Pemerintah Keluarkan Aturan Standar BBM Nabati
Metrotvnews.com | Selasa, 25 Juli 2023
Pemerintah Keluarkan Aturan Standar BBM Nabati
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 252.K/HK.02/DJM/2023 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Minyak Jenis Bensin (Gasoline) RON 95 dengan Campuran Bioetanol 5 persen (E5) yang Dipasarkan di Dalam Negeri. Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi menegaskan bahwa Keputusan Dirjen Migas tersebut menetapkan dan memberlakukan ketentuan standar dan mutu (spesifikasi) minyak bensin dengan angka oktan (RON) 95 (E0) dan 5 persen bahan bakar nabati jenis bioetanol (E100). “Kepdirjen ini menetapkan dan memberlakukan ketentuan standar dan mutu bensin dengan RON 95 dan campuran 5 persen Bioetanol. Spesifikasinya ditetapkan sesuai dengan yang tercantum pada lampiran Kepdirjen tersebut. Salah satunya diatur angka oktan (RON) minimal 95,” ujar Agung dikutip dari laman Kementerian ESDM, Selasa, 25 Juli 2023. Sesuai yang ditetapkan pada Kepdirjen tersebut, standar dan mutu (spesifikasi) bahan bakar minyak jenis bensin murni (E0) dengan angka oktan (RON) 95 mengacu pada Lampiran II Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 110.K/MG.01/DJM/2022 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Minyak Jenis Bensin (Gasoline) RON 91 dan RON 95 yang Dipasarkan di Dalam Negeri. Sementara standar dan mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Nabati jenis Bioetanol (E100) mengacu pada Keputusan Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Nomor 95.K/EK.05/DJE/2023 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Nabati Jenis Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Lain yang Dipasarkan di Dalam Negeri. Sejalan dengan Keputusan Dirjen tersebut, PT Pertamina (Persero) resmi meluncurkan produk Bahan Bakar Minyak (BBM) baru RON 95 dengan campuran Bioetanol yang berasal dari molases tebu singkong. Sebelumnya, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana juga menyebutkan uji coba produk BBM baru tersebut akan mulai diberlakukan di bulan Juli tahun ini. Dadan juga mengatakan bahwa Kementerian ESDM sudah melakukan kajian sejak 2008 lalu, untuk memastikan pencampuran antara BBM dengan Bioetanol bisa berjalan. “Kita sudah lama supaya itu bisa berjalan, dari tahun 2008 sudah mulai ada kajian uji coba, dan sempat berjalan namun keekonomian tidak masuk, kemudian berhenti. Nah sekarang karena presiden meminta untuk berjalan, kan Perpres sudah ditandatangani, untuk itu mudah-mudahan ini di awal Juli kita bisa melaksanakan (komersialisasi) untuk wilayah yang terbatas,” tutur Dadan.
https://www.metrotvnews.com/
Sawitindonesia.com | Selasa, 25 Juli 2023
Pertamax Green 95 Menggunakan Bioetanol sebanyak 5%.
PT Pertamina (Persero) melalui Subholding Commercial & Trading yaitu PT Pertamina Patra Niaga hari ini memperkenalkan produk bahan bakar kendaraan (BBK) baru yaitu Pertamax Green 95. Pengenalan produk baru tersebut dilakukan untuk pertama kalinya secara resmi ke masyarakat di hari ini Senin 24 Juli 2023 serentak di Jakarta dan Surabaya. Pertamax Green 95 adalah BBK ramah lingkungan yang menggunakan bahan baku terbarukan yaitu Bioetanol sebanyak 5%. Pertamina melalui sinergi BUMN bekerjasama dengan PT Energi Agro Nusantara yang merupakan anak usaha PT Perkebunan Nusantara X (Persero) untuk menyediakan bahan baku Bioetanol dari molases tebu yang diproses menjadi etanol fuel grade. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyampaikan bahwa produk baru ini merupakan langkah nyata Pertamina dalam mendukung capaian target Net Zero Emission (NZE) 2060. “Produk ini adalah produk BBK hijau yang ramah lingkungan karena menggunakan bioetanol dari molases tebu. Ini merupakan implementasi dari salah satu pilar transisi energi Pertamina dalam mendukung transisi energi nasional dengan penggunaan campuran bahan bakar nabati,” ujar Nicke. Lebih lanjut Nicke menjelaskan bahwa pengembangan produk Pertamax Green 95 juga berhasil melibatkan petani tebu hingga lebih dari 9000 orang. Pemasaran produk ini pada tahap awal dilakukan di 10 SPBU di Surabaya dan 5 SPBU di Jakarta. “Semoga kehadiran produk baru Pertamina yaitu Pertamax Green 95 diharapkan dapat memberikan multiplier effect bagi perekonomian Indonesia, sekaligus menjadi peluang penetrasi pasar global yang luas bagi perusahaan dan produk BUMN,” ungkap Nicke. VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menyampaikan harapannya agar produk baru ini dapat diterima masyarakat agar bersama-sama dapat mendukung program pemerintah dalam mencapai target NZE 2060. “Kami mengajak masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam mendukung transisi energi dan target NZE pemerintah Indonesia dengan ikut menggunakan BBK ramah lingkungan, salah satunya dengan menggunakan Pertamax Green 95 ini,” jelas Fadjar. Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDG’s). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.
