Kompas | Senin, 7 Juni 2021

Menjawab Tantangan B-30 (BIODIESEL)

Di pengujung 2019, Presiden Joko Widodo menggulirkan tantangan manda-tori atau kewajiban penggunaan biodiesel 30 persen. Tantangan itu disampaikan langsung di hadapan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan direksi Pertamina di sebuah stasiun pengisian bahan bakar umum di Jakarta Ringkasnya, tantangan meluncur saat impor minyak dan defisit neraca perdagangan naik. Menurut Presiden, Indonesia harus mencari sumber energi terbarukan. Kurangi ketergantungan pada energi fosil, tambahkan kadar biodiesel ke dalam solar dari 20 persen (B-20) menjadi 30 persen (B-30). Artinya, bahan bakar nabati dari minyak sawit dapat mengurangi pemakaian solar murni. Payung hukum pemakaian solar B-30 adalah Keputusan Menteri ESDM Nomor 227K/10/MEM/2019 tentang Pelaksanaan Uji Coba Pencampuran Bahan Bakar Nabati Jenis biodiesel 30 Persen ke Dalam Bahan. Bakar Minyak Jenis Solar Periode 2019. Surat keputusan ini ditandatangani pada 15 November 2019. Dari data Pertamina, penjualan solar B-30 tahun 2019 mencapai 27,8 juta kiloliter. Tahun 2020, serap-annya turun 11,15 persen menjadi 24,7 juta kiloliter. Pandemi Covid-19 dianggap memicu sehingga penggunaan solar B-30 turun. Berbagai cara dilakukan oleh industri otomotif, khususnya produsen mesin kendaraan bertenaga diesel. Umumnya adalah kendaraan komersial atau niaga dan berbagai alat berat yang berbahan bakar solar. Sebut United Tractors, Hino, dan Isuzu. Bahkan, UD Trucks, penyedia solusi transportasi kendaraan komersial Jepang, memanfaatkan inovasi sejak 2018 melalui pengembangan mesin untuk solar B-30. Semua transmisi dan filter dikembangkan agar dapat beradaptasi dengan bahan bakar jenis ini. Kendaraan niaga yang dipasarkan United Tractors pun diklaim sudah disiapkan untuk pemakaian solar B-30. Hasil uji ketahanan mesin dalam jangka panjang menunjukkan tidak timbul dampak negatif, baik performa tenaga maupun kinerja mesin. United Trac- tors mengirimkan sampel solar B-30 ke pabriknya untuk diuji kecocokannya dengan teknologi mesin dan hasilnya masih bisa diterima (acceptable). Dari sisi kandungan sulfur solar B-30, besaran tipikal 900-1.200 part per million (ppm) masih sesuai pada mesin Euro 3 yang sekarang dipasarkan United Tractors yang persyaratan maksimal kandungan sulfurnya 2.000 ppm. Mesin Scania Euro 4 pun membolehkan solar B-30 dengan syarat maksimal-sulfur 350 ppm atau sesuai produk solar Pertamina Dex. Namun, selalu ada cara. Pengguna Scania Euro 4 tetap bisa memakai produk B-30. Dengan kandungan sulfur B-30 lebih tinggi, kompensasinya diukur dengan jarak penggantian oli mesin yang dipercepat menjadi 12.000 kilometer dari sebelumnya 20.000 kilometer. Lain halnya Hino Indonesia yang lebih menonjolkan produksi teknologi mesin berbasis commonrail dengan standar Euro 4. Ekspor tahun 2010-2021 tercatat lebih dari 13:000 bus dan truk dikirim ke 15 negara, termasuk di antaranya lebih dari 6.000 unit berstandar emisi Euro 4 yang dikirim ke Filipina dan Vietnam untuk memenuhi tuntutan persyaratan pasar ekspor. Isuzu Astra juga menyatakan kesiapannya menyambut kebijakan emisi Euro 4. Selain menyiapkan mesin teknologi commonrail yang mampu mengimplementasikan kebijakan Euro 4, produsen menyiapkan diri dari sisi layanan purnajual (servis dan suku cadang) dan fasih\’tas pendukung, seperti karoseri dan mitra leasing. Di saat pemain kendaraan berbasis diesel menunjukkan cara-cara berbasis teknologi, penerapan standar emisi Euro 4, sebagaimana tertuang dalam surat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor S786/MENL-HK-PPKL/SET/PKL.3/5/2020 tertanggal 20 Mei 2020, ternyata akan dilaksanakan pada April 2022. Ini mundur satu tahun dari jadwal sebelumnya, yakni April 2021. Tantangan global adalah beralih ke teknologi Euro-4. Kini, bukan hanya “selalu ada cara”, melainkan kelonggaran tersedia dengan “selalu ada waktu” di Indonesia untuk terus berinovasi dalam kompetisi menuju lingkungan yang bersih dan berkelanjutan.

