Terganggu?
BERITA BIOFUEL
Bisnis.com | Sabtu, 29 April 2023
Jatah Ekspor CPO 2023 Dipangkas, Insentif Program B35 Terganggu?
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit atau BPDPKS angkat bicara terkait kebijakan pemerintah yang kembali memangkas hak ekspor CPO dari sebelumnya 1:6 menjadi 1:4 mulai 1 Mei 2023. Kepala Divisi Perusahaan Achmad Maulizal menyampaikan, pengurangan kuota kemungkinan akan mengurangi jumlah volume ekspor yang kemudian berdampak pada penerimaan dari pungutan ekspor. Namun, BPDPKS masih memiliki dana yang berasal dari surplus pendapatan 2022 yang dapat mendukung pendanaan program BPDPKS. “Untuk tahun ini, dana sawit diperkirakan masih bisa membiayai seluruh program BPDPKS, termasuk insentif untuk program B35,” katanya kepada Bisnis.com, Jumat (28/4/2023). Berdasarkan data BPDPKS, volume ekspor sawit di 2022 mencapai 34,67 juta MT dengan pendapatan pungutan ekspor sebesar Rp34,5 triliun. Di samping itu, capaian kerja imbal hasil dana kelolaan BPDPKS di 2022 mencapai Rp800 miliar. Adapun sepanjang 2015 hingga 2022, BPDPKS telah menyalurkan dana sebesar Rp144,59 triliun untuk program insentif biodiesel. Sebagaimana diketahui, pemerintah kembali memberlakukan pengurangan rasio kuota hak ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) mulai 1 Mei 2023. Dengan adanya kebijakan tersebut, maka penjualan ke luar negeri dan pemenuhan domestic market obligation (DMO) dipangkas menjadi 1:4. Artinya, produsen hanya bisa melakukan ekspor sebanyak 4 kali dari jumlah pemenuhan pasokan dalam negeri. Selain memangkas rasio kuota hak ekspor CPO, target DMO atau kewajiban pasok dalam negeri untuk program minyak goreng rakyat dikembalikan menjadi 300.000 ton per bulan dari sebelumnya 450.000 ton, sesuai dengan Keputusan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 82/2022. Tak hanya itu, pemerintah juga menaikkan insentif pengalih untuk minyak goreng kemasan menjadi dua untuk kemasan bantal dan 2,25 untuk kemasan selain bantal serta mencairkan deposito hak ekspor CPO secara bertahap selama 9 bulan hingga Januari 2024.
Kontan.co.id | Jum’at, 28 April 2023
Anak Usaha Apical, Bio-Oils Gandeng Cepsa Kerja Sama Biofuel
Apical, melalui anak perusahaannya di bidang energi terbarukan, Bio-Oils yang berlokasi di Huelva, Spanyol, telah membentuk usaha patungan dengan Cepsa untuk memproduksi biofuel generasi kedua. Melalui perusahaan patungan ini, Bio-Oils dan Cepsa akan membangun pabrik terbesar di Eropa selatan dengan nilai investasi hingga hingga €1 miliar. Kerja sama ini menandai masuknya Apical ke pasar bahan bakar penerbangan berkelanjutan atau Sustainable Aviation Fuels (SAF). Apical, perusahaan pengolah minyak nabati terkemuka, adalah bagian grup perusahaan RGE yang berkantor pusat di Singapura. Pabrik baru yang dijadwalkan mulai beroperasi pada Semester I 2026 ini dapat memproduksi hingga 500.000 ton SAF dan/atau diesel terbarukan setiap tahun. Jumlah ini diyakini mampu mengurangi emisi CO2 hingga 90%, dibandingkan dengan bahan bakar konvensional. Melalui usaha patungan tersebut, pabrik tersebut akan mengamankan sebagian besar pasokan bahan bakunya dari limbah dan residu pertanian milik Apical melalui kesepakatan jangka panjang global. Adapun, Cepsa akan berkontribusi dari sisi keahlian dan pengalaman teknis dalam pengembangan proyek industri besar dan produksi bahan bakar. Selain itu, Cepsa juga memiliki pengetahuan tentang pasar Eropa dan dapat mewujudkan target dekarbonisasi pelanggan dalam sektor transportasi. Nantinya, Fasilitas tersebut akan berlokasi di Taman Energi La Rábida Cepsa di provinsi Spanyol Huelva. President Apical Dato’ Yeo How mengungkapkan, pasokan generasi kedua berkualitas tinggi dari Apical adalah bahan baku kunci untuk mewujudkan kerja sama ini termasuk upaya pengurangan emisi gas rumah kaca diberbagai sektor. “Penggunaan SAF yang lebih luas dan diesel terbarukan memberikan manfaat yang signifikan dalam skala global, baik dalam hal mitigasi dampak perubahan iklim dan mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Apical, melalui Bio-Oils, akan memastikan pasokannya bahan baku dan menyumbangkan keahlian kami sendiri dalam produksi biofuel,” kata Dato’ Yeo How dalam siaran pers, Jumat (28/4). Direktur Eksekutif Apical Pratheepan Karunagaran mengatakan emisi sektor penerbangan menyumbang 2% hingga 3% dari emisi CO2 terkait energi global dan diperkirakan akan tumbuh sebesar 300% sampai 700% pada 2050> “Untuk mengurangi emisi karbon langsung dari penerbangan, SAF bisa menjadi solusi cepat. Selanjutnya, bahan bakar generasi rendah karbon yang dihasilkan dari 100% limbah terbarukan dan bahan baku residu, itu bekerja mulus dengan mesin pesawat yang ada dan infrastruktur bahan bakar,” terang Pratheepan Karunagaran. Sehubungan dengan perkembangan industri SAF di Asia, Pratheepan menjelaskan, SAF di Asia memiliki banyak potensi untuk tumbuh dan berkembang. Menurutnya, saat ini lebih banyak negara mulai mengenali pentingnya praktik berkelanjutan dan tanggung jawab lingkungan. Dengan demikian, ada kemungkinan fokus yang lebih besar dalam mempromosikan penerapan SAF di seluruh industri penerbangan.
https://industri.kontan.co.id/news/anak-usaha-apical-bio-oils-gandeng-cepsa-kerja-sama-biofuel