Minyak Sawit Punya Peran Penting dalam Biodiesel Global

| News
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

 

Wartaekonomi.co.id | Selasa, 18 Oktober 2022

Minyak Sawit Punya Peran Penting dalam Biodiesel Global

Industri sawit berkontribusi pada penyediaan energi terbarukan (renewable energy) bagi masyarakat dunia. Melansir laporan PASPI, secara umum, terdapat tiga generasi energi terbarukan yang ditawarkan industri sawit untuk masyarakat dunia.  Renewable Energy Generasi Pertama, yakni pengolahan minyak sawit untuk menghasilkan biodiesel/FAME (Fatty Acid Methyl Ester), green diesel, green gasoline, dan green avtur. Renewable Energy Generasi Kedua, yakni pemanfaatan biomassa sawit untuk menghasilkan energi seperti bioethanol, biopellet, briket arang, bio-coal, biogas, dan biolistrik.  Renewable Energy Generasi Ketiga, yakni pemanfaatan limbah padat dan cair untuk menghasilkan energi seperti biogas (dari methane capture palm oil mill effluent/POME), biodiesel algae (pemanfaatan limbah cair CPO mill untuk kolam algae) dan pemanfaaatan Spent Bleaching Earth (SBE) dari refinery untuk energi. “Secara internasional, renewable energy berbasis sawit sudah banyak digunakan di berbagai negara seperti biodiesel/FAME dan bio-coal,” catat laporan PASPI.  Dalam laporan PASPI, produk renewable energy generasi pertama lainnya yaitu greenfuel sawit (green diesel, green gasoline, dan green avtur) sedang dikembangkan di Indonesia. Sementara itu, produk renewable energy generasi kedua dan generasi ketiga (biogas) sudah digunakan pada tingkat lokal. “Pada industri biodiesel global, minyak sawit memiliki peran penting dalam industri biodiesel global,” catat laporan PASPI.  Sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia juga telah mengolah minyak sawit menjadi biodiesel (FAME). Berdasarkan data yang dirangkum PASPI, dalam periode tahun 2011-2021, produksi biodiesel Indonesia meningkat dari 243 ribu kiloliter menjadi 8,9 juta kiloliter. “Dengan konsistensi implementasi mandatori biodiesel, Indonesia secara evolusioner mengurangi ketergantungan energi pada energi solar fosil impor, sehingga ketika harga solar dunia mengalami kenaikan maka dapat digantikan biodiesel sawit. Hal ini makin memperkuat ketahanan energi nasional,” catat laporan PASPI.

https://wartaekonomi.co.id/read452599/minyak-sawit-punya-peran-penting-dalam-biodiesel-global

Katadata.co.id | Selasa, 18 Oktober 2022

Masih Fokus pada Biodiesel B20-B30, Pemerintah Tunda Produksi B40

Program biodiesel diyakini dapat meminimalisir dampak krisis iklim dan menjaga ketahanan energi nasional. Kementerian Perindustrian menyampaikan pemerintah masih fokus pada pengembangan program campuran biodiesel 20% dan 30% atau B20 dan B30 sebelum melangkah lebih lanjut pada program B40. Biodisel dihasilkan dengan mencampur BBM solar dengan fatty acid methyl ester (FAME) minyak kelapa sawit. Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan pengembangan program B40 kerap mendapat sorotan dari produsen otomotif karena kandungan air yang terkandung di dalam bahan bakar nabati (BBN) tersebut. “B40 kami sudah bahas tapi saya kira produksinya belum karena kami masih bicara soal B20 dan B30,” kata Agus saat ditemui di Thamrin Nine Ballroom Jakarta pada Selasa (18/10). Sebagai negara yang punya lahan sawit yang luas, ujar Agus, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengembangkan BBN sebagai langkah untuk mengembangkan komoditas perkebunan menjadi sumber energi. Kebijakan ini dinilai dapat meminimalisir dampak krisis iklim dan menjaga ketahanan energi nasional dengan mengurangi impor solar. “B40 sekarang ini dalam tahap persiapan karena harus sinkron antara suplai dan kosumennya. Produsen otomotif meminta kami berhati-hati karena B40 itu ada air yang bisa merusak mesin. Tapi itu bukan masalah, dengan teknologi itu bisa diselesaikan,” ujar Agus. Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara, menyebut progres B40 sedang dalam tahap pengembangan spesifikasi bahan bakar. Beberapa spesifikasi yang diperhatikan dalam B40 adalah cloud point, water content, acid number, dan monoglycerides. Dia mengatakan, spesifikasi bahan bakar akan menentukan apakah pabrikan otomotif dapat menyesuaikan dengan B40 atau tidak. Selain itu, hasil dari spesifikasi bahan bakar dinilai akan berpengaruh pada road rest. Peningkatan campuran minyak sawit menjadi B40 diharapkan dapat kompatibel dengan standar Euro 4 atau yang lebih tinggi. “Kami butuh lead time dan studi untuk bisa dikonfirmasi di jalan. Regulasi harus disertai arahan,” kata Kukuh dalam Konferensi Biodiesel Sawit Ke-3 beberapa waktu lalu, Kamis (24/3). Manager Process Engineering Yayasan Lengis Hijau Tri Hermawan menyebut bahwa pengembangan B40 merupakan sebuah proyek yang cenderung ambisius. Namun penggunaan biodiesel dengan campuran minyak sawit yang tinggi berpotensi untuk merusak mesin. Hal tersebut berdampak pada rendahnya serapan biodiesel di dalam negeri. “Pemakaian biodiesel kebanyakan yang saya tahu, misal untuk alat berat seperti Caterpillar atau Komatsu saja itu mereka mensyaratkan B5,” kata Tri kepada Katadata.co.id, Senin (1/8). Sebagai informasi, Yayasan Lengis Hijau merupakan salah satu produsen B100 yang bermarkas di Pulau Bali. Dalam sehari, Yayasan Lengis Hijau bisa mengolah 1.000 liter minyak goreng bekas menjadi bahan bakar nabati. Produk tersebut disalurkan ke sejumlah hotel, rumah makan, dan sekolah yang telah menjadi konsumen tetap. Di sana, BNN tersebut digunakan sebagai pengganti solar untuk tranportasi bus dan genset. Tri menjelaskan, biodiesel yang diproduksi Yayasan Lengis Hijau oleh hanya berjalan normal pada mesin generator atau genset. Sementara, untuk mesin kendaraan atau transportasi, penggunaan biodiesel dengan campuran minyak sawit tinggi berpotensi besar menimbulkan turun mesin. “Genset untuk listrik kalau dinyalakan itu kan stabil saja, gak perlu digas lagi seperti mesin kendaraan yang butuh kecepatan dan performa. Kadang untuk kecepatan tinggi, kadang untuk kecepatan rendah,” jelasnya. Tri menjelaskan, saat itu Yayasan Lengis Hijau memiliki konsumen yang bergerak di sektor industri alat berat. Tri memperoleh informasi bahwa mesin kendaraan tersebut hanya mampu bertahan di Biodiesel B5. Konon, penggunaan biodiesel dengan bauran tinggi dalam jangka panjang bisa menimbulkan korosi. “Mereka menunjukkan ke kami, mereka maksimal B5. Lebih dari itu mesinnya jebol, turun mesin. Ada penyumbatan di filter mesin,” ujarnya.

https://katadata.co.id/happyfajrian/berita/634e72f006c37/masih-fokus-pada-biodiesel-b20-b30-pemerintah-tunda-produksi-b40

