Peningkatan Ekspor Oleokimia Terbantu Hambatan yang Minim

| News
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

 

Republika.co.id | Kamis, 9 September 2021

Peningkatan Ekspor Oleokimia Terbantu Hambatan yang Minim

Kinerja ekspor Oleokimia yang terus meningkat salah satunya didukung oleh minimnya hambatan di negara tujuan ekspor. Hal itu pun memberikan peluang yang masih cukup luas untuk terus menggenjot ekspor oleokimia dari Indonesia. Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Kementerian Perdagangan, Asep Asmara, menjelaskan, sebagian besar produk sawit asal Indonesia terbebas hambatan perdagangan seperti penghentian pengenaan bea masuk antidumping (BMAD) untuk produk fatty alcohol di Uni Eropa. “Kami optimistis masih bisa meningkat karena ada beberapa hambatan yang diselamatkan,” kata Asep dalam webinar, Kamis (9/9). Asep menyampaikan, dari total 3,82 juta ekspor oleokimia Indonesia kurun waktu Januari-Juli 2021, fatty acid mendominasi atau sekitar 58 persen dari total ekspor oleokimia. Selanjutnya diikuti, ekspor dalam bentuk glycerol sebesar 21 persen, fatty alcohol 11 persen, dan sabun 8 persen. Sementara, produk biodiesel hanya berkontribusi 2 persen dari total ekspor oleokimia. Adapun pangsa pasar utama ekspor oleokimia yakni China, Belanda, India, Malaysia, dan Amerika Serikat. Asep mengatakan, upaya peningkatan dan perluasan ekspor akan terus dilakukan melalui perwakilan perdagangan RI di negara mitra. “Ada lagi yang kita kembangkan ke negara-negara lain untuk ekspor, negara yang memang dianggap potensial. Kita tentunya terus melakukan pendekatan dan melihat pasar melalui perwakilan kita di luar negeri. Itu yang jadi concern Kemendag dalam penetrasi pasar selain ke negara tujuan utama,” paparnya. Ketua Umum Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) Rapolo Hutabarat menilai, hingga saat ini pelaku ekspor tidak menemui hambatan besar bagi ekspor produk oleokimia. Kecuali, untuk produk biodiesel yang dikenai tuduhan subdisi dan dumping di Uni Eropa dan Amerika Serikat. Ia optimistis peluang untuk meningkatkan ekspor oleokimia masih sangat terbuka. Pasalnya, sumber daya minyak sawit masih tersedia besar didukung oleh teknologi yang semakin berkembang.

https://republika.co.id/berita/qz5trf370/peningkatan-ekspor-oleokimia-terbantu-hambatan-yang-minim

 

 

Suara.com | Kamis, 9 September 2021

Pesawat Berbahan Bakar Campuran Minyak Sawit Sukses Jalani Uji Terbang

Uji terbang pesawat perdana CN235-220 yang memakai bahan bakar campuran minyak inti sawit 2,4 persen dengan nama produk Bioavtur J2.4 sukses dilakukan oleh tim penguji pesawat dari PT Dirgantara Indonesia (Persero). Manager Proyek Eko Budi Santoso mengatakan uji terbang dilakukan pada ketinggian 10.000 kaki dengan lama terbang 1 jam 20 menit sesuai tes squence di sekitar Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. “Hari ini telah dilaksanakan uji terbang pertama pesawat CN 235-220 FTB yang menggunakan bahan bakar bioavtur di engine kanan,” ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Kamis (9/9/2021). Eko mengungkapkan uji terbang berjalan sangat baik tanpa ada gangguan mesin. Saat ini, kondisi mesin masih bisa beroperasi secara normal. Setelah pengujian hari ini, Jum’at besok, tim akan melakukan uji terbang pada ketinggian 16.000 kaki. “Alhamdulillah test flight perdana lancar dan sukses. Kami belum menganalisa efisiensi bioavtur, umumnya kalau pakai Avtur Jet A-1 per jam sekitar 225-250 liter,” ungkap Eko. Sementara itu Pilot Tim Penguji Kapten Adi Budi Atmoko mengatakan bahwa uji terbang telah terlaksana 100 persen dengan hasil seluruhnya dalam keadaan normal dan masuk ke dalam limitasi tidak ada engine surge atau flameout. Dia menjelaskan pengujian diawali start engine kiri dan kanan semua parameter mesin normal, kemudian dilanjutkan taxi dan take-off menuju area uji Sukabumi dengan ketinggian 10.000 kaki. Tes dilanjutkan dengan melakukan engine parameter test dari flight idle sampai maximum cruise power, semua dalam keadaan normal tidak ada ubnormality. Kemudian tim juga melakukan pengujian akselerasi dan decelerasi power dengan hasil semua engine data antara kiri dan kanan menunjukkan relatif sama. Artinya, tidak ada perbedaan antara engine kiri yang tangkinya diisi bahan bakar Jet A1 dan kanan yang diisi dengan bioavtur. “Setelah rangkaian tes dilakukan, engine dimatikan dan setelah diketahui engine dalam keadaan normal, dilaksanakan start engine kembali yang hasilnya bagus sampai engine stabilize lagi,” ujar Adi.

