Lolos Uji Statis, Pertamina Patra Niaga Siapkan Infrastruktur untuk Salurkan SAF di Indonesia
Investor.id | Rabu, 11 Oktober 2023
Lolos Uji Statis, Pertamina Patra Niaga Siapkan Infrastruktur untuk Salurkan SAF di Indonesia
Setelah lolos uji statis, Sustainable Aviation Fuel (SAF) saat ini telah berhasil lolos uji ground test dan uji terbang pertamanya. Uji ground test dan uji terbang SAF ini telah dilaksanakan pada Rabu (4/10) pada pesawat komersial berjenis Boeing 737-800 NG dengan nomor registrasi PK-GFX, milik maskapai Garuda Indonesia dan menunjukkan hasil yang positif. Mempersiapkan diri sebagai penyuplai SAF, Pertamina Patra Niaga juga turut andil dalam keberhasilan uji ground test dan uji terbang yang dilakukan bersama Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, ITB, APROBI, BPDPKS, LEMIGAS, BRIN, Garuda Indonesia dan Garuda Facility Maintenance serta sinergi Pertamina Group yakni Research & Technology Innovation (RTI), Kilang Pertamina Internasional (KPI) dengan menyuplai 11.203 Liter SAF dalam uji tersebut. “Pertamina Patra Niaga bertanggung jawab mempersiapkan sarfas dan kompetensi tim dalam menyalurkan SAF sebagai inovasi bahan bakar aviasi yang lebih baik bagi industri penerbangan. Saat ini Pertamina Patra Niaga sudah menerima stok SAF di Soekarno Hatta Aviation Fuel Terminal & Hydrant Installation (SHAFTHI) dan menjaga agar kualitas SAF tersebut selalu on spek untuk digunakan dalam seluruh rangkaian tes,” jelas Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan. Tim Peneliti PT LAPI ITB menyatakan dari hasil uji ground test dan uji terbang SAF yang dilakukan, hasilnya positif dimana respon pesawat baik dan tidak menunjukkan perbedaan signifikan antara bahan bakar aviasi Jet-A1. “Sejak uji statis, lalu saat ini uji ground test dan uji terbang, hasil uji SAF yang disuplai dari stok Pertamina Patra Niaga menunjukkan hasil yang positif. Harapannya, bisa dilanjutkan pengembangannya bersama seluruh pihak terlibat untuk digunakan dalam penerbangan komersil, nantinya SAF akan dipasarkan melalui PT Pertamina Patra Niaga untuk industri aviasi Indonesia,” terang Riva. Riva turut mengatakan bahwa SAF ini merupakan bahan bakar dengan bauran energi terbarukan dengan keunggulan salah satunya adalah lebih rendah emisi dan ramah terhadap lingkungan. Pertamina Patra Niaga juga terus mempersiapkan diri agar penyaluran SAF bisa berjalan dengan baik, mengingat penggunaan SAF sudah masuk dalam agenda transisi energi di dunia, bahkan telah digunakan di beberapa bandara oleh maskapai penerbangan. “Kesiapan menyalurkan SAF menjadi langkah Pertamina Patra Niaga menyediakan bahan bakar aviasi yang lebih baik bagi kebutuhan industri penerbangan di Indonesia. Ini juga akan menjadi langkah Pertamina grup menjalankan program transisi energi sekaligus untuk mencapai target Net Zero Emission 2060,” tukas Riva. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati turut menyampaikan bahwa Pertamina sebagai perusahaan energi terus berupaya untuk mengembangkan bahan bakar hijau salah satunya dengan memproduksi SAF untuk industri aviasi Indonesia. “Produk SAF merupakan hasil inovasi lintas fungsi dan subholding Pertamina, ini merupakan bukti berkomitmen untuk menjadi pemimpin dalam pengembangan renewable fuel khususnya bahan bakar pesawat terbang. Harapannya SAF bisa dapat segera dipasarkan penerbangan komersial sebagai tonggak utama pengembangan green energy di Indonesia dan berkontribusi pada program dekarbonisasi,” ungkap Nicke.