Liputan6.com | Minggu, 6 Juni 2021

Segini Harga Biodiesel yang Dipatok Juni 2021

Harga indeks pasar produk bahan bakar nabati jenis biodiesel di dalam negeri dipatok sebesar Rp 11.034 per liter pada Juni 2021. Banderol harga biodiesel tersebut naik sebesar 7,86 persen dibandingkan harga indeks pasar bulan sebelumnya senilai Rp 10.229 per liter. Kenaikan harga ini terjadi akibat meningkatnya harga rata-rata minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). “Besaran harga indeks pasar bahan bakar nabati jenis biodiesel bulan Juni 2021 sebesar Rp11.034 per liter ditambah ongkos angkut,” kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana dalam keterangannya, dikutip Sabtu (6/6/2021). Pada 25 Maret – 24 April 2021, harga rata-rata minyak sawit mentah Rp 10.520 per kilogram dengan nilai konversi bahan baku menjadi biodiesel sebesar 85 dolar Amerika Serikat per ton. Sedangkan periode 25 April – 24 Mei 2021, harga rata-rata minyak sawit mentah dibanderol lebih mahal Rp 11.462 per kilogram dengan nilai konversi bahan baku menjadi biodiesel sama seperti bulan sebelumnya. Nilai tukar mata uang menggunakan referensi rata-rata kurs tengah Bank Indonesia periode 25 April – 24 Mei sebesar Rp14.363 per dolar Amerika Serikat.

Pemanfataan Biodiesel Terus Tumbuh

Berdasarkan data Kementerian ESDM, angka pemanfaatan biodiesel campuran 30 persen minyak sawit dan 70 persen solar yang dikenal B30 tumbuh tiga kaliipat dalam waktu lima tahun terakhir. Pada 2015, bahan bakar B10 dengan realisasi produksi mencapai 3 juta kiloliter, kemudian meningkat menjadi B30 dengan realisasi 8,5 juta kiloliter pada 2020. Tahun ini, pemerintah menargetkan angka penyaluran biodiesel sebanyak 9,2 juta kiloliter yang bertujuan menjaga stabilitas harga minyak sawit mentah melalui serapan produksi biodiesel untuk kebutuhan dalam negeri.

 

https://www.liputan6.com/bisnis/read/4574793/segini-harga-biodiesel-yang-dipatok-juni-2021

 

