Pemanfaatan Biodiesel, Solusi Industri Pertambangan Hadapi Perubahan Iklim
Investor.id | Rabu, 19 Juli 2023
Pemanfaatan Biodiesel, Solusi Industri Pertambangan Hadapi Perubahan Iklim
Pemanfaatan biodiesel menjadi salah satu solusi industri pertambangan dalam menghadapi perubahan iklim. Hal itu mencuat dalam seminar yang digelar PT ExxonMobil Lubricants Indonesia (PT EMLI) melalui lini merek Mobil Lubricants untuk sektor business to business (B2B) dan Majalah Tambang kembali di Muara Enim, Sumatera Selatan (11/7/2023). Kegiatan seminar pelaku industri pertambangan rutin digelar EMLI sejak awal 2023 dan kali ini digelar di Sumatera Selatan, setelah pekan lalu diadakan di Banjarmasin. Kegiatan seminar yang mengundang para pelaku industri di wilayah Sumsel ini mengangkat tema mengenai Menjawab Tantangan Implementasi dan Pengembangan Biodiesel di Sektor Pertambangan. Adapun tujuan seminar ini adalah memberikan informasi terkini terkait perkembangan biodiesel yang saat ini telah memberikan kontribusi cukup baik terhadap konsumsi energi di Tanah Air. EMLI dan Majalah Tambang juga menghadirkan narasumber yang ahli dan berkompeten dalam memberikan pemaparan dan edukasi dalam memperkuat kolaborasi untuk mendukung mandatori penggunaan biodiesel di sektor pertambangan. “Kami mengucapkan terima kasih kepada Majalah Tambang serta seluruh peserta yang telah meluangkan waktu untuk hadir pada kegiatan seminar yang mengangkat tema menarik, relevan, dan diharapkan dapat bermanfaat bagi pelaku industri,” ujar Syah Reza, president director EMLI, dalam keterangan resmi. Dia menilai, seminar ini sangat berhubungan dengan perubahan iklim, lantaran biodisesel merupakan salah satu solusi dalam menghadapi perubahan iklim. Dia berharap kegiatan ini juga dapat memberikan manfaat dan dampak positif bagi para peserta yang hadir, dalam hal ini mengenai pengoperasian alat-alat berat yang dimiliki, sehingga menghasilkan efisiensi yang terbaik dalam menjalankan produktivitas yang tinggi. “Kami senantiasa memberikan solusi pelumasan yang terbaik guna mendukung keandalan kinerja para pelaku industri pertambangan di Indonesia,” kata Syah Reza. Dia menegaskan, seminar ini merupakan salah satu komitmen EMLI dalam mendukung dan memberikan kontribusi dalam hal pengalaman di bidang pelumasan selama 100 tahun lebih dengan bekerja sama dengan berbagai manufaktur di berbagai sektor, seperti pertambangan, otomotif, dan sektor lainnya. “Hasilnya, EMLI mengembangkan pelumas yang berkualitas tinggi, didukung tenaga teknis yang terlatih dan berpengalaman dalam memberikan solusi pelumasan yang terbaik dan tepat kepada para pengguna,” papar dia.
Jawapos.com | Selasa, 18 Juli 2023
ExxonMobil Lubricants Berikan Solusi Pelumasan Pengguna Biodiesel
Guna memberikan solusi pelumasan yang terbaik, PT ExxonMobil Lubricants Indonesia (PT EMLI) melalui lini merek Mobil Lubricants kembali melanjutkan safari seminar. Dimana membahas Tantangan Implementasi dan Pengembangan Biodiesel di Sektor Pertambangan di wilayah Sumatera Selatan. Menurut President Director PT EMLI, Syah Reza dalam keterangan resminya, Selasa [18/7], seminar ini juga sangat berhubungan dengan perubahan iklim saat ini, dimana biodiesel merupakan salah satu solusi dalam menghadapi perubahan iklim tersebut. Dengan menggandeng majalah tambang ini menghadirkan para pelaku industri di wilayah Sumatera Selatan, guna memberikan informasi terkini terkait perkembangan biodiesel yang saat ini telah memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap konsumsi energi tanah air. “Kami berharap bahwa kegiatan ini dapat memberikan manfaat dan dampak positif bagi para peserta yang hadir, dalam hal ini mengenai pengoperasian alat-alat berat yang dimiliki, sehingga menghasilkan efisiensi yang terbaik dalam menjalankan produktivitas yang tinggi,” ujarnya. Reza menambahkan bahwa pihaknya akan senantiasa memberikan solusi pelumasan yang terbaik guna mendukung kehandalan kinerja para pelaku industri pertambangan di Indonesia. Kegiatan ini juga menjadi bukti komitmen dari PT EMLI dalam mendukung dan memberikan kontribusi dalam hal pengalaman di bidang pelumasan yang telah lebih dari 100 tahun bekerja sama dengan berbagai manufaktur di berbagai sektor, seperti pertambangan, otomotif, dan manufaktur lainnya. Hal itu guna mengembangkan pelumas yang berkualitas tinggi yang didukung juga dengan tenaga teknis yang yang terlatih dan berpengalaman dalam memberikan solusi pelumasan yang terbaik dan tepat kepada para penggunanya.
Harian Ekonomi Neraca | Rabu, 19 Juli 2023
Bioetanol Akan Dikembangkan Secara Masif
Setelah sukses mengembangkan Biodiesel, Pemerintah berencana untuk mengembangkan bioetanol sebagai campuran bahan bakar minyak (BBM) untuk menjadi bahan bakar kendaraan. Pengembangan yang sudah dilakukan Pemerintah saat ini masih dalam skala pilot project untuk menghitung kualitas balian bakar yang dihasilkan dan nilai keekonomiannya. Menteri Energi daii Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin tasrif mengungkapkan, pengembangan bahan bakar nabati yang renewable dan terbukti dapat meningkatkan perekonomian rakyat kecil. Ini sesuatu yang bagus dan sudah ada contohnya di beberapa negara tropis seperti di Brazil. Pengembangan jenis bahan bakar baru harus melalui serangkaian tahapan dan pengujian agar tergambar kelayakan untuk diproduksi secara massal. “Kita saat ini baru pada tahap pilot, baru akan ada scale up. Nanti baru dianalisa keekonomiannya dan selama-itu harus juga ada free marketing. Uji cobadu-lu respon dari masyarakat baik atau tidak kemudian kualitasnya bagus atau tidak dan memang harus ada tahap-tahapan seperti itu. Dan jika sudah skala besar, kita akan bangun industrinya. Pasti kita harus menuju ke sana karena kita masih punya lahan yang luas,” jelas Arifin. Sebagai informasi, Presiden RI, Joko Widodo (Jo-kowi) pada tanggal 4 November 2022 telah meluncurkan program Bioetanol Tebu Untuk Ketahanan Energi. Peresmian ini dilaksanakan di sela kunjungan kerja di pabrik bioetanol PT Energi Agro Nusantara (Enero), Kabupaten Mojokerto, jawa Timur. Sementara itu, Tim Studi bioetanol ITB telah melakukan kajian pencampuran etanol 5% ke dalam Pertalite (RON 90) menjadi kualitas sama dengan Pertamax (RON 92). Studi ITB tersebut konsisten dengan kajian pencampuran etanol 5% dengan pertalite RON 90 yang dilakukan oleh PT Pertamina. Potensi hilirisasi bioetanol berbasis tebu membuka peluang menciptakan ketahanan energi melalui pengurangan ketergantungan impor balian bakar minyak nasional, sekaligus menciptakan bauran energi baru terbarukan yang ramah lingkungan. Hasil riset ITB tersebut juga menunjukkan Indonesia telah menghemat devisa sebesar USS2.6 milyar dari substitusi impor diesel melalui program biodiesel Kelapa Sawit Di sisi lain, laporan ITB memproyeksikan Indonesia akan mengimpor hingga 35.6 juta kiloliter pa-da2040atau hampir duakali lipat dari jumlah impor bahan bakar minyak tahun 2021. Bahwa penggunaan bioetanol sebagai bahan campuran BBM dapat menurunkan impor BBM jenis bensin, menurunkan polu-tan emisi kendaraan, dan menciptakan potensi lapangan kerja di sektor pertanian dan produksi bioetanol. Manfaat lain bioetanol juga adalah potensi pengurangan emisi gas rumah kaca hingga 43% termasuk CO2, NOx dan Partikel PM2.5 dan meningkatkan bauran energi terbarukan Indonesia yang ditargetkan mencapai 23% pada tahun 2025. Penurunan emisi dapat terjadi karena etanol sebagai gasohol memiliki nilai oktan sebesar (RON) 128, sehingga pencampuran dengan bensin akan meningkatkan kadar oktan dan kualitas pembakaran\’ BBM. Untuk mendukung program subsitusi BBM ke BBN Ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral\’ (ESDM), bersama tim riset Institut Teknologi Bandung (ITB), dengan didukung oleh US Grains Council (US-GC) juga telah berhasil menyusun Peta Jalan Strategis untuk Percepatan Implementasi bioetanol di Indonesia. Kajian peta jalan yang mulai disusun sejak 2021, guna mendukung program implementasi penggunaan bioetanol pada bahan bakar untuk kendaraan bermotor dan mempersiapkan industri bioetanol di Indonesia. Sebelumnya, Kementerian ESDM, bersama tim riset Institut Teknologi Bandung (ITB), dengan didu-kungolehUSGrainsCouncil (USGC) telah berhasil menyusun Peta Jalan Strategis untuk Percepatan Implementasi bioetanol di Indo- nesia. Kajian peta jalan yang mulai disusun sejak 2021, guna mendukung program implementasi penggunaan bioetanol pada bahan bakar untuk kendaraan bermotor dan mempersiapkan industri bioetanol di Indonesia. Direktur Bioenergi Edi Wibowo mengungkapkan, “Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) November lalu telah meluncurkan program bioetanol tebu, untuk mendukung ketahanan energi, saya ingin mengucapkan terima kasih atas inisiasi tim riset ITB untuk membuat kajianpeta jalan percepatan implementasi Bioetanol, semoga kolaborasi ini terus berjalan baik sehingga program bioetanol ini bisa sesuai harapan.” Sebagaimana diketahui, pada 4 November 2022 lalu, Presiden Jokowi telah meluncurkan program Bioetanol, campuran etanol berbasis tebu untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) berjenis bensin. Hasil riset ITB menunjukkan Indonesia telah menghemat devisa sebesar US$2.6milyardarisubstitusi impor diesel melalui program biodiesel kelapa sawit. Di sisi lain, laporan ITB memproyeksikan Indonesia akan mengimpor hingga 35.6 juta kiloliter pada 2040 atau hampir dua kali lipat dari jumlah impor bahan bakar minyak tahun 2021. Bahwa penggunaan bioetanol sebagai bahan campuran BBM dapat menurunkan impor BBM jenis bensin, menurunkan polu-tan emisi kendaraan, dan menciptakan potensi lapangan kerja di sektor pertanian dan produksi bioetanol.
Gridoto.com | Selasa, 18 Juli 2023
Pemerintah Serius Kembangin Bioetanol, Ga Cuma Program Sesaat Aja
Program bioetanol bakal dikembangkan secara masif dan enggak cuma sesaat. Hal ini dipastikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Alasannya Indonesia memiliki lahan perkebunan tebu yang luas untuk dijadikan sebagai sumber dayanya. “Pengembangan bahan bakar nabati yang terbarukan dan terbukti dapat meningkatkan perekonomian rakyat kecil. Ini sesuatu yang bagus dan sudah ada contohnya di beberapa negara tropis seperti di Brazil,” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam keterangan resmi (17/7/2023). Ia melanjutkan, saat ini pengembangan bioetanol sebentar lagi memasuki pilot project untuk menghitung kualitas bahan bakar yang dihasilkan dan nilai keekonomiannya. Pasalnya, pengembangan jenis bahan bakar baru ramah lingkungan harus melalui serangkaian tahapan dan pengujian supya dipastikan layak digunakan masyarakat, serta bisa diproduksi secara massal. Menurutnya, setelah pilot project baru akan ada penambahan produksi (scale up). Kemudian diuji keekonomiannya termasuk melalui free marketing. Uji coba ini untuk mengetahui respons pasar terhadap produk tersebut. “Uji coba dulu respon dari masyarakat baik atau tidak kemudian kualitasnya bagus atau tidak dan memang harus ada tahap-tahapan seperti itu,” ujar Arifin. “Dan jika sudah skala besar, kita akan bangun industrinya. Pasti kita harus menuju ke sana karena kita masih punya lahan yang luas,” kata dia. Sementara itu, Tim Studi Bioetanol ITB telah melakukan kajian pencampuran etanol 5 persen ke dalam Pertalite (RON 90) menjadi kualitas sama dengan Pertamax (RON 92). Berdasarkan studi tersebt, potensi hilirisasi bioetanol berbasis tebu membuka peluang menciptakan ketahanan energi melalui pengurangan ketergantungan impor bahan bakar minyak nasional, sekaligus menciptakan bauran energi baru terbarukan yang ramah lingkungan. Hasil riset ITB itu juga menunjukkan Indonesia telah menghemat devisa sebesar 2,6 miliar dollar AS dari substitusi impor diesel melalui program Biodiesel kelapa sawit. Di sisi lain, Indonesia diproyeksikan akan mengimpor hingga 35.6 juta kiloliter pada tahun 2040, atau hampir dua kali lipat dari jumlah impor bahan bakar minyak tahun 2021. Dengan program bioetanol sebagai bahan campuran BBM, dapat menurunkan impor BBM jenis bensin, menurunkan polutan emisi kendaraan, dan menciptakan potensi lapangan kerja di sektor pertanian dan produksi bioetanol. Manfaat lain bioetanol juga adalah potensi pengurangan emisi gas rumah kaca hingga 43 persen termasuk CO2, NOx dan Partikel PM2,5, dan meningkatkan bauran energi terbarukan Indonesia yang ditargetkan mencapai 23 persen pada tahun 2025. Penurunan emisi dapat terjadi karena etanol sebagai gasohol memiliki nilai oktan sebesar (RON) 128, sehingga pencampuran dengan bensin akan meningkatkan kadar oktan dan kualitas pembakaran BBM.
