Pergeseran ke Bahan Bakar Hijau untuk Masa Depan Berkelanjutan
Dengan semakin meningkatnya dampak pemanasan global akibat emisi CO2 yang terus menumpuk di atmosfer, dunia kini sepakat untuk mencapai netralitas karbon. Langkah ini dilakukan dengan mengurangi penggunaan energi fosil dan beralih ke energi terbarukan. Seperti bahan bakar hijau dan listrik, yang akan menjadi komponen penting dalam menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan. Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur BRIN, Prof Cuk Supriyadi Ali Nandar, menyatakan bahwa pergeseran global menuju dekarbonisasi mendorong pemerintah dan industri untuk mengubah pola konsumsi energi. Semua pihak diharapkan mulai beralih ke solusi yang lebih ramah lingkungan.
“Bahan bakar hijau telah berkembang pesat sebagai alternatif yang lebih menjanjikan dibandingkan fosil tradisional. Bahan bakar hijau, seperti biofuel, hidrogen, dan sintetis lainnya, diproduksi dari sumber energi terbarukan. Yang mana dapat secara signifikan mengurangi emisi karbon,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa dengan kemajuan teknologi, kini lebih efisien dan semakin kompetitif dibandingkan sumber energi konvensional.
Peran Listrik dalam Transisi Energi
Penasihat Khusus Kemenko Marves, Prof Satryo Soemantri Brodjonegoro, menegaskan pentingnya peran listrik dalam transisi menuju ekonomi rendah karbon. Listrik yang dihasilkan dari sumber energi terbarukan seperti angin, matahari, dan air, siap menggantikan bahan bakar fosil dalam berbagai sektor. Hal ini termasuk transportasi, manufaktur, dan pemanasan. Salah satu contoh yang paling menonjol adalah mobil listrik. Yang mana dapat menggantikan kendaraan berbahan bakar fosil berkat kemampuan baterainya menyimpan energi.
“Elektrifikasi industri, bersama dengan sistem penyimpanan energi dan jaringan pintar, akan membuka jalan bagi masa depan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan,” ujar Prof Satryo.
Inovasi Bahan Bakar Hijau untuk Transportasi
Unggul Priyanto, Perekayasa Ahli Utama dan Ketua Kelompok Riset Greenfuel di BRIN, juga menyoroti pentingnya adopsi bahan bakar hijau di sektor transportasi. Menurutnya, Pusat Riset Teknologi Industri Proses dan Manufaktur-BRIN berkomitmen untuk mempromosikan penggunaannya guna mendukung ambisi global mencapai netralitas karbon pada pertengahan abad ini.
Salah satu inovasi yang diusung adalah penggunaan Hydrogenated Vegetable Oil (HVO), yakni proses pembuatan bahan bakar minyak dengan memanfaatkan minyak nabati melalui hidrogenasi. Produk yang dihasilkan bisa berupa green gasoline, SAF (Sustainable Aviation Fuel), solar (green diesel), atau minyak tanah (green kerosene). HVO memiliki keunggulan dibandingkan bahan bakar nabati lainnya seperti biodiesel dan bioethanol. Green diesel, misalnya, memiliki kualitas lebih baik dengan cetane number lebih tinggi, sulfur lebih rendah, dan dapat dicampur dengan solar tanpa efek samping.
Manfaat Bahan Bakar Hijau dan Listrik
Manfaat utama dari peralihan ke bahan bakar hijau dan listrik adalah pengurangan emisi gas rumah kaca, peningkatan kemandirian energi. Selain itu, juga memberi dampak positif terhadap ekonomi dan kesehatan.
“Transisi ke bahan bakar hijau dan listrik menjadi elemen penting dalam mencapai target net zero emission pada 2060,” tambah Unggul.
Dengan inovasi berkelanjutan dan kolaborasi lintas industri, BRIN berkomitmen untuk berada di garis depan. BRIN mendorong praktik energi berkelanjutan demi masa depan yang lebih bersih dan ramah lingkungan. Mari kita terus mendukung upaya ini agar bersama-sama kita dapat mewujudkan perubahan yang lebih baik!