TheJakarta Post.com | Rabu, 11 Oktober 2023
Pertamina and Garuda have successful first test flight using sustainable fuel
Pertamina and Garuda Indonesia have realized their commitment to actively contribute to Indonesia’s carbon emissions reduction program by continuing to develop environmentally friendly fuel for commercial aircraft, namely Sustainable Aviation Fuel (SAF). After their SAF passed the static testing phase, it has now successfully completed its first test flight usage. The first test flight was conducted on Oct. 4 at Hangar 4 of the Garuda Maintenance Facility AeroAsia at Soekarno Hatta International Airport in Tangerang, Banten. The SAF was tested in both the ground round and flight test phases with a commercial Boeing 737-800 NG aircraft owned by national flag carrier Garuda Indonesia with registration number PK-GFX. The test flight lasted one hour and crossed the airspace of Pelabuhan Ratu before returning to land at Soekarno-Hatta International Airport. PT LAPI ITB researches conveyed positive results from the first test flight using the SAF, specifically Bioavtur J2.4, with the Boeing 737-800 utilizing it showing good and controlled aircraft response. With those favorable results, Pertamina and Garuda Indonesia are ready to bring their collaboration to its next stage, which is the planned use of the SAF in Garuda Indonesia’s commercial flights. Garuda Indonesia president director Irfan Setiaputra said the successful test of SAF, specifically Bioavtur J2.4, was part of Garuda Indonesia Group’s commitment and ongoing efforts to support various decarbonization initiatives, including the exploration of SAF usage in Garuda Indonesia’s flight operations. “This is a milestone we have been waiting for. It certainly gives us optimism for our joint efforts to realize our big dream of achieving green energy [usage] in the national aviation ecosystem in support of Indonesia’s commitment to achieve net-zero emissions (NZE), which is projected to be realized by 2060,” Irfan added. Furthermore, Irfan revealed that after completing all the tests for SAF usage, the collaborative mission between Pertamina and Garuda Indonesia would continue to make history in the national aviation industry by implementing SAF in Indonesia’s commercial flights. “We understand that achieving our green energy management commitment, especially in the aviation ecosystem, cannot be accomplished without support and participation from various parties. Therefore, we would like to express our appreciation to all stakeholders who have helped realize the initial steps in implementing renewable energy in Garuda Indonesia’s flight operations,” Irfan explained. “With these results, Garuda Indonesia is ready to explore the use of SAF in our commercial flight operations. Of course, that readiness will be aligned with a comprehensive assessment of SAF implementation and the corporate sector’s readiness to adapt toward its use, especially for commercial flight operations. This [the use of SAF in commercial flights] is the initial step in what we hope could become the aviation ecosystem’s sustainability mission to be increasingly adaptive in contributing to environmental sustainability,” Irfan said. Meanwhile, Pertamina CEO and president director Nicke Widyawati said that as an energy company, Pertamina would continue its efforts to develop green fuels, including the production of SAF for the Indonesian aviation industry. “SAF is the result of innovation across Pertamina’s functional and subholding subdivisions. It demonstrates our commitment to becoming a leader in the development of renewable fuels, especially aircraft fuels,” Nicke said. Moreover, Nicke explained that Pertamina produced the SAF at PT Kilang Pertamina Internasional’s Green Refinery facility, Cilacap Refinery, using the co-processing ester and fatty acid (HEFA) method. SAF has many advantages, including lower emissions compared to fossil fuel. In the future, SAF will be marketed by PT Pertamina Patra Niaga to the Indonesian aviation industry. “Pertamina’s success in producing SAF is the first in Southeast Asia. It is expected that the SAF could be swiftly marketed to the commercial flight market as a major milestone in Indonesia’s green energy development and contribute to decarbonization programs,” continued Nicke. Pertamina and Garuda Indonesia are not the only parties involved in the SAF’s development. Its successful development is the result of joint efforts with the Energy and Mineral Resources Ministry’s New and Renewable Energy and Energy Conservation Directorate General, the Transportation Ministry, Institut Teknologi Bandung, the Indonesia Biofuel Producer Association (APROBI), the Oil Palm Plantation Support Fund Management Agency (BPDPKS), the Oil and Gas Development Center (LEMIGAS), the National Research and Innovation Agency (BRIN), as well as Pertamina and Garuda Indonesia subsidiaries. SAF is being developed as part of the effort to implement the energy transition and to help achieve Indonesia’s target of NZE by 2060. As a leading company in energy transition, Pertamina is committed to supporting the achievement of Indonesia’s NZE target by continuously promoting programs that directly impact the achievement of Sustainable Development Goals (SDGs). All those efforts are in line with the implementation of Environmental, Social and Governance (ESG) principles across all of Pertamina’s business lines and operations.