Kompas.com | Rabu, 19 Juli 2023
Apakah Mobil Hyundai Kompatibel Minum BBM Bioetanol?
Pertamina siap meluncurkan bahan bakar minyak (BBM) terbaru, yaitu campuran Pertamax dengan nabati etanol (Bioetanol). Rencananya, BBM bioetanol bakal diposisikan lebih tinggi daripada Pertamax dan diperuntukkan bagi kendaraan bermotor. Meski begitu, Pertamina belum bisa memberikan informasi mengenai rincian jenis BBM tersebut. Kehadiran bioetanol tentu membutuhkan penyesuaian pada sektor mesin apakah bahan bakar tersebut cocok untuk mobil. Seperti yang diungkapkan oleh Astrid Ariani Wijana, Head of Marketing Department PT Hyundai Motors Indonesia (HMID). “Untuk itu nanti akan coba cek dengan tim terkait karena mekanisme bioetanol otomatis kita perlu tahu juga apa saja yang jadi formulasi dan melihat dari kesiapan kendaraan karena masing-masing punya spesifikasi mesin berbeda,” ucap Astrid di Jakarta, Senin (17/7/2023). Untuk diketahui, bioetanol merupakan salah satu bahan bakar nabati yang terbuat dari tumbuhan melalui proses fermentasi. Sebelumnya, pemerintah sudah mengedarkan Biodiesel 35 persen (B35). Biodiesel merupakan campuran bahan bakar nabati berbasis minyak kelapa sawit, yaitu Fatty Acid Methyl Esters (FAME). Namun, ternyata dibutuhkan penyesuaian pada sektor mesin agar bisa menggunakan bahan bakar tersebut. Sebab, biodiesel memiliki kandungan detergen yang bisa mengangkat kotoran yang ada di sistem bahan bakar sehingga terkumpul di filter. Hal ini menyebabkan masa pakai filter akan lebih pendek. Hadirnya bioetanol juga tentu membutuhkan penyesuaian pada sektor mesin. Utamanya agar cocok dengan mobil yang diperuntukkan bagi pasar Indonesia.
Kompas.com | Rabu, 19 Juli 2023
Video Marquez Jadi Sopir, Pakai Honda Civic Type R dengan Biofuel
Marc Marquez turut tampil dalam video kampanye Repsol tentang biofuel. Pebalap Repsol Honda tersebut menjadi sopir dengan mengendarai Civic Type R di Spanyol. Untuk diketahui, MotoGP akan mulai menggunakan bahan bakar non-fosil mulai 2024 sebesar 40 persen. Kemudian di 2027, akan ditingkatkan menjadi seratus persen bahan bakar non fosil. Tidak ada karbon yang dihasilkan dari pembakaran tersebut. Untuk itu, beberapa perusahaan mulai mengembangkan bahan bakar non fosil. Repsol juga melakukan tes dengan Marc Márquez di atas RC213V-S pada November 2022 Si sirkuit Jarama, yang dikembangkan di Technology Lab perusahaan minyak Spanyol tersebut. Dikutip dari Speedweek.com, Rabu (19/7/2023), Civic Type R yang dikendarai oleh Marquez daam video tersebut juga diisi dengan bahan bakar non-fosil. Untuk mempromosikan bahan bakar non-fosil, Repsol mengirim juara dunia delapan kali tersebut melewati jalanan Madrid dengan Honda Civic Type R. Mobil tersebut telah diisi dengan bahan bakar 100 persen terbarukan. Meski menggunakan bahan bakar non fosil 100 persen, tapi tidak ada ubahan yang dilakukan pada mesin Civic Type R. Bahan bakar ini dibuat dari bahan baku alternatif seperti minyak goreng bekas, limbah pertanian dan kehutanan, serta lemak hewan. Keuntungannya adalah bahwa mesin yang ada saat ini maupun jaringan distribusi dan SPBU yang ada tidak perlu dimodifikasi. Oleh karena itu, selain elektrifikasi dan hidrogen, bahan bakar ini merupakan alternatif nyata untuk dekarbonisasi. Menurut Repsol, bahan bakar terbarukan adalah landasan utama strategi perusahaan untuk mendorong dekarbonisasi dalam transportasi dan mencapai tujuannya untuk menjadi perusahaan tanpa emisi pada tahun 2050.