https://www.suara.com/tekno/2021/09/09/215242/pesawat-berbahan-bakar-campuran-minyak-sawit-sukses-jalani-uji-terbang

 

 

Bisnis.com | Jum’at, 10 September 2021

ISPO Industri Hilir Ditarget Selesai Akhir 2021

Kementerian Perindustrian menargetkan penyusunan Indonesia Sustainable Palm Oil System (ISPO) untuk industri hilir sawit akan selesai akhir tahun ini. Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kemenperin Emil Satria mengatakan susunan ISPO yang digawangi pemerintah dan Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) kini masih dalam pembahasan oleh para pemangku kepentingan. Aturan teknisnya nanti akan berbentuk peraturan menteri atau peraturan presiden. “Kami sudah dengan DMSI menyusun ISPO hilir, tinggal tugas kami bagaimana mengimplementasikannya ke dalam peraturan menteri atau perpres. Kami harapkan pada 2021 sudah selesai,” katanya dalam diskusi daring, Kamis (9/9/2021). ISPO saat ini masih merupakan sertifikasi yang bersifat wajib bagi semua tipe perkebunan baik milik negara, rakyat, dan swasta. ISPO pun kini sudah sejalan dengan program sertifikasi global Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Sebelumnya diketahui, penyusunan ISPO untuk industri hilir merupakan upaya pemerintah meningkatkan posisi Indonesia pada 2045 dari produsen minyak sawit terbesar di dunia menjadi raja industri hilir sawit. Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika menambahkan, hilirisasi sawit khususnya di industri oleokimia kini telah didorong oleh tren konsumen dunia pada produk terbarukan. Putu menggarisbawahi tiga hal yang dapat dilakukan untuk mendorong hilirisasi dan pengembangan industri oleokimia. Pertama, perluasan kapasitas produksi yang didorong oleh efisiensi setelah pemerintah menerapkan insentif harga gas bumi US$6/MMBTU. “Insentif harga gas bumi ini telah dirasakan kurang lebih 20 pabrik oleokimia dari 11 perusahaan industri,” ujarnya. Kedua, efisiensi bahan baku minyak sawit melalui penggunaan inustrial vegetable oil, dan ketiga, eksplorasi komersialisasi hasil industri. “Pemerintah menyediakan tax deduction sebesar 300 persen untuk penelitian-penelitian yang bisa dikomersialkan. Ini akan bisa membantu terus meningkatkan nilai dari produk oleokimia,” ujar Putu.

https://ekonomi.bisnis.com/read/20210909/257/1440303/ispo-industri-hilir-ditarget-selesai-akhir-2021

 