CNBCIndonesia.com | Minggu, 6 Juni 2021

Live! Kupas Tuntas Peran Biodiesel Untuk Kemandirian Energi

Demi mendorong penggunaan energi ramah lingkungan, pemerintah terus memperluas pemanfaatan biodiesel. Penggunaan tidak berhenti di pencampuran Fatty Acid Methyl Esters (FAME) 30% atau dikenal dengan program B30, tapi akan berkembang menjadi B40, B50, sampai B100 yang 100% berbasis minyak sawit. Program ini diharapkan dapat mendukung kemandirian energi dan menggunakan energi yang lebih bersih ramah lingkungan yang berasal dari sumber daya alam nasional. Penggunaan biodiesel ini pun sudah berlangsung selama beberapa tahun terakhir dan diterima masyarakat, hal ini terlihat dari peningkatan penggunaan setiap tahunnya. Apalagi Indonesia memiliki sumber daya kelapa sawit yang melimpah yang bisa menjadi salah satu produsen biodiesel terbesar di dunia. Namun, bagaimana sebenarnya peran biodiesel dalam mendukung kemandirian energi dan melepaskan dari ketergantungan impor? Media ekonomi terbesar dan terintegrasi CNBC Indonesia menyelenggarakan diskusi ekslusif dengan tema ‘Biodiesel Untuk Kemandirian Energi’, pada Senin 7 Juni 2021. Diskusi ini akan menghadirkan narasumber yang menarik dan berkompeten di bidangnya, dan akan dipandu oleh anchor CNBC Indonesia, Erwin Suryabrata. Akan hadir Dirjen EBTKE Kementerian ESDM Dadan Kusdiana yang akan membahas mengenai potensi peningkatan program campuran biodiesel, dari B30 menjadi B40, hingga B100. Bagaimana peta jalan pengembangan energi baru terbarukan yang telah dikembangkan pemerintah melalui ESDM. Bukan hanya itu, akan dibahas pula masalah kajian harga ketika program ini dikembangkan dan potensi nilai ekspornya. Selain itu akan hadir Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis PT Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo Putra, yang akan membahas bagaimana perkembangan B30 yang dijalankan perusahaan. Mulai dari realisasi penjualan hingga bagaimana kesiapan Pertamina untuk menyiapkan penjualan B40 dan B50. Tantangan dan potensi apa saja yang dihadapi Pertamina dalam mendukung penggunaan Biodiesel dalam mendorong kemandirian energi dalam negeri. Hadir pula anggota DPR Komisi VII Kardaya Warnika yang akan menyoroti perkembangan penggunaan biodiesel di tanah air selama ini. Akan dibahas pula mengenai nilai keekonomian biodiesel untuk mendukung kemandirian energi, dan juga bagaimana transparansi harga biodiesel selama ini serta ke depannya seiring dengan peningkatan penggunaan. Rangkaian dialog ekslusif ini bisa disaksikan di segmen Energy Corner Special Edition New Energy, Senin (07/6/2021), pukul 08:15-09:15 WIB. Diskusi “Biodiesel untuk Kemandirian Energi’ dapat disaksikan secara Live melalui CNBC Indonesia TV dan CNBCIndonesia.com

 

https://www.cnbcindonesia.com/news/20210606190606-4-250926/live-kupas-tuntas-peran-biodiesel-untuk-kemandirian-energi

 

CNBCIndonesia.com | Senin, 7 Juni 2021

Serap 2,7 Juta SDM, Biodiesel Beri Nilai Tambah CPO Rp 31,9 T

Dirjen Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menyatakan program biodiesel telah menyumbang nilai tambah untuk kelapa sawit (CPO) Indonesia sebesar Rp 31,9 triliun dalam 4 tahun terakhir. Hal tersebut diungkapkan oleh Dadan Kusdiana dalam program Energy Corner yang mengambil tema Biodiesel Untuk Kemandirian Energi, pada Senin (7/6/2021). Dadan menjabarkan bahwa dalam 4 tahun terakhir program Biodiesel telah mencapai 20 juta kilo liter. “Dengan harga solar impor ini bisa hemat devisa Rp 120 triliun. Itu selama 4 tahun terakhir kan 2021 masih berjalan,” ujarnya. Khusus untuk 2021, volume biodiesel ditetapkan 9,2 juta kilo liter. Besaran tersebut akan digunakan untuk pencampuran biodiesel sebesar 30% ke dalam Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar (B30). “Ini sudah kembali ke posisi 2019, itu produksi solar masih ada beberapa relaksasi gak pake b30 di beberapa wilayah ketinggian dan alutsista bukan biodiesel gak aman karena ada keterbatasan di parameter gak tahan dingin,” ujarnya. Hal ini tuturnya, meningkatkan ketahanan enerfi nasional. Pertamuan sudah bisa menyediakan sendiri solae yang dicampur biodiesesl. Penurunan impor ini, selain meningkatkan ketahanan energi juga meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebanyak 2,7 juta tenaga kerja, mulai dari petani, penyalur, produsen dan distribotor ke 114 titik. “Terjadi peningkatan nilai tambah secara nasional dari CPO ke biodiesel selama empat tahun angkanya Rp 31,9 triliun,” ujarnya.

