Mengapa Biodiesel Jadi Kunci Ketahanan Energi Nasional dan Kesejahteraan Rakyat?

| Articles
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp
Mengapa Biodiesel Jadi Kunci Ketahanan Energi Nasional dan Kesejahteraan Rakyat? Sumber: Kementerian ESDM

Pemerintah Indonesia serius menggarap ketahanan dan swasembada energi sebagai fondasi utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bapak Yuliot, dalam Sarasehan Nasional yang diselenggarakan KataData Indonesia di Jakarta pada Selasa (8/7), memaparkan berbagai strategi komprehensif untuk mencapai tujuan ambisius ini.

Menurut Bapak Yuliot, kebijakan nasional menempatkan kemandirian energi sebagai prioritas tertinggi untuk memperkokoh pertahanan dan ketahanan nasional. “Kalau dilihat dari sisi kebijakan, sesuai dengan prioritas program nasional, di mana untuk memantapkan ketahanan nasional, termasuk di dalamnya adalah keamanan negara, harus dilakukan kemandirian di bidang energi. Bagaimana kita melakukan swasembada, ekonomi hijau, dan juga melanjutkan hilirisasi,” jelasnya.

Mengatasi Tantangan Energi Nasional

Meski memiliki potensi besar, sektor energi nasional masih dihadapkan pada sejumlah tantangan pelik. Pertama, pemerataan ketersediaan energi di seluruh pelosok negeri masih menjadi pekerjaan rumah agar seluruh lapisan masyarakat dapat mengaksesnya. Kedua, ketidakpastian global akibat konflik di negara-negara produsen sumber energi kerap memicu gejolak. Ketiga, tingginya ketergantungan pada impor energi menjadi beban yang tak ringan. Selain itu, beban fiskal pemerintah yang cukup berat serta tingginya subsidi energi turut menambah kompleksitas. Semua ini diperparah dengan komitmen kuat Indonesia untuk mencapai bauran 23% Energi Baru dan Terbarukan (EBT) pada 2025 dan target Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

Strategi Komprehensif Menuju Kemandirian Energi

Untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut, Pemerintah menyiapkan beberapa strategi kunci:

  1. Peningkatan Lifting dan Infrastruktur Migas: Target lifting minyak ditetapkan mencapai 1 juta barel per hari (bopd) dan lifting gas sebesar 12 miliar kaki kubik per hari (MMSCFD) pada tahun 2030. Pembangunan infrastruktur pipa gas juga terus digenjot. Seperti pipa Cirebon-Semarang (Cisem) sepanjang 325 km dan Dumai-Sei Mangke (Dusem) sepanjang 555 km.
  2. Peningkatan Pasokan Listrik: Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) untuk periode 2025-2034 menargetkan penambahan pembangkit sebesar 69,5 gigawatt (GW), transmisi 47.758 kilometer sirkuit, serta gardu induk dengan kapasitas total 107.950 Mega Volt Ampere (MVA).

Fokus pada Energi Berkelanjutan: Mandatori Biodiesel Jadi Ujung Tombak

Di antara berbagai strategi tersebut, pemanfaatan EBT terus diperluas dan menjadi fokus utama. Bapak Yuliot secara khusus menyoroti program mandatori biodiesel sebagai pilar penting.

“Untuk penambahan program biodiesel, di samping ada ketahanan energi juga, akan terjadi juga peningkatan bagi terciptanya lapangan kerja dalam program mandatori biodiesel ini,” jelas Yuliot.

Pemerintah telah menetapkan mandatori biodiesel 40% (B40) pada 2025 dan memiliki target ambisius untuk meningkatkan campuran hingga B50 pada 2026. Ini adalah langkah berani yang menempatkan Indonesia di garis depan pengembangan biofuel global. Pada tahun 2034, penambahan kapasitas EBT di sektor kelistrikan nasional bahkan diproyeksikan mencapai 42,6 GW. Untuk mendukung program besar ini, Pemerintah aktif melakukan evaluasi kesiapan industri serta ketersediaan bahan baku, memastikan keberlanjutan pasokan dan operasional.

Melalui pendekatan holistik yang memadukan peningkatan produksi energi fosil dengan akselerasi masif EBT, terutama mandatori biodiesel, Indonesia tidak hanya berjuang untuk kemandirian energi. Tetapi juga membuka jalan menuju ekonomi hijau yang menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.