Program B35 Hemat Emisi 34,9 juta ton CO2e

| News
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Sawitindonesia.com | Rabu, 15 Februari 2023

Program B35 Hemat Emisi 34,9 juta ton CO2e

Pemerintah telah menetapkan kewajiban pencampuran Bahan Bakar Nabati (BBN) kedalam Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis minyak solar sebesar 35% (B35) mulai tanggal 1 Februari 2023. Program ini membantu pemerintah dari aspek ekonomi dan lingkungan. “Program biodiesel ini bukan semata-mata program Kementerian ESDM untuk menggunakannya sebagai bahan bakar, tapi juga bagaimana mendorong sawit di Indonesia dapat memberikan manfaat secara luas untuk perekonomian nasional maupun secara khusus untuk petani,”  tutur Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Dadan Kusdiana saat menyampaikan sambutan dalam kegiatan Sosialisasi Implementasi B35 dan Hasil Uji Jalan B40 pada 12 Januari 2023. Saat program implementasi biodiesel didesain, lanjut Dadan, harga Crude Palm Oil (CPO) berada pada kisaran 275 USD per ton dan terus meningkat seiring dengan peningkatan sawit karena implementasi biodiesel. “Bagaimana supaya  kita bisa angkat harga sawit ini karena harga sawit akan otomatis nanti transfer keharga TBS (tandan buah segar) sawit di petani. Selain itu, kita masih impor solar meskipun grafiknya makin menurun. Ini menjadi salah satu terobosan dan bukti hasil penelitian dan pengembangan dapat diimplementasikan dan memberikan manfaat yang demikian luas,” imbuhnya. TBS adalah buah kelapa sawit setelah dilepas dari tandan, yang kemudian diolah dan diproses menjadi produk utama berupa minyak sawit mentahatau CPO dan minyak inti sawit atau PKO. Selain mendorong permintaan terhadap sawit, Pemerintah juga mendorong penyebaran pembangunan pabrik pengolahan CPO menjadi biodiesel. “Sekarang banyak pabrik yang didirikan untuk mengolah CPO menjadi biodiesel, di wilayah Sumatera hingga Sulawesi. Saat ini kami sedang mendorong pembangunan pabrik di Papua untuk mendorong permintaan dan penyebaran di wilayah Papua,” kata Dadan sebagaimana dikutip dari laman Ditjen EBTKE Kementerian ESDM. Saatini Indonesia bersiap melaksanakan implementasi peningkatan persentase pencampuran bahan bakar nabati jenis biodiesel kedalam bahan bakar minyak jenis minyak solar dari sebesar 30% (B30) menjadi sebesar 35% (B35) mulai 1 Februari 2023. “Januari masih tetap B30. Mulai Februari depan seluruh pengiriman dari biodiesel ini menggunakan spek B35. Jadi Bapak Ibu selaku pengguna nanti tidak perlu khawatir. Kita pastikan kualitas produksi dan penanganan dari mulai transportasi sampai pencampuran penanganan baik secara terus menerus. Selama kita menaikkan campuran, selalu diikuti dengan peningkatan spek. Kita tekankan moto biodiesel jangan sampai menjadi pengotor,” ujar Dadan. Lebih lanjut Dadan mengungkapkan, dengan diberlakukannya B35, Indonesia akan semakin dapat mengendalikan impor solar. Untuk pelaksanaan program B35 pada 2023, ditargetkan penyaluran biodiesel mencapai 13,15 juta kL per tahun atau 226 ribu barel per hari. Penghematan devisa diperkirakan mencapai sekitar USD 10,75 Miliar atau setara dengan Rp161 Triliun, penyerapan tenaga kerja sebanyak 1.653.974 orang dan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 34,9 juta ton CO2e.

https://sawitindonesia.com/program-b35-hemat-emisi-349-juta-ton-co2e/

 

 

