Petani Minta Pabrik Sawit Tetap Beroperasi

| Articles
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Urban News | Rabu, 8 April 2020

Praktisi kelapa sawit Riza Mutiara membeberkan potensi biodiesel di Indonesia. Menurutnya, dengan luasan perkebunan kelapa sawit yang ada saat ini di tanah air, Indonesia berpotensi menghasilkan 2,5 juta barel per hari biodiesel B100 Euro 5. “Biodiesel atau fatty acid methyl ester (FAME) awalnya diproduksi oleh perusahaan yang bergabung dalam Aprobi untuk pasar ekspor. Pabrik dibangun dengan kapasitas besar dekat pelabuhan dan bahan baku CPO didatangkan dari pembelian lokal. Apabila biodiesel atau FAME yang semula dibangun untuk ekspor setelah ada program B20.30 dipakai untuk lokal, dalam hal ini Pertamina akan menanggung biaya logistic yang mahal,” ungkap Riza Mutiara. Dipaparkan Riza, biodiesel harus dikirim dulu dengan transportasi khusus untuk di-blanding di lokasi Pertamina dan setelah di-blanding dengan solar 70%, B30 kembali harus didistribusikan ke seluruh indonesia. “Di sini terjadi biaya logistic berkali-kali, CPO ke pabrik biodiesel, lalu biodiesel ke blanding Pertamina, dan dari Pertamina kembali distribusi,” ungkap Riza. Menurut Riza, bila pemerintah masih tetap ingin dengan B30 karena B100 dengan Eni Italy gagal, maka konsep produksi biodiesel dan lokasi blanding Pertamina harus diubah dengan cara pabrik biodiesel dibangun oleh pengusaha dengan kapasitas kecil-kecil di semua provinsi, dan Pertamina yang mempunyai jaringan tangki di hampir seluruh Indonesia hanya perlu menambahkan fasilitas blanding.

“Dengan demikian biaya logistik sejak pembelian CPO sampai dengan distribusi menjadi sangat rendah. Biodiesel dibuat di provinsi dan dijual hanya di provinsi tersebut. Dengan cara ini tidak terjadi monopoli dan akan tumbuh investasi yang besar di setiap provinsi,” ungkap Riza. Teknologi biodiesel, menurut Riza, bukanlah teknologi tinggi dan dapat dibuat dengan kapasitas kecil-kecil. “Katalis hanya methanol, setelah itu pemurnian methanol, gliserine dan FAME. Setiap orang bisa buat biodiesel,” ungkap Riza. Riza menegaskan kembali, dengan luas kebun sawit 14.000.000 ha, pemerintah sudah harus masuk ke program B100 euro 5.”Dengan memotong ekspor CPO, Indonesia bisa membuat B100 euro 5 dengan jumlah 2.5 juta barrel per hari,” ungkap Riza. “Lowrank coal yang berlimpah bisa diubah menjadi synthetic diesel oil, 2 banding 1 synthetic diesel oil standar euro 5,” tambah Riza. Selain itu, menurut Riza, PLN di lokasi terpencil bisa digantikan dengan PLTBM atau dengan syngas engine, yang bisa menghemat impor diesel.

http://www.urbannews.id/city-government/dengan-14-juta-ha-sawit-indonesia-berpotensi-hasilkan-25-juta-barrel-per-hari-biodiesel-b100-euro-5/