Kompas.com | Selasa, 18 Oktober 2022

Mahasiswa Unila Teliti Bahan Ini untuk Biodiesel

Mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas MIPA Univeritas Lampung (Unila) melakukan penelitian pengembangan katalis padat atau katalis heterogen yang lebih baik sebagai katalisator dalam produksi biodiesel. Dia adalah Nugraha Bramanthio. Di bawah bimbingan dosen Prof. Dr. Kamisah Delilawati Pandiangan, S.Si., M.Si., Nugraha membuat katalis heterogen CaO/SiO2. Yaitu campuran kalsium oksida (CaO) yang diambil dari batu kapur dengan silika (SiO2) dari sekam padi. “Kelebihan katalis heterogen ini tidak menyisakan sabun yang bersifat korosif sehingga tidak memerlukan proses lanjutan,” ujarnya dikutip dari laman Unila, Selasa (18/10/2022). Ikut terlibat riset MBKM Nugraha sendiri adalah salah satu mahasiswa yang terlibat dalam riset Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di bawah bimbingan dosen Prof. Dr. Kamisah Delilawati Pandiangan, S.Si., M.Si. Program riset MBKM ini merupakan terobosan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Unila dengan menganggarkan dana hibah riset bagi dosen. Dijelaskan, kegiatan penelitian dilakukan tiga tahap yakni preparasi katalis, uji karakterisasi, dan uji aplikasi katalis. Adapun penelitian dilaksanakan di dua tempat. Untuk preparasi katalis heterogen CaO/SiO2 dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Unila. Sedangkan analisis karakterisasi x–ray fluorescence (XRF), x–ray diffraction (XRD), dan scanning electron microscopy (SEM) dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Tanjungbintang, Lampung Selatan. Kemudian uji aktivitas CaO/SiO2 sebagai katalis pada reaksi transesterifikasi minyak kelapa untuk produksi biodiesel dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Unila. Menurutnya, preparasi CaO dilakukan dengan metode kalsinasi yaitu memanaskan batu kapur pada oven dengan suhu 600°c selama enam jam, sehingga diperoleh kapur tohor atau kapur bakar kering. “Jadi kandungan air yang ada di dalam batu kapurnya akan habis dan menjadi kapur kering,” tutur Nugraha. Selanjutnya, dilakukan preparasi SiO2 yang diambil dari sekam padi. Silika sekam padi diperoleh dengan menggunakan metode ekstraksi alkali. Ia melakukan lima variasi komposisi campuran CaO dan SiO2, yaitu 1:1, 1:2, 1:3, 1:5, dan 1:10. Cara perlakuannya sama, yakni dengan mengaduk larutan menggunakan pengaduk magnetik agar distribusi logam merata, pH-nya dikontrol hingga terjadi pembentukan gel. “Gel ini kemudian disaring dan dikeringkan di dalam oven pada suhu 110°c selama 24 jam untuk menghilangkan kadar air,” imbuh Nugraha. Dilakukan di suhu berbeda Sementara CaO/SiO2 kering ini kemudian dihaluskan dan selanjutnya dikalsinasi (dipanaskan) pada suhu yang berbeda yakni 500, 600, 700, 800, dan 900°c. Masing-masing katalis diujicobakan pada reaksi transesterifikasi. Percobaan dilakukan dengan menggunakan volume minyak kelapa, metanol, dan jumlah katalis konstan yang dimasukkan ke dalam reaktor transesterifikasi. Untuk transesterifikasi dilakukan pada suhu konstan 70°c selama enam jam. Semua jenis katalis yang telah dikalsinasi pada suhu yang sama diujicobakan untuk mendapatkan katalis terbaik pada suhu kalsinasi tertentu. Katalis terbaik selanjutnya digunakan untuk penentuan pengaruh variabel kinetis lainnya yakni nisbah metanol terhadap minyak kelapa, jumlah katalis, dan waktu transesterifikasi. Dia menjelaskan, diperoleh hasil konversi terbaik pada perbandingan minyak methanol yakni pada 1:4, 1:5, dan 1:6. Kemudian dilanjutkan uji aktivitas katalitik dengan kondisi percobaan menggunakan jumlah katalis yang divariasikan, perbandingan minyak dengan methanol yaitu 1:4, waktu 4 jam, dan suhu 70?c. Konversi terbaik yang diperoleh dengan variasi jumlah katalis sebesar 10 persen dan nisbah minyak metanol (1:4) dengan konversi sebesar 100 persen. Sedangkan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa yang terdapat dalam produk transesterifikasi, sampel dianalisis menggunakan GC-MS. Menurutnya, hasil penelitian ini menunjukkan katalis heterogen yang disintesis memiliki aktivitas yang baik untuk memproduksi campuran metil ester dari reaksi transesterifikasi minyak kelapa dengan metanol. “Analisis GC-MS juga menunjukkan kandungan-kandungan yang sesuai untuk biodiesel,” jelas Nugraha.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/10/18/153031271/mahasiswa-unila-teliti-bahan-ini-untuk-biodiesel?page=all