Wartaekonomi.co.id | Rabu, 15 Februari 2023

Kementerian ESDM Siap Jaga Kualitas Mutu B30 dan B35

Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM memastikan Bahan Bakar Nabati pada B35 memiliki keunggulan dibanding pendahulunya, yaitu B30.  Kepala Lemigas Ariana Soemanto mengatakan, sejak diterapkan pada 1 Februari 2023 lalu, Lemigas terus mengkaji secara komprehensif beberapa aspek seperti higroskopis, efek pelarutan, stabilititas oksidasi, dan potensi prespitasi dan menunjukkan B35 telah lolos uji kualitas mutu. “Penggunaan aditif untuk bahan bakar campuran B35 dapat dilakukan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas bahan bakar tersebut, seperti aditif jenis cold-flow improver atau CFI yang digunakan untuk memperbaiki karakteristik bahan bakar B35,” ujar Ariana dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (15/2/2023).  Ariana mengatakan, untuk melihat kemungkinan penyumbatan filter telah dilakukan uji dan analisis menggunakan sistem filtrasi di antaranya Filter Blocking Tendency (FBT) dan Particle Sizing and Counting (Cleanliness) yang dilakukan di Laboratorium Bahan Bakar dan Aviasi Aplikasi Produk Lemigas. Adapun hasil pengujian yang dicatat berupa jumlah partikel pada setiap ukuran kurang dari 4 um, kurang dari 6 um, dan kurang dari 14 um, serta kode cleanliness yang mengacu pada ISO 4406.  “Kedua parameter uji digunakan sebagai evaluasi kualitas mutu bahan bakar pada kinerja sistem filtrasi dan potensi pemblokiran filter,” ujarnya.  Lanjutnya, pengujian Filter Blocking Tendency mengacu metode standar ASTM D2068 dengan menghitung tekanan dan laju alir bahan bakar yang menunjukkan nilai potensi pemblokiran filter. Sementara itu, pengujian cleanliness mengacu metode standar ASTM D7619 dengan menghitung jumlah dan ukuran partikel terdispersi, tetesan air, dan partikel lainnya pada bahan bakar ringan dan menengah serta biodiesel dan campuran biodiesel menggunakan automatic particle counter. Guna menjaga stabilitas dan peningkatan kualitas mutu bahan bakar, pengujian biodiesel harus terus diterapkan menuju perbaikan mutu kualitas bahan bakar, serta sistem penanganan dan penyimpanan bahan bakar.  “Laboratorium uji Lemigaa siap terus mendukung melalui layanan pengujian kualitas mutu bahan bakar dalam program pemanfaatan biodiesel,” tutupnya.

https://wartaekonomi.co.id/read480504/kementerian-esdm-siap-jaga-kualitas-mutu-b30-dan-b35

 

 

Wartaekonomi.co.id | Rabu, 15 Februari 2023

LEMIGAS Siap Jaga Kualitas Mutu B30 dan B35 Berbasis Sawit

Pemerintah tetap mengawasi kualitas FAME (Fatty Acid Methyl Ester) yang menjadi bauran bahan bakar solar dalam program B35. Sejak diterapkan pada 1 Februari 2023 lalu, Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS Ditjen Migas Kementerian ESDM terus mengkaji secara komprehensif beberapa aspek seperti higroskopis, efek pelarutan, stabilititas oksidasi, dan potensi prespitasi serta menunjukkan B35 telah lolos uji kualitas mutu. “Penggunaan aditif untuk bahan bakar campuran B35 dapat dilakukan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas bahan bakar tersebut, seperti aditif jenis Cold-Flow Improver atau CFI yang digunakan untuk memperbaiki karakteristik bahan bakar B35,” ungkap Kepala LEMIGAS, Ariana Soemanto, dilansir dari resmi laman Ditjen EBTKE, Rabu (15/2). Di samping itu, untuk melihat kemungkinan penyumbatan filter telah dilakukan uji dan analisis menggunakan sistem filtrasi, di antaranya Filter Blocking Tendency (FBT) dan Particle Sizing and Counting (Cleanliness) yang dilakukan di Laboratorium Bahan Bakar dan Aviasi Aplikasi Produk LEMIGAS. Hasil pengujian yang dicatat berupa jumlah partikel pada setiap ukuran (cleanliness yang mengacu pada ISO 4406. Kedua parameter uji digunakan sebagai evaluasi kualitas mutu bahan bakar pada kinerja sistem filtrasi dan potensi pemblokiran filter. Pengujian Filter Blocking Tendency mengacu metode standar ASTM D2068 dengan menghitung tekanan dan laju alir bahan bakar yang menunjukkan nilai potensi pemblokiