Dirut BPDPKS Paparkan Keberhasilan Biodiesel Indonesia di Konferensi SVOC Rotterdam
SVOC yang diadakan di Rotterdam menjadi wadah Indonesia untuk tunjukkan kesuksesan dalam program biodiesel berbasis minyak sawit. Eddy Abdurrachman, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), mengungkapkan bahwa pemanfaatan minyak sawit untuk biodiesel membantu Indonesia mencapai target bauran energi sebesar 23% energi terbarukan pada tahun 2025. Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang disampaikan oleh Presiden pada Konferensi Perubahan Iklim PBB (UNFCCC) di Paris pada 2015.
SVOC Rotterdam
Eddy menyampaikan hal tersebut dalam pidato pengantar di 3rd Sustainable Vegetable Oils Conference (SVOC) yang diadakan di Rotterdam, Belanda, pada 10 September 2024. Dalam sesi bertema “Biofuel dan Minyak Nabati untuk Ketahanan Energi,” ia menjelaskan pentingnya biodiesel bagi berbagai sektor di Indonesia, termasuk transportasi, industri, komersial, dan pembangkit listrik. Program ini tidak hanya berkontribusi pada pengurangan emisi, tetapi juga membantu mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil.
Kontribusi Biodiesel pada Pengurangan Emisi dan Kemandirian Energi
Indonesia kini mempersiapkan peningkatan penggunaan biodiesel hingga 40% atau B40, yang dipimpin oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Dengan ini, Indonesia akan semakin mandiri dalam memenuhi kebutuhan energinya melalui sumber daya dalam negeri. Program biodiesel juga berperan dalam menstabilkan harga minyak kelapa sawit (CPO). Selain itu menjaga agar permintaan domestik tetap stabil, meski harga CPO di pasar global fluktuatif.
Produksi biodiesel Indonesia saat ini mencapai 13 juta kiloliter (KL) per tahun, dan pemerintah terus mendorong peningkatan konsumsi biodiesel di dalam negeri, menciptakan pasar domestik yang kuat bagi minyak sawit. Dengan program B40 yang segera diluncurkan, Indonesia berharap dapat lebih lanjut mengurangi konsumsi bahan bakar fosil dan memperbesar porsi energi terbarukan dalam bauran energi nasional.
Posisi Strategis Indonesia dalam Pasar Minyak Nabati Dunia
Sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia diproyeksikan akan memproduksi lebih dari 50 juta ton minyak sawit pada tahun 2025. Hal ini memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk mendominasi pasar minyak nabati dunia yang semakin meningkat. Eddy menyebut bahwa minyak sawit menyumbang sekitar 42% dari total pasokan minyak nabati global. Sebagai komoditas yang paling produktif, minyak sawit memiliki dampak besar terhadap ketahanan energi dunia.
Tak hanya berfokus pada kebutuhan domestik, Indonesia juga berkomitmen dalam ekspor biodiesel. Biodiesel Indonesia telah dikirim hingga ke berbagai negara, termasuk China. Dengan cadangan CPO yang melimpah, Indonesia mampu menyuplai bahan baku biodiesel untuk pasar global, sambil tetap memenuhi kebutuhan energi dalam negeri.
Manfaat Ekonomi dari Hilirisasi dan Stabilitas Harga CPO
Program biodiesel memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi Indonesia. Selain meningkatkan nilai tambah melalui hilirisasi industri kelapa sawit, program ini juga membantu memperbaiki defisit neraca perdagangan dan menghemat devisa. Lebih lanjut, penyerapan CPO yang besar untuk biodiesel berperan penting dalam menjaga stabilitas harga di tengah fluktuasi pasar global.
Menurut Eddy, konsistensi pemerintah dalam mengimplementasikan program biodiesel selama satu dekade terakhir telah memberikan dampak positif. Tidak hanya bagi stabilitas harga CPO, tapi juga keberlanjutan industri sawit Indonesia. Program ini diharapkan akan terus berkembang. Dengan target peningkatan blending menjadi B40 hingga B50, memberikan bukti nyata komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi dan memajukan energi terbarukan.
Indonesia dengan serius memajukan program biodiesel. Peluncuran B40, akan menjadi bukti komitmen ini di mata dunia.