Produksi Bioavtur-SAF, Kilang Pertamina Dukung Pengurangan Emisi Karbon
Beritasatu.com | Kamis, 12 Oktober 2023
Produksi Bioavtur-SAF, Kilang Pertamina Dukung Pengurangan Emisi Karbon
Pertamina melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mendukung penuh upaya pemerintah untuk percepatan implementasi energi baru terbarukan (EBT) demi pencapaian target bauran energi EBT 23 persen di 2025 dan penurunan emisi gas rumah kaca (GRK). Green Refinery merupakan inisiatif strategis Pertamina dalam mencapai target bauran EBT untuk dapat menghasilkan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dengan menggunakan bahan baku terbarukan (renewable feedstock). Sebagai salah satu entitas bisnis yang bertugas untuk menyediakan energi salah satunya avtur, KPI berkomitmen untuk menghasilkan produk avtur dengan kualitas terbaik yang memenuhi standar internasional dan juga regulator dalam negeri, salah satunya melalui produk sustainable aviation fuel (SAF) yang dikembangkan di Kilang Cilacap. Proses produk Bioavtur-SAF ini dilakukan melalui Co-Processing Ester dan Fatty Acid (HEFA), yang telah memenuhi standar internasional untuk spesifikasi Avtur ASTM D 1655, Defstan 91-91 latest issued, serta SK Dirjen Migas No.59 K Tahun 2022. Selain itu Bioavtur-SAF produksi Kilang Pertamina ini juga telah memenuhi kriteria framework secara global di antaranya CORSIA (Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation) oleh International Civil Aviation Organization, RefuelEU/Fit55 oleh Uni Eropa, EU/UK Emission Trading, Tax Credit IRA USA. Masing-masing framework tersebut memiliki persyaratan ketat dalam hal kriteria sustainability dari jenis feedstock, proses produksi sehingga pengembangan Bioavtur-SAF di Indonesia harus benar–benar melibatkan seluruh stakeholder dan sesuai dengan sumber daya yang tersedia di Indonesia misalnya dalam hal feedstock. Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman menyebut inovasi Bioavtur-SAF merupakan upaya KPI dalam menjawab tantangan bisnis dan kebutuhan pasar terkait bahan bakar terbarukan di industri penerbangan sipil sekaligus mendukung komitmen pemerintah dalam capaian target Net Zero Emission (NZE). “Salah satu faktor yang menjadi potensi terbesar untuk mengurangi emisi CO2 di industri penerbangan sipil adalah bahan bakar yaitu Bioavtur-SAF. KPI menjawab tantangan ini dengan melakukan serangkaian aktivitas capability development, know – how, research dan commercial production trial pada fasilitas produksi yang ada,” kata Taufik. Bioavtur-SAF telah berhasil melalui Uji Ground Round dan Flight Test SAF pada mesin jet CFM56-7B di Soekarno Hatta International Airport (CGK), Tangerang, Banten (4/10/2023). Hal ini menunjukkan tekad KPI untuk menjadi first mover dalam penyediaan Bioavtur-SAF di kawasan regional. Sebagaimana diketahui, untuk kawasan Regional Asia Tenggara saat ini hanya KPI yang berhasil melakukan commercial production Bioavtur hingga uji terbang. Sebelumnya produk Bioavtur J 2.4 ini sudah pernah di uji coba produksi di Kilang TDHT/Green Refinery RU IV pada periode 2020-2021 untuk keperluan uji terbang pesawat CN 235 yang teregister Militer. Dilanjutkan pada tahun 2023 ini berupa uji coba produksi untuk keperluan uji terbang pesawat komersial Garuda. “KPI telah meneguhkan komitmennya untuk menjadi leading dan pioneer dalam pengembangan drop in renewable fuel khususnya Bioavtur-SAF yang menjadi jawaban untuk dekarbonisasi industri penerbangan sipil yang dikategorikan hard to abate sector,” tambah Taufik. Dengan kerja sama dan kolaborasi seluruh stakeholder, KPI yakin bahwa produk SAF ini dapat segara dipasarkan sebagai solusi untuk program dekarbonisasi industri penerbangan. Keberhasilan Pertamina dalam melalui uji coba Ground Test dan Flight Test tidak lepas dari kolaborasi Pertamina Group melalui Research & Technology Innovation (RTI), Kilang Pertamina Internasional (KPI), dan Pertamina Patra Niaga (PPN) bersama dengan Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, ITB, APROBI (Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia), BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit), LEMIGAS, BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), Garuda Indonesia dan Garuda Facility Maintenance yang secara intensif mengawal rangkaian uji produk SAF ini. Harga Bioavtur-SAF yang relatif lebih tinggi daripada avtur fossil, dikarenakan selain sebagai komoditas produk, Bioavtur-SAF juga memiliki kelebihan yaitu Green House Gas emisi lingkup 3 yang lebih rendah daripada fossil fuel, untuk itu diperlukan kebijakan dari pemerintah dan kerja sama lintas sektor untuk komersialisasi produk ini.
