Kementerian ESDM Mulai Kaji Implementasi B50, Rampung Oktober 2024

| News
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Kumparan.com  | Kamis, 8 Agustus 2024

 

Kementerian ESDM Mulai Kaji Implementasi B50, Rampung Oktober 2024

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mulai mengkaji peningkatan campuran BBM Solar dengan minyak kelapa sawit alias biodiesel menjadi 50 persen (B50). Kajian ditargetkan rampung Oktober 2024. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi, menjelaskan implementasi biodiesel akan naik dari B35 menjadi B40 mulai 1 Januari 2025. Paralel dengan itu, pemerintah juga mengkaji peningkatan campuran menjadi B50. “Dalam 2 bulan ke depan, studi mengenai B50 juga sudah mulai dilakukan. Jadi kita harapkan nanti sebelum Oktober kita sudah punya hasil preliminary studinya untuk kapan bisa juga menerapkan B50 dengan komposisi juga seperti apa,” jelasnya saat acara Sustainability Action for The Future Economy (SAFE), Kamis (8/8). Dikonfirmasi setelah acara, Eniya menjelaskan pemerintah berupaya meningkatkan bauran biodiesel menjadi B50 untuk menurunkan kadar emisi karbon di sektor transportasi. Meski demikian, dia mengakui kendala pengembangan biodiesel di Indonesia adalah kurangnya bahan baku sebanyak 4,2 juta kiloliter. Dengan begitu, pemerintah mengkaji penambahan campuran Hydrotreated Nabati Oil (HVO). Adapun sejauh ini, implementasi B35 sepenuhnya menggunakan bahan baku Fatty Acid Methyl Esters (FAME). Eniya berharap kajiannya bisa selesai pada Oktober 2024. “Sekarang sedang diuji statis untuk komposisi B50. Dalam waktu 2 bulan kita akan bisa berkata bahwa komposisi B50, apakah B40 ditambah 10 dari biohidrokarbon ataupun HVO, atau komposisinya mau 35 tambah 15, ataupun full CPO 50 persen,” jelas Eniya. Komposisi tersebut, menurut Eniya, akan berdampak pada harga B50 sebab HVO, yang selain sawit juga bisa dari bahan baku nabati lain seperti kedelai, cenderung lebih mahal dari campuran FAME. “B35 ini semuanya full FAME. HVO itu belum ada. Jadi HVO ini itu harganya rada mahal, tetapi dia perannya bagus di engine, sehingga sebetulnya inginnya komposisinya naik,” ungkap Eniya. Dia memastikan, kajian atau uji statis B50 juga akan melibatkan Kementerian Pertanian (Kementan) untuk memastikan ketersediaan bahan baku nabatinya, sementara Kementerian ESDM mengkaji terkait spesifikasi teknisnya. Selain terkait penambahan campuran biodiesel, Eniya juga mengatakan perlu ada peningkatan kualitas BBM Solar itu sendiri, sebab saat ini Solar yang diproduksi PT Pertamina (Persero) masih tinggi sulfur. “Kekurangan yang 4 jutaan kiloliter itu di Kementerian Pertanian tugasnya. Apakah di situ nanti akan ekspansi industrinya, ekspansi dari lahannya juga. Itu sedang dikaji karena itu sangat berdampak kepada harga,” katanya.

https://kumparan.com/kumparanbisnis/kementerian-esdm-mulai-kaji-implementasi-b50-rampung-oktober-2024-23HqSiHef3R/full

Katadata.co.id  | Kamis, 8 Agustus 2024

 

Biodiesel B40 Akan Diimplementastikan Mulai 1 Januari 2025

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan implementasi biodiesel 40% atau B40 dilaksanakan mulai 1 Januari 2025. Progres implementasi tersebut saat ini sudah mencapai 50%. Direktur Jendral Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, mengatakan, pemerintah telah selesai melakukan uji coba B40 pada sektor otomotif. Sementara uji coba lima sektor lainnya yaitu  alat dan mesin pertanian (alsintan), alat berat pertambangan, kereta api, pembangkit listrik, serta angkutan laut akan rampung pada Desember 2024. Saat ini, Eniya mengatakan, pemerintah tengah mempersiapkan mandatori untuk implementasi B40. Pemerintah juga telah berkomunikasi dengan produsen biodiesel di Indonesia. “Kemarin sudah ada izin untuk mandatori B40 itu Januari 2025. Jadi sekarang saya sudah persiapkan untuk mandatori B40 dalam dua bulan kedepan,” ujar Eniya dalam dalam acara Katadata Sustainability Action For The Future Economy (SAFE) 2024 di Jakarta, Kamis (8/8). Eniya mengatakan, pemerintah sudah berhasil mengimplementasikan B35. Hingga Agustus 2025, konsumsi B35 bahkan sudah mencapai mencapai target lebih dari 50%. “Konsumsi perlu didorong lebih lagi karena target di akhir tahun mungkin tidak 100 persen tapi 90 persen. Kita pengen dorong lebih lagi pemanfaatanya,” ujarnya. Dia mengatakan, pemerintah juga tengah berupaya menggenjot produksi biodiesel untuk mengimplementasikan B40.  Pasalnya, saat ini hanya 23 industri yang aktif memproduksi biodiesel dari 34 yang terdaftar di Kementerian ESDM. Guna mencapai kekurangan produksi yang ada, Kementerian ESDM berusaha untuk memaksimalkan kapasitas produksi 23 industri yang telah terdaftar. Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, mengatakan pemanfaatan Biodiesel telah mencapai 6,2 juta kiloliter (KL) hingga semester I 2024. Angka tersebut mencapai 54,2% persen dari target tahunan sebesar 11,3 juta kiloliter. Arifin mengatakan, peningkatan konsumsi biodiesel memberikan efek positif pada perekonomian negara dengan menciptakan lapangan kerja baru dan mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil. Maka dari itu, pemerintah akan mempercepat implementasi biodiesel B40, yakni campuran solar dengan 40% bahan bakar nabati (BBN) berbasis minyak sawit pada 2025. “Tahun ini sudah mulai masuk ke biodiesel B35. Insyaallah tahun depan B40 sudah bisa jalan, sudah ada kesepakatan,” ujar Arifin dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (6/8).

https://katadata.co.id/ekonomi-hijau/energi-baru/66b4659184c1b/biodiesel-b40-akan-diimplementastikan-mulai-1-januari-2025

Industry.co.id  | Kamis, 8 Agustus 2024

 

Bank DBS Kucurkan Trade Financing USD50 Juta untuk Bisnis Biodiesel Permata Group

Dalam upaya untuk mempromosikan solusi berkelanjutan demi mendukung transisi energi di Indonesia, Bank DBS Indonesia menyalurkan fasilitas trade financing senilai USD 50 juta kepada Permata Group yang akan digunakan secara khusus untuk memperkuat operasi penjualan biodiesel.  Inisiatif ini menekankan komitmen untuk mendukung transisi energi dan mengakselerasi praktik industri rendah karbon. Fasilitas trade financing yang disediakan oleh Bank DBS Indonesia akan memberdayakan Permata Group untuk memperluas produksi biodiesel di refinery yang bersertifikat sesuai dengan RSPO Supply Chain Certification Standard. Hal ini juga sejalan dengan mandat pencampuran biodiesel (mandatory biodiesel blending mandate) yang semakin meningkat dari pemerintah Indonesia, serta memainkan peran penting dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan memperkuat keamanan energi di Indonesia. Corporate Banking Director PT Bank DBS Indonesia Kunardy Darma Lie mengemukakan bahwa biodiesel adalah salah satu fondasi dari strategi transisi energi Indonesia, yang secara signifikan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. “Kami bangga bahwa pendanaan kami memainkan peran penting tidak hanya dalam mendukung Permata Group, tetapi juga dalam memajukan agenda keberlanjutan Indonesia,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang dikutip redaksi pada Kamis (8/8/2024). Dikatakan lebih lanjut, karena campuran wajib terus meningkat, tidak ada waktu yang lebih baik daripada sekarang untuk mempertahankan pertumbuhan biodiesel. “Sebagai penasihat yang dapat diandalkan dalam pembiayaan keberlanjutan, Bank DBS Indonesia berkomitmen untuk membimbing klien dan mitra kami menuju investasi yang berpengaruh dan bertanggung jawab,” ujar Kurnady. Didirikan pada tahun 1984, Permata Group sendiri meruoakan perusahaan minyak sawit terpadu dengan komitmen yang kuat terhadap keberlanjutan. Sebagai anggota RSPO sejak 2006, Permata Group telah membuat kemajuan berkelanjutan dalam perjalanan keberlanjutan termasuk menerapkan kebijakan No Deforestation, No Peat, and No Exploitation (NDPE) di seluruh rantai pasokan. Dengan lini bisnis utama di seluruh rantai pasokan, Permata Group telah memperluas bisnis biodiesel mereka, sesuai dengan strategi transisi energi Indonesia. Finance Director Permata Group Andrew Luhur mengatakan transisi ke biodiesel memainkan peran besar dalam perjalanan dekarbonisasi sektor energi. “Kami berharap dengan meningkatkan produksi biodiesel kami yang didukung oleh fasilitas dari Bank DBS Indonesia, Permata Group dapat terus berkontribusi terhadap pertumbuhan industri biofuel Indonesia untuk mencapai tujuan ambisius ini,” tandasnya.

https://www.industry.co.id/read/135147/bank-dbs-kucurkan-trade-financing-usd50-juta-untuk-bisnis-biodiesel-permata-group