 

https://www.cnbcindonesia.com/news/20210607084824-4-250959/serap-27-juta-sdm-biodiesel-beri-nilai-tambah-cpo-rp-319-t

 

Medcom.id | Minggu, 6 Juni 2021

Harga Biodiesel Naik 7,86% Jadi Rp11.034/Liter

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah menetapkan harga indeks pasar untuk produk bahan bakar nabati jenis biodiesel di dalam negeri sebesar Rp11.034 per liter pada Juni 2021. “Besaran harga indeks pasar bahan bakar nabati jenis biodiesel Juni 2021 sebesar Rp11.034 per liter ditambah ongkos angkut,” kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana, dikutip dari Antara, Minggu, 6 Juni 2021. Banderol harga tersebut naik sebesar 7,86 persen dibandingkan harga indeks pasar bulan sebelumnya senilai Rp10.229 per liter. Kenaikan harga ini terjadi akibat meningkatnya harga rata-rata minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Pada 25 Maret-24 April 2021, harga rata-rata minyak sawit mentah Rp10.520 per kilogram dengan nilai konversi bahan baku menjadi biodiesel sebesar USD85 per ton. Sedangkan periode 25 April-24 Mei 2021, harga rata-rata minyak sawit mentah dibanderol lebih mahal Rp11.462 per kilogram (kg) dengan nilai konversi bahan baku menjadi biodiesel sama seperti bulan sebelumnya. Nilai tukar mata uang menggunakan referensi rata-rata kurs tengah Bank Indonesia periode 25 April-24 Mei sebesar Rp14.363 per USD. Berdasarkan data Kementerian ESDM, angka pemanfaatan biodiesel campuran 30 persen minyak sawit dan 70 persen solar yang dikenal B30 tumbuh tiga kali lipat dalam waktu lima tahun terakhir. Pada 2015, bahan bakar B10 dengan realisasi produksi mencapai tiga juta kiloliter, kemudian meningkat menjadi B30 dengan realisasi 8,5 juta kiloliter pada 2020. Tahun ini, pemerintah menargetkan angka penyaluran biodiesel sebanyak 9,2 juta kiloliter yang bertujuan menjaga stabilitas harga minyak sawit mentah melalui serapan produksi biodiesel untuk kebutuhan dalam negeri.

 

https://www.medcom.id/ekonomi/bisnis/VNno49Ab-harga-biodiesel-naik-7-86-jadi-rp11-034-liter

 

CNBCIndonesia.com | Senin, 7 Juni 2021

Agar Biodiesel Sukses, RI Harus Belajar dari Kegagalan Brasil

Anggota Komisi VII DPR Kardaya Warnika mengatakan bahwa Indonesia harus belajar dari Brasil agar sukses melaksanakan program biodiesel. Brasil merupakan contoh penerapan biodiesel 100%, namun kemudian dibatalkan. “Mesti dilihat dulu dari yang paling pangkalnya tujuannya Biodiesel ini apa, apakah untuk ketahanan energi atau kemandirian energi atau untuk mengurangi masalah defisit neraca, itu harus clear dulu,” ujarnya dalam program Energy Corner yang mengambil tema Biodiesel Untuk Kemandirian Energi, pada Senin (7/6/2021). Menurutnya, sudah ada contoh bahwa program biodiesel dibatalkan di tengah jalan karena alasan nilai keekonomian. “Misalnya Brasil sudah 100% menghilangkan BBM dari minyak bumi dan memakai cassava (singkong). Ujung-ujungnya dibatalkan semua karena nilai keekonomian,” ujarnya. Menurut Kardaya, setidaknya ada 3 syarat agar program biodiesel ini bisa berjalan sukses. Pertama adalah ketersediaan, yakni kelapa sawit sebagai sumber bahan pencampur biodiesel sudah tersedia dengan cukup. “Pertimbangannya Kepala Sawat ini kan makanan manusia, jangan sampai makanan manusia ini hilang karena dibuat jadi makanan mesin,” ujar Kardaya. Kedua, harus akses untuk mendapatkan biodiesel. Untuk itu, dia menyarankan agar infrastruktur biodiesel ditingkatkan. Ketiga adalah affordability. Hal ini dikaitkan dengan harga kalau mau menggantikan harga minyak bumi dengan biodiesel. “Kenapa ini kita genjot adalah untuk menyelamatkan perkebunan kelapa sawit, karena dulu kelapa sawit produknya ga laku dan dibannded oleh Eropa,” ujarnya. Sementara itu bila tujuannnya untuk ketahanan energi, menurutnya sumber energi Indonesia masih banyak dan beragam. “Karena itu kita harus pakai yang terbaik,” ujarnya.

 

https://www.cnbcindonesia.com/news/20210607090647-4-250965/agar-biodiesel-sukses-ri-harus-belajar-dari-kegagalan-brasil