Indopos.co.id | Kamis, 12 Oktober 2023
Pertamina Patra Niaga Siapkan Infrastruktur untuk Salurkan SAF di Indonesia
Setelah lolos uji statis, Sustainable Aviation Fuel (SAF) saat ini telah berhasil lolos uji ground test dan uji terbang pertamanya. Uji ground test dan uji terbang SAF ini telah dilaksanakan pada Rabu (4/10/2023) pada pesawat komersial berjenis Boeing 737-800 NG dengan nomor registrasi PK-GFX, milik maskapai Garuda Indonesia dan menunjukkan hasil yang positif. Mempersiapkan diri sebagai penyuplai SAF, Pertamina Patra Niaga juga turut andil dalam keberhasilan uji ground test dan uji terbang yang dilakukan bersama Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Perhubungan, Institut Teknologi Bandung (ITB), Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Lembaga Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Garuda Indonesia dan Garuda Facility Maintenance serta sinergi Pertamina Group yakni Research & Technology Innovation (RTI), Kilang Pertamina Internasional (KPI) dengan menyuplai 11.203 Liter SAF dalam uji tersebut. “Pertamina Patra Niaga bertanggung jawab mempersiapkan sarfas dan kompetensi tim dalam menyalurkan SAF sebagai inovasi bahan bakar aviasi yang lebih baik bagi industri penerbangan. Saat ini Pertamina Patra Niaga sudah menerima stok SAF di Soekarno Hatta Aviation Fuel Terminal & Hydrant Installation (SHAFTHI) dan menjaga agar kualitas SAF tersebut selalu on spek untuk digunakan dalam seluruh rangkaian tes,” kata Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan dalam keterangannya, Kamis (12/10/2023). Tim Peneliti PT Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri (LAPI) ITB menyatakan dari hasil uji ground test dan uji terbang SAF yang dilakukan, hasilnya positif dimana respon pesawat baik dan tidak menunjukkan perbedaan signifikan antara bahan bakar aviasi Jet-A1. “Sejak uji statis, lalu saat ini uji ground test dan uji terbang, hasil uji SAF yang disuplai dari stok Pertamina Patra Niaga menunjukkan hasil yang positif. Harapannya, bisa dilanjutkan pengembangannya bersama seluruh pihak terlibat untuk digunakan dalam penerbangan komersil, nantinya SAF akan dipasarkan melalui PT Pertamina Patra Niaga untuk industri aviasi Indonesia,” jelas Riva. Dia mengatakan SAF ini merupakan bahan bakar dengan bauran energi terbarukan dengan keunggulan salah satunya adalah lebih rendah emisi dan ramah terhadap lingkungan. Pertamina Patra Niaga juga terus mempersiapkan diri agar penyaluran SAF bisa berjalan dengan baik, mengingat penggunaan SAF sudah masuk dalam agenda transisi energi di dunia, bahkan telah digunakan di beberapa bandara oleh maskapai penerbangan. “Kesiapan menyalurkan SAF menjadi langkah Pertamina Patra Niaga menyediakan bahan bakar aviasi yang lebih baik bagi kebutuhan industri penerbangan di Indonesia. Ini juga akan menjadi langkah Pertamina grup menjalankan program transisi energi sekaligus untuk mencapai target Net Zero Emission 2060,” ungkap Riva. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyampaikan, Pertamina sebagai perusahaan energi terus berupaya untuk mengembangkan bahan bakar hijau salah satunya dengan memproduksi SAF untuk industri aviasi Indonesia. “Produk SAF merupakan hasil inovasi lintas fungsi dan subholding Pertamina, ini merupakan bukti berkomitmen untuk menjadi pemimpin dalam pengembangan renewable fuel khususnya bahan bakar pesawat terbang. Harapannya SAF bisa dapat segera dipasarkan penerbangan komersial sebagai tonggak utama pengembangan green energy di Indonesia dan berkontribusi pada program dekarbonisasi,” tuturnya.
Wartaekonomi.co.id | Kamis, 12 Oktober 2023
Kilang Pertamina Internasional Produksi Bioavtur-SAF, Apa Tujuannya?
PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mendukung penuh upaya pemerintah untuk percepatan implementasi energi baru terbarukan (EBT) demi pencapaian target bauran energi EBT 23% di 2025 dan penurunan emisi gas rumah kaca (GRK). Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman mengatakan, green refinery merupakan inisiatif strategis Pertamina dalam mencapai target bauran EBT untuk dapat menghasilkan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dengan menggunakan bahan baku terbarukan. “Sebagai salah satu entitas bisnis yang bertugas untuk menyediakan energi, salah satunya avtur, KPI berkomitmen untuk menghasilkan produk avtur dengan kualitas terbaik yang memenuhi standar internasional dan juga regulator dalam negeri, salah satunya melalui produk Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang dikembangkan di Kilang Cilacap,” ujar Taufik dalam keterangan tertulis yang diterima, Kamis (12/10/2023). Taufik mengatakan, proses produk Bioavtur-SAF ini dilakukan melalui Co-Processing Ester dan Fatty Acid (HEFA), yang telah memenuhi standar internasional untuk spesifikasi Avtur ASTM D 1655, Defstan 91-91 latest issued, serta SK Dirjen Migas Nomor 59 K Tahun 2022. Selain itu, Bioavtur-SAF produksi Kilang Pertamina ini juga telah memenuhi kriteria framework secara global, di antaranya Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) oleh International Civil Aviation Organization, Refuel EU/Fit55 oleh Uni Eropa, EU/UK Emission Trading, dan Tax Credit IRA USA. Masing-masing framework tersebut memiliki persyaratan ketat dalam hal kriteria sustainability dari jenis feedstock, proses produksi sehingga pengembangan Bioavtur-SAF di Indonesia harus benar– benar melibatkan seluruh stakeholder dan sesuai dengan sumber daya yang tersedia di Indonesia misalnya dalam hal feedstock. Taufik melanjutkan, inovasi Bioavtur-SAF merupakan upaya KPI dalam menjawab tantangan bisnis dan kebutuhan pasar terkait bahan bakar terbarukan di industri penerbangan sipil sekaligus mendukung komitmen pemerintah dalam capaian target Net Zero Emission (NZE). “Salah satu faktor yang menjadi potensi terbesar untuk mengurangi emisi CO2 di industri penerbangan sipil adalah bahan bakar, yaitu Bioavtur-SAF. KPI menjawab tantangan ini dengan melakukan serangkaian aktivitas capability development, know–how, research, dan commercial production trial pada fasilitas produksi yang ada,” ucapnya. Sebagaimana diketahui, Bioavtur-SAF telah berhasil melalui Uji Ground Round dan Flight Test SAF pada mesin jet CFM56-7B di Soekarno Hatta International Airport (CGK), Tangerang, Banten (4/10). Hal ini menunjukkan tekad KPI untuk menjadi first mover dalam penyediaan Bioavtur-SAF di kawasan regional. Sebagaimana diketahui, untuk kawasan regional Asia Tenggara saat ini hanya KPI yang berhasil melakukan commercial production Bioavtur hingga uji terbang. Sebelumnya produk Bioavtur J 2.4 ini sudah pernah diuji coba produksi di Kilang TDHT/Green Refinery RU IV pada periode 2020-2021 untuk keperluan uji terbang pesawat CN 235 yang teregister militer. Dilanjutkan pada tahun 2023 ini berupa uji coba produksi untuk keperluan uji terbang pesawat komersial Garuda. “KPI telah meneguhkan komitmennya untuk menjadi leading dan pioir dalam pengembangan drop in renewable fuel, khususnya Bioavtur-SAF yang menjadi jawaban untuk dekarbonisasi industri penerbangan sipil yang dikategorikan hard to abate sector,” jelasnya. Dengan kerja sama dan kolaborasi seluruh stakeholder, KPI yakin bahwa produk SAF ini dapat segera dipasarkan sebagai solusi untuk program dekarbonisasi industri penerbangan. Keberhasilan Pertamina dalam melalui uji coba Ground Test dan Flight Test tidak lepas dari kolaborasi Pertamina Group melalui Research & Technology Innovation (RTI), Kilang Pertamina Internasional (KPI), dan Pertamina Patra Niaga (PPN) bersama dengan Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, ITB, Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), LEMIGAS, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Garuda Indonesia, dan Garuda Facility Maintenance yang secara intensif mengawal rangkaian uji produk SAF ini. Harga Bioavtur-SAF yang relatif lebih tinggi daripada avtur fosil dikarenakan selain sebagai komoditas produk, Bioavtur-SAF juga memiliki kelebihan, yaitu Green House Gas emisi lingkup 3 yang lebih rendah daripada fossil fuel, untuk itu diperlukan kebijakan dari pemerintah dan kerja sama lintas sektor untuk komersialisasi produk ini. “Pengembangan ini menunjukkan komitmen Kilang Pertamina dalam mencapai tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 7, yakni ‘Energi Bersih dan Terjangkau’ serta sejalan dengan komitmen Kilang Pertamina dalam menjaga ketahanan energi nasional dan mendukung Net Zero Emission (NZE) 2060,” ungkapnya. Kilang Cilacap telah memiliki Green Refinery sejak Februari 2022 yang dapat memproduksi produk rendah emisi gas rumah kaca. Green Refinery RU IV Cilacap telah mendapatkan pengakuan sertifikat International Sustainability Carbon Certification (ISCC) yang membuktikan terpenuhinya seluruh persyaratan internasional terkait sustainability produknya. Produk utama Green Refinery RU IV Cilacap adalah Green Diesel yang diproduksi dari bahan baku 100% renewable dengan kandungan sulfur lebih baik dari Euro V dengan kapasitas produksi 2500 BPD. Selain Green Diesel, Green Refinery RU IV Cilacap juga berhasil memproduksi Bioavtur-SAF dengan kandungan renewable 2,4% dan kapasitas sembilan BPD melalui metode co-processing. Produk Bioavtur-SAF ini bila digunakan oleh airline berpotensi menurunkan emisi karbon industri penerbangan sebesar 22 ribu ton CO2e per tahun. PT KPI merupakan anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang menjalankan bisnis utama pengolahan minyak dan petrokimia sesuai dengan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG). PT KPI juga telah terdaftar dalam United Nations Global Compact (UNGC) dan berkomitmen pada Sepuluh Prinsip Universal atau Ten Principles dari UNGC dalam strategi operasional sebagai bagian dari penerapan aspek ESG. PT KPI akan terus menjalankan bisnisnya secara profesional untuk mewujudkan visinya menjadi perusahaan kilang minyak dan petrokimia berkelas dunia yang berwawasan lingkungan, bertanggung jawab sosial, serta memiliki tata kelola perusahaan yang baik.