Harian Seputar Indonesia | Jum’at, 10 September 2021

Bioavtur, Inovasi untuk Industri Aviasi

Pertamina melakukan inovasi untuk menghadirkan inovasi energi bersih berbasis Sahan bakar nabati untuk industri aviasi nasional. Inovasi berupa Bioavtur J2.4 dilakukan dalam rangka Sustainable Development Goals (SDGs) untuk berkontribusi dalam upaya penurunan emisi karbon. Pengembangan dan riset terhadap Bioavtur J2.4dilakukan sejak 2014yang meliputi dua tahap. Tahap awalpengembangan dikelola oleh PT Kilang Pertamina Internasional unit Dumai melalui , Distillate Hydrotreating Unit (DHDT). Pada tahap kedua ditandai dengan proses Hydrodeoxyge-nation, dimana Pertamina telah berhasil memproduksi diesel biohidrokarbon yang lebih efisien. Pada 2020, unit Kilang Dumai berhasil memproduksi Diesel biohidrokarbon D-100 yang 100% berasal dari bahan baku nabati yaitu refinedbleached deodorized palm oi/(RBDPO). RBDPO adalah minyakkelapa sawit yang sudah melalui proses penyulingan untuk menghilangkan asam lemak bebas serta penjernihan untuk menghilangkan warna dan bau. Tahapan ini menjadi kunci dalam pengem-bangangreen product termasuk green diesel dan bioavtur. Bioavtur J2.4 diproduksi Kilang Pertamina Internasional unit Cilacap tersebut, mulai diujicobakan pada pesawat CN235 FTB, kemarin. “Performa Bioavtur sudah optimal, dimana perbedaan kinerjanya hanya 0,2 – 0,6% dari kinerja avturfosil. Bioavtur J2.4mengan-dungnabati2,4%. Ini merupakan pencapaian maksimal dengan teknologi katalis yang ada,” jelas Corporate Secretary Subholding Refining Petrochemical Pertamina, Ifki Sukarya dalam keterangannya di Jakarta, kemarin. Di unit kilang Cilacap, Bioavtur dihasilkan melalui bahan baku minyak inti Kelapa Sawit atau refined, bleached, anddeodorizedpalm kernel oil (RBDPKO). Kapasitas produksi Bioavtur di kilang Cilacap mencapai 8ribubarelper hari dan akan terus ditingkatkan dengan melihat kebutuhan pasar mulai 2023 nanti. Kilang Pertamina Internasional unit Cilacap memiliki kapasitas teknis mumpuni untuk mengem- bangkan Bioavtur nasional. Halini lantaran kilang Cilacap mempro-duksibahan bakar minyak (BBM) jenis aviaton turbine terbesar di Indonesia dengan angka produksi tertinggi 1.852 ribu barelsepan-jang2020. Di Unit Kilang Cilacap, pengembangan Bioavtur dilakukan di dalam treated distillate hydro treating(TDHT). Katalis merah putih untuk Bioavtur diproduksi di fasilitas milikClariant Kujang Catalyst di Cikampek dengan supervisi langsung dari team Research Technology and Innovation (RTI) Pertamina.

Di industry aviasi, Padaorgani-sasi penerbangan sipil internasional (International Civil Aviation Organization/ ICAO) sudah memutuskan untuk menerapkan skema pengurangan emisi karbon pener- bangan global sejak 2016 silam. Hal ini dilakukan ICAO untuk mencapai penurunan emisipada 2020. Penggunaan bioavtur sebagai bahan bakarpenerbangan merupakan salah satu langkah ICAO dalam mencapai target penurunan emisi. Bioavtur J2.4 yang diproduksi Pertamina tersebut, sebelumnya telah melalui pengujian statis (test cell) di Garuda Maintenance Facility (GMF) Aerosia, Tangerang padaMei2021. Pengujiangreen avtur ini merupakan komitmen PT Garuda Indonesia untuk meningkatkan pemanfaatan green avtur untuk sektor transportasi udara di Indonesia. Eangkaian pengujian green avtur telah memasuki tahap kedua pengujian statis menggunakan mesinCFM56-3. Pengujian untuk bahan bakar bioavtur J2.4 tahap kedua dilakukan sebanyak tigasiklus. Setiap siklus mengujibeberapa kondisi, antara kingroundidle, flightidle, acai dan melihat nilaibeberapa parameter seperti density (panas yang ditimbulkan mesin), vibrasi mesin, tekanan oli, dan performa. Nilai tersebut dibandingkan dengan hasil penggunaan Je t A-l dengan nilai limitasi yang diberikan manufakturmesin. Sebelum dilakukan engine testcell, terlebih dahulu dilakukan uji karakteristik bahanbakaryangakan digunakan. VP Engine Maintenance PT GMF Aero Asia.Tbk. Jatmiko Herlambang Putra dikutip dari keterangan resmi Ditjen EBTKE, Kementerian Energid an Sumber Daya MineraI(E5DM) mengatakan, fasilitas pengujian atau test cell ini telah menggunakanber-bagai mesin sejak tahun 1985. Sampai sejauh ini masih bisa dikembangkan untuk mesin genera-siberikutnya. Fasilitas test cell di GMF dapat melakukan tes hingga 100.000 pound, rata-rata 100 mesin pertahun.Beberapa mesin yang diuji pada test cell ini adalah seri FM, DES 3, DES 5, DES 7 bebe- rapa APU {auxiliary power unit) termasuk APU untukpesawat besar seperti untuk airbus 730. Sementaraitu.Sekjenlndonesia National Air Carrier Association (INACA) Bayu Sutanto mengatakan, pengembangan dan penggu-naanBioavturperlu dibicarakan dengan pabrikan mengingat ada perbedaan spesifikasi mesin karena selama ini banyak armada pesawat komersialyangmenggunakan avtur dari bahan baku fosil. “(Pertamina) perlu melakukan pembicaraan atau melibatkan pabrikan untuk bioavtur ini,” ungkapnya kepada Koran SINDO, kemarin.