Tempo.co | Rabu, 11 Oktober 2023
Pertamina Patra Niaga Siapkan Infrastruktur untuk Salurkan SAF di Indonesia
Setelah lolos uji statis, Sustainable Aviation Fuel (SAF) saat ini telah berhasil lolos uji ground test dan uji terbang pertamanya. Uji ground test dan uji terbang SAF ini telah dilaksanakan pada Rabu, 4 Oktober 2023 pada pesawat komersial berjenis Boeing 737-800 NG dengan nomor registrasi PK-GFX, milik maskapai Garuda Indonesia dan menunjukkan hasil yang positif. Mempersiapkan diri sebagai penyuplai SAF, Pertamina Patra Niaga juga turut andil dalam keberhasilan uji ground test dan uji terbang yang dilakukan bersama Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, ITB, APROBI, BPDPKS, LEMIGAS, BRIN, Garuda Indonesia dan Garuda Facility Maintenance serta sinergi Pertamina Group yakni Research & Technology Innovation (RTI), Kilang Pertamina Internasional (KPI) dengan menyuplai 11.203 Liter SAF dalam uji tersebut. “Pertamina Patra Niaga bertanggung jawab mempersiapkan sarfas dan kompetensi tim dalam menyalurkan SAF sebagai inovasi bahan bakar aviasi yang lebih baik bagi industri penerbangan. Saat ini Pertamina Patra Niaga sudah menerima stok SAF di Soekarno Hatta Aviation Fuel Terminal & Hydrant Installation (SHAFTHI) dan menjaga agar kualitas SAF tersebut selalu on spek untuk digunakan dalam seluruh rangkaian tes,” jelas Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan. Tim Peneliti PT LAPI ITB menyatakan dari hasil uji ground test dan uji terbang SAF yang dilakukan, hasilnya positif dimana respon pesawat baik dan tidak menunjukkan perbedaan signifikan antara bahan bakar aviasi Jet-A1. “Sejak uji statis, lalu saat ini uji ground test dan uji terbang, hasil uji SAF yang disuplai dari stok Pertamina Patra Niaga menunjukkan hasil yang positif. Harapannya, bisa dilanjutkan pengembangannya bersama seluruh pihak terlibat untuk digunakan dalam penerbangan komersil, nantinya SAF akan dipasarkan melalui PT Pertamina Patra Niaga untuk industri aviasi Indonesia,” terang Riva. Riva turut mengatakan bahwa SAF ini merupakan bahan bakar dengan bauran energi terbarukan dengan keunggulan salah satunya adalah lebih rendah emisi dan ramah terhadap lingkungan. Pertamina Patra Niaga juga terus mempersiapkan diri agar penyaluran SAF bisa berjalan dengan baik, mengingat penggunaan SAF sudah masuk dalam agenda transisi energi di dunia, bahkan telah digunakan di beberapa bandara oleh maskapai penerbangan. “Kesiapan menyalurkan SAF menjadi langkah Pertamina Patra Niaga menyediakan bahan bakar aviasi yang lebih baik bagi kebutuhan industri penerbangan di Indonesia. Ini juga akan menjadi langkah Pertamina grup menjalankan program transisi energi sekaligus untuk mencapai target Net Zero Emission 2060,” tukas Riva. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati turut menyampaikan bahwa Pertamina sebagai perusahaan energi terus berupaya untuk mengembangkan bahan bakar hijau salah satunya dengan memproduksi SAF untuk industri aviasi Indonesia. “Produk SAF merupakan hasil inovasi lintas fungsi dan subholding Pertamina, ini merupakan bukti berkomitmen untuk menjadi pemimpin dalam pengembangan renewable fuel khususnya bahan bakar pesawat terbang. Harapannya SAF bisa dapat segera dipasarkan penerbangan komersial sebagai tonggak utama pengembangan green energy di Indonesia dan berkontribusi pada program dekarbonisasi,” ungkap Nicke.
BERITA BIOFUEL
Republika.co.id | Rabu, 11 Oktober 2023
Berkat Biodiesel, ESDM Catat Emisi Karbon Turun 27,8 Juta CO2 Sepanjang 2022
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, sepanjang 2022, program mandatori biodiesel B30 telah berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 27,8 juta CO2 dengan alokasi kuota biodiesel sebanyak 11 juta kiloliter dengan nilai ekonomi mencapai lebih dari 10 miliar dolar AS. Melihat dampak positif tersebut, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Yudo Dwinanda Priaadi mengatakan, pemerintah akan terus meningkatkan alokasi biodiesel. Terlebih, pemerintah juga telah meningkatkan bauran menjadi B35. Pada tahun 2023 ini, ia menyampaikan, kuota biodiesel ditetapkan sebesar 13,15 juta kilo liter dan diharapkan nilai manfaat dari program ini dapat mencapai lebih dari 11,2 miliar dolar AS. “Biodiesel menawarkan sebagai campuran bahan bakar yang lebih bersih dan ramah lingkungan daripada bahan bakar fosil konvensional, sehingga mengarah kepada pengurangan emisi gas rumah kaca dan polusi udara secara signifikan,” kata Yudo dalam keterangan resminya, Rabu (11/10/2023). Ia menyampaikan, pemerintah pun berkomitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sesuai kesepakatan global yang tercantum dalam dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (E-NDC) untuk mengurangi emisi GRK sebanyak 32 persen atau 358 juta ton CO2 dengan usaha sendiri atau sebesar 41 persen atau sebanyak 446 juta ton CO2 dengan bantuan dunia internasional pada tahun 2030. Untuk mengejar target tersebut, Yudo menyampaikan, berbagai program telah dilaksanakan pemerintah, salah satunya ialah pemanfaatan biomassa sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil yang memiliki dampak menghasilkan emisi gas buang. “Biomassa sebagai salah satu sumber energi berbasis energi baru terbarukan memegang peranan penting dalam program dekarbonisasi menuju emisi nol bersih,” ujarnya. Implementasi bodiesel di Indonesia, kata Yudo, telah berjalan selama lebih dari 17 tahun dan menjadikan Indonesia sebagai pelopor dalam pemanfaatan biodiesel. Ia menyampaikan, bauran biodiesel akan terus ditingkatkan hingga mencapai B100.
Investor Daily Indonesia | Rabu, 11 Oktober 2023
Garuda Rampungkan Uji Coba Bioavtur
Maskapai Garuda Indonesia merampungkan rangkaian uji coba bioavtur pada pesawat penerbangan komersial. Bioavtur masuk dalam klasifikasi sustainable aviation fuel (SAF) berbasis bahan bakar nabati yang memiliki kandungan minyak inti Kelapa Sawit (J2.4). Dalam uji coba tersebut, Garuda berkolaborasi dengan Pertamina serta didukung penuh oleh Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Kementerian Perhubungan, serta Tim Peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB). “Rampungnya rangkaian uji coba bioavtur J2.4 tersebut ditandai dengan diselesaikannya uji terbang pada armada Garuda Indonesia B737-800NG PK -GFX dengan mesin pesawat CFM56-7B melalui uji coba penerbangan dari Bandara Internasional Soekarno Hatta yang kemudian dilanjutkan menuju Area Pelabuhan Ratu Airspace pada Rabu (04/10/2023),” kata Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra dalam pernyataan resminya di Jakarta, Selasa (10/10/2023). Sebelumnya, kata Irfan, uji coba bioavtur J2.4 juga telah melalui serangkaian prosedur engine ground run test dengan menggunakan armada yang sama di Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia. Uji coba tersebut melengkapi uji statis yang telah dilaksanakan pada akhir bulan Juli lalu dengan menggunakan komponen mesin pesawat CFM56-7B. Melalui berbagai rangkaian uji coba tersebut, Tim Peneliti PT LAPI ITB bersama stakeholder terkait menyampaikan hasil yang positif bahwa SAF dengan jenis Bioavtur J2.4 pada tipe pesawat Boeing 737-800 menunjukkan respons pesawat baik dan terkendali. Dengan hasil baik ini, Garuda Indonesia bersama-sama dengan Pertamina siap melanjutkan sinergi BUMN ini ke tahap selanjutnya yaitu rencana penggunaan SAF dalam penerbangan komersial Garuda Indonesia. Lebih jauh, Irfan menyampaikan bahwa dirampungkan-nya uji coba penggunaan bioavtur J2.4 ini merupakan bagian dari komitmen serta upaya berkelanjutan Garuda Indonesia Group dalam mendukung berbagai inisiatif dekarbonisasi, salah satunya dilaksanakan melalui penjajakan penggunaan SAF pada penerbangan Garuda