BERITA BIOFUEL
Neraca.co.id | Kamis, 12 Oktober 2023
Berkat Biodiesel, Emisi Turun 27,8 Juta CO2e Sepanjang 2022
Pemerintah berkomitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sesuai kesepakatan global yang tercantum dalam dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (E-NDC) untuk mengurangi emisi GRK sebanyak 32% atau 358 juta ton CO2 dengan usaha sendiri dan sebesar 41% atau sebanyak 446 juta ton CO2 dengan bantuan dunia internasional pada tahun 2030. Untuk mengejar target tersebut, berbagai program telah dilaksanakan pemerintah, salah satunya ialah pemanfaatan biomassa sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil yang memiliki dampak menghasilkan emisi gas buang. Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priaadi mengatakan, “bahwa biomassa sebagai salah satu sumber energi berbasis energi baru terbarukan memegang peranan penting dalam program dekarbonisasi menuju emisi nol bersih.” Yudo menjelaskan, salah satu produk biomassa ialah biodiesel, yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar diesel untuk kendaraan. “Biodiesel menawarkan sebagai campuran bahan bakar yang lebih bersih dan ramah lingkungan daripada bahan bakar fosil konvensional, sehingga mengarah kepada pengurangan emisi gas rumah kaca dan polusi udara secara signifikan,” jelas Yudo. Implementasi bodiesel di Indonesia, papar Yudo, telah berjalan selama lebih dari 17 tahun dan menjadikan Indonesia sebagai pelopor dalam pemanfaatan biodiesel, yang pada bulan Februari 2023 lalu, program mandatory campuran Biodiesel ke bahan bakar fossil telah diimplementasikan secara nasional, dengan persentase sudah mencapai 35% atau B35 dan terus akan ditingkatkan hingga mencapai B100. Lebih lanjut, Yudo menjelaskan bahwa sepanjang tahun 2022, program mandatori biodiesel B30 berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 27,8 juta CO2e dengan alokasi kuota biodiesel sebanyak 11 juta Kilo Liter (KL), dengan nilai ekonomi mencapai lebih dari 10 miliar USD. “Sedangkan pada tahun 2023, kuota biodiesel ditetapkan sebesar 13,15 juta kL dan diharapkan nilai manfaat dari program ini dapat mencapai lebih dari 11,2 milyar USD,” terang Yudo. Lebih lanjut, transisi energi nasional, saat ini terus digencarkan di Indonesia sebagai langkah pemanfaatan energi yang lebih baik, tak terkecuali di sektor bahan bakar kendaraan. Tidak dapat dipungkiri, mayoritas kendaraan saat ini masih menggunakan bahan bakar minyak (BBM) atau energi fosil, dan permintaannya pun sangat tinggi. Melihat kebutuhan yang masih sangat tinggi, Pertamina Patra Niaga, bersama dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian melihat peluang mendorong penggunaan campuran bahan bakar nabati atau biofuel, salah satunya Biodiesel. Selama kurun waktu 7 tahun terakhir, tingkat pencampuran Biodiesel terus ditingkatkan, sejak Februari 2023 baurannya ditetapkan sebesar 35% atau B35. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebut implementasi Biodiesel sangat berdampak positif. Pada tahun 2022, penyaluran 10.5 juta Kilo Liter (KL) B30 atau bauran nabati sebesar 30% berdampak positif terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca sekitar 27,8 juta ton CO2, belum lagi dari segi menghemat devisa negara hingga USD 8.34 Milyar dan penyerapan tenaga kerja lebih dari 1.3 juta orang. “Kita tingkatkan mandatori Biodiesel dan ini sebagai subtitusi bahan bakar Solar yang digunakan di mesin diesel, dan juga membawa Indonesia dengan energi yang ramah lingkungan. Pemerintah mendorong BUMN seperti Pertamina dan PLN untuk menggunakan produk yang lebih sustainable dan mendorong ini sebagai Key Performance Indicator pada direksi yang bergerak di bidang energi,” ungkap Airlangga. Berkaca dari implementasi B30, B35 diharapkan dapat memberikan dampak yang makin signifikan terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca, diproyeksikan bahkan mengurangi hingga 34.9 juta ton CO2 dari perkiraan penyerapan B35 sebesar 13.15 juta KL. Pertamina Patra Niaga menyambut baik program Biodiesel ini. Per Agustus 2023, 119 Terminal BBM yang dikelola oleh Pertamina diseluruh wilayah Indonesia sudah mendistribusikan B35 untuk dapat dikonsumsi oleh kendaraan masyarakat. Sesuai dengan roadmap penyaluran B35 di 2023, Pertamina Patra Niaga telah menyesuaikan penyaluran B35 diseluruh Terminal BBM yang dikelola, jadi 100% SPBU di seluruh Indonesia telah menyediakan B35. Selain penyaluran ke SPBU, B35 juga disalurkan bagi konsumen atau mitra industri strategis Pertamina sebagai upaya memaksimalkan program bahan bakar nabati yang dijalankan di Pertamina Patra Niaga.