https://sawitindonesia.com/
Bisnis.com | Selasa, 25 Juli 2023
Pertamina Siap Ekspansi Penjualan Pertamax Green 95 ke Seluruh Pulau Jawa
PT Pertamina Patra Niaga resmi menjual Pertamax Green 95 di 15 SPBU yang tersebar di Jakarta dan Surabaya mulai Senin (24/7). Optimistis produknya laku, Pertamina pun berniat terus memperluas distribusi produk ini ke seluruh Pulau Jawa dalam periode setahun ke depan. Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan menjelaskan untuk pengembangan produk Pertamax Green ini, pihaknya telah menjual di 15 SPBU dengan perincian 5 SPBU di Jakarta dan 10 di Surabaya. “Kami menargetkan dalam waktu 12 bulan produk ini bisa mencakup seluruh pulau Jawa. Sekarang fokus di dua kota dahulu Jakarta dan Surabaya. Lalu pengembangan di kota-kota berikutnya. Setelah itu akan ke luar Jawa juga,” ujarnya acara peluncuran Pertamax Green di SPBU MT Haryono, Senin (24/7). Riva optimistis, produk ini akan diminati masyarakat khususnya pecinta Pertamax Series karena menawarkan opsi lain terhadap produk dengan campuran nabati yakni bioethanol 5% dari molases atau tetes tebu. Dia merasa, produk Pertamax Green perlu ditambahkan dalam portofolio BBM Pertamina karena kemungkinan ada masyarakat yang memerlukan produk gasoline di atas RON 92. “Jadi kita siapkan, prinsipnya Pertamina memberikan range produk yang lengkap. Selain itu juga turut mensukseskan net zero emission (NZE) di 2060 untuk mendukung transisi energi,” tegasnya. Sebagai awalan, Pertamina menargetkan penjualan Pertamax Green sebanyak 400 kilo liter (KL) perhari di Jakarta dan Surabaya. Namun sejatinya, Riva melihat, potensi penjualan gasoline RON 95 cukup besar yakni di kisaran 700 liter hingga 1.000 KL per hari. “Jadi kami memang menargetkan di angka itu,” tandasnya. Direktur Perencanaan & Pengembangan Bisnis Pertamina Patra Niaga, Harsono Budi Santoso menambahkan bahan baku ethanol untuk pengembangan distribusi produk Pertamax Green 95 dipastikan aman. Budi memaparkan, saat ini dari produsen ethanol mempunyai kapasitas produksi 30.000 KL per tahun dan yang akan terpakai untuk Pertamax Green 95 saat ini sekitar 12.000 KL. Artinya, masih ada lebih dari 50% kapasitas ethanol yang belum dimanfaatkan. “Jadi, sejauh ini dari sisi kapasitas supply itu sangat mencukupi,” ujarnya dalam kesempatan yang sama. Saat ini Pertamina Patra Niaga, memproyeksikan permintaan Pertamax Green 95 di Pulau Jawa saja bisa mencapai lebih dari 90.000 KL per tahun, dan kebutuhan ethanol untuk proyeksi ini adalah sebesar 4.800 hingga 5.000 KL per tahunnya. Lantas untuk memenuhi proyeksi permintaan tersebut, saat ini Pertamina Patra Niaga bekerjasama dengan PT Energi Agro Nusantara atau Enero, anak usaha dari PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X untuk menyuplai ethanol yang digunakan sebagai bahan untuk blending Pertamax Green 95. Untuk memastikan pengembangan Pertamax Green 95 ini bisa berjalan dengan maksimal, pihaknya meminta dukungan Pemerintah dalam hal regulasi yang mendorong pemanfaatan bioethanol, misalkan penetapan cukai ethanol hingga pengaturan formula harga jual.