Indonesia. “Ini adalah milestone yang sudah kita tunggu-tunggu. Hal ini tentunya menjadi optimisme tersendiri bagi langkah kita bersama untuk merealisasikan mimpi besar kita mewujudkan green energy pada ekosistem aviasi Indonesia untuk mendukung komitmen Indonesia dalam mencapai net zero emission yang diproyeksi dapat terealisasi pada tahun 2060,” kata Irfan. Setelah melewati seluruh rangkaian uji penggunaan SAF, lanjut irfan, ke depannya misi kita bersama untuk menorehkan sejarah baru dalam industri aviasi nasional dapat terealisasi melalui langkah penerapan SAF pada penerbangan komersial Indonesia. “Kami memahami dalam mewujudkan komitmen pengelolaan green energy, khususnya dalam ekosistem aviasi tidak dapat tercapai tanpa adanya dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak. Karena itu, dalam kesempatan ini kami juga ingin memberikan apresiasi kepada seluruh stakeholder yang telah mewujudkan langkah awal dalam penerapan energi terbarukan pada penerbangan Garuda Indonesia”, jelas Irfan. Dengan hasil tersebut, Garuda Indonesia siap untuk menjajaki penggunaan SAF tersebut pada Uni penerbangan komersial. Tentunya kesiapan tersebut akan diselaraskan dengan kajian implementasi SAF secara komprehensif atas kesiapan sektor korporasi dalam mengadaptasi penggunaan energi terbarukan ini, khususnya pada lini penerbangan komersial. “Ini merupakan langkah awal yang kiranya dapat menjadi misi berkelanjutan bagi ekosistem aviasi untuk bergerak semakin adaptif dalam menghadirkan kontribusi bagi keberlangsungan lingkungan hidup,” jelas Irfan.
Investor Daily Indonesia | Kamis, 12 Oktober 2023
PLN-EKN Sulap Limbah Sawit Jadi Co-Firing Biomassa
PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) menyepakati nota kesepahaman (MoU) dengan PT Elektrika Konstruksi Nusantara (EKN) dalam pemanfaatan limbah tandan kosong Kelapa Sawit menjadi co-firing Biomassa. Kesepakatan ini dilakukan pada acara Indonesia International Heating Technology Exhibition (HEATECH) di JIEXPO Jakarta, Jumat (6/10). MoU ini disaksikan secara langsung oleh Koordinator Investasi dan Kerja Sama Bio-energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Trois Dilisusendi, Ketua Umum Masyarakat Energi Biomassa Indonesia (MEBI), Milton Pakpahan, serta Ketua Masyarakat Ketenegalistrikan (MKI) Kalimantan Barat, M. Ariyanto. Dalam sambutannya Trois Dilisusendi menyampaikan apresiasi pada ke dua pihak yang telah bersepakat memanfaatkan limbah tandan kosong Kelapa Sawit sebagai co-firing biomassa di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Baginya ini merupakan angin segar pertanda semakin banyak sumber olahan untuk co-firing. “Kami dari Kementerian ESDM sangat mengapresiasi hal ini. Harapan kami, ini jadi hal baru yang digunakan di 52 PLTU PLN yang kami tugaskan untuk melakukan co-firing,” kata Trois dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (10/10/2023). Sementara itu, Direktur Utama PLN EPI Iwan Agung Firstantara menegaskan, pihaknya terus berupaya mendukung pemerintah dalam mencapai target pemanfaatan co-firing sebesar 10,2 juta ton pada tahun 2025. Guna mencapai target tersebut pihaknya akan memanfaatkan sumber daya setempat. Sehingga dalam prosesnya akan menciptakan efek berganda, mengurai masalah sampahdan memacu pertumbuhan ekonomi. “Melalui MoU ini PLN dan EKN akan secara bersama-sama mengolah biomassa dari tandan kosong Kelapa Sawit yang diproduksi masyarakat Sambas Kalim- antan Barat. Biomassa ini akan kita gunakan sebagai co-firing pengganti batu bara di PLTU Bengkayang.” kata Iwan Agung. Menurut Iwan Agung, program co-firing ini sangat spesial karena secara langsung melibatkan masyakat setempat. Hal ini pun sejalan dengan prinsip Environment, Sustainability and Governance (ESG) dalam mendorong perekonomian masyarakat sekitar. “Program co-firing biomassa ini spesial, karena berbasis kerakyatan. Saat ini mayoritas biomassa berasal dari olahan sampah atau limbah. Karena kebutuhannya sangat besar kami mengajak masyarakat ikut terlibat di dalamnya,” ucap Iwan Agung. Iwan menjelaskan, pengolahan biomassa ini telah menyerap 40 tenaga kerja lokal di Sambas Kalimantan Barat. Dia pun optimis, program co-firing jenis lain yang digagas akan mampu menyerap tenaga kerja lokal secara masif dan mengurai permasalah sampah yang banyak terjadi di berbagai daerah.
Jawapos.com | Rabu, 11 Oktober 2023
Biodiesel dari Minyak Jelantah sebagai Bahan Bakar Alternatif
BIODIESEL atau biosolar merupakan bahan bakar alternatif yang bersifat ramah lingkungan. Tidak mempunyai efek terhadap kesehatan. Dapat dipakai sebagai bahan bakar kendaraan bermotor dan emisinya lebih sedikit. Biodiesel adalah jenis biofuel, yaitu energi yang terbuat dari materi hidup, biasanya tanaman. Biofuel dianggap energi terbarukan, mengurangi peran dari bahan bakar fosil (gas, minyak tanah, bensin dan solar), sehingga bisa menjadi alternatif bahan bakar yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Ada tiga jenis biodiesel yaitu bioetanol, biogas, dan biodiesel. Biodiesel adalah bahan bakar alternatif pengganti diesel atau solar yang berasal dari minyak nabati berbagai jenis biji-bijian. Ada dua kelompok biji-bijian yang digunakan berdasarkan dari macam lemak atau minyaknya, yaitu minyak pangan (editable fatty oil) misal sawit, kelapa, dan kacang. Serta lemak non-pangan (non-editable fatty oil) misal jarak pagar, kemiri, dan masih banyak lagi. Minyak bekas atau minyak jelantah sebagai bahan baku pembuatan biodiesel merupakan solusi pemanfaatan limbah. Jika ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah ini mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik sehingga tidak aman jika digunakan untuk menggoreng. Pemakaian minyak jelantah yang berulang kali dapat merusak kesehatan tubuh. Secara struktur kimia, minyak jelantah mempunyai kandungan trigliserida yang sangat tinggi. Trigliserida ini dapat diolah menjadi biodiesel melalui reaksi kimia transesterifikasi. Dalam kimia organik, transesterifikasi adalah proses pertukaran gugus organik Alkil (R) pada suatu ester dengan gugus organik R dari alkohol. Reaksi ini terkadang dikatalisis oleh penambahan katalis asam atau basa. Reaksi ini juga dapat dicapai dengan bantuan enzim terutama lipase. Siklus pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel diawali dengan proses pemurnian, kemudian disaring dan dicampur dengan arang aktif lalu dinetralkan. Setelahnya dilakukan transesterifikasi yang menghasilkan biodiesel kasar dan dimurnikan untuk menghasilkan biodiesel. Marilah kita bersama-sama mengatasi masalah limbah minyak bekas atau minyak jelantah dengan mengolahnya menjadi biosolar atau biodiesel. Karena minyak jelantah yang dibuang sembarangan akan berpengaruh langsung terhadap lingkungan hidup. Jika menumpuk di selokan akan menimbulkan bau dan air selokan jadi kotor. Jika terserap di tanah, kualitasnya akan menurun karena tanah menjadi keras dan pada akhirnya pencemaran ini dapat menyebabkan banjir. Minyak jelantah yang mengapung di permukaan air laut akan menghalangi sinar matahari, menyebabkan tumbuhan laut tidak bisa berfotosintesis. Kandungan oksigen terlarut di perairan pun jadi menurun. Pada gilirannya kelangsungan hidup biota laut bisa terancam. Semoga pencemaran limbah minyak jelantah bisa dikurangi karena pemakaian minyak yang banyak di lingkungan keluarga, rumah makan, dan berbagai restoran sehingga dihasilkan beribu-ribu ton minyak jelantah. Apabila tidak ditangani secara baik akan banyak timbul permasalahan yang tidak kita inginkan. Terutama pencemaran tanah dan air yang sangat membahayakan kehidupan makhluk hidup yang ada di dalamnya.