https://www.neraca.co.id/
Harian Kontan | Kamis, 12 Oktober 2023
Minyak Menanjak, BiayaOperasional Melonjak (Kenaikan harga BBM berdampak terhadap biaya operasional tambang batubara)
Kenaikan harga minyak dunia belakangan ini berdampatk pada meningkatnya beban operasional pelaku usaha sektor pertambangan dan pelayaran. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi jenis Dexlite (biodiesel), misalnya, berdampak pada beban operasional pertambangan batubara saat ini. Pasalnya, pelaku usaha sudah diwajibkan menggunakan biodiesel 35% (B35) sebagai bahan bakar alat berat untuk operasional tambangnya. Sebagai informasi, Pertamina mengumumkan kenaikan harga BBM per 1 Oktober 2023. Harga Dexlite naik menjadi Rp 17.200 per liter hingga Rp 17.900 per liter sesuai wilayah, dari sebelumnya di kisaran Rp 16.350 per liter. Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia mengatakan, biaya bahan bakar berkontribusi sekitar 30%-35% terhadap biaya operasional tambang batubara. “Dengan kenaikan bahan bakar harga saat ini akan menambah beban tambahan biaya 2%-3%. Apalagi, pelaku usaha diwajibkan mengguna- kan B35,” ujarnya saat dihubungi KONTAN, Rabu (11/10). Untuk menekan biaya operasional, perusahaan tambang batubara fokus melakukan efisiensi. Salah satunya dengan mengoperasikan alat berat sesuai dengan target produksi. Namun demikian, kenaikan harga BBM belum berdampak pada target produksi barubara di tahun ini. Hanya saja keuangan pengusaha tambang batubara cukup terbebani. Apalagi ditambah dengan beberapa kewajiban tambahan dari pemerintah. Pengusaha tambang mengeluhkan, saat ini kondisi finansial banyak perusahaan tambang, terutama skala kecil dalam kondisi kurang baik karena margin terpangkas. “Beban operasional yang semakin tinggi. Selain tingginya tarif royalti, juga ada ada kewajiban penempatan 30% dari DHE sumber daya alam (SDA) selama minimal tiga bulan. Itu semua menambah beban,” ujarnya.
Sektor pelayaran
Selain sektor pertambangan batubara, sektor pelayaran juga terpapar kenaikan harga BBM. Ketua Indonesian National Shipowners Association (INSA), Carmelita Hartoto berharap, kenaikan harga minyak mentah tidak diikuti kenaikan harga BBM subsidi. Menurutnya, kenaikan harga BBM subsidi bisa menambah beban biaya operasional pelayaran, terutama pada angkutan penumpang yang memang menggunakan BBM subsidi. Pasalnya, komponen biaya BBM mencapai terhadap total biaya operasional kapal. Itu sebabnya, kenaikan harga BBM bakal diikuti kenaikan tarif angkutan (freight) pelayaran. Perusahaan pelayaran pasti akan melakukan penghitungan tilang beban biaya operasional, agar kondisi keuangan perusahaan tidak merugi. “Kami harap BBM tidak naik. Tapi, walaupun naik agar ada penyesuaian tarif yang semoga bisa dimengerti para stakeholder, bahwa beban biaya terkerek naik kalau BBM di dalam negeri naik,” ujar Carmelita, kemarin.