Limbah Sawit Jadi Bioetanol Ramah Lingkungan

| Articles
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp
Limbah Sawit Jadi Bioetanol Ramah Lingkungan. Sumber: Kompas

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengambil langkah maju dalam transisi energi nasional dengan memanfaatkan limbah kelapa sawit, khususnya tandan kosong kelapa sawit (TKKS), sebagai bahan baku produksi bioetanol. Proses ini dilakukan melalui ekstraksi glukosa dan didukung penuh oleh sinergi lintas sektor antara pemerintah dan dunia industri.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan, kolaborasi adalah kunci untuk menghadirkan teknologi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Peran Sentral BBSPJIA dan Kemitraan Strategis

Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI), Andi Rizaldi, menjelaskan bahwa upaya hilirisasi TKKS ini direalisasikan melalui kemitraan strategis antara Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Agro (BBSPJIA) dengan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN). Kolaborasi ini turut melibatkan PT Rekayasa Industri dan Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai mitra riset.

BBSPJIA memiliki peran sentral berkat fasilitas Pilot Plant Fraksionasi TKKS yang dimilikinya. Fasilitas riset ini mampu mengubah limbah TKKS menjadi produk bernilai tambah tinggi, tidak hanya bioetanol, tetapi juga glukosa, xylosa, dan lignin.

Kepala BBSPJIA Yuni Herlina Harahap berharap proyek percontohan ini dapat mendorong pengembangan teknologi bioenergi berkelanjutan berbasis sawit dan membuka jalan bagi riset biomassa lebih lanjut sebagai sumber energi ramah lingkungan.

Bioetanol Sawit dan Ekonomi Sirkular

Wakil Presiden Direktur PT TMMIN, Bob Azam, menyatakan apresiasinya terhadap solusi teknologi yang dihadirkan BBSPJIA. Bagi TMMIN, bioetanol yang dihasilkan dari limbah sawit dilihat sebagai lebih dari sekadar alternatif energi. Produk ini merupakan bagian vital dari konsep ekonomi sirkular yang mampu:

  1. Mengurangi dampak lingkungan dari limbah sawit yang selama ini belum dimanfaatkan maksimal.
  2. Meningkatkan nilai tambah industri kelapa sawit yang sangat dominan di Indonesia.

PT TMMIN menegaskan komitmennya untuk terus mendukung inisiatif yang mempercepat transisi Indonesia menuju ekonomi hijau. Di mana kolaborasi teknis ini menjadi salah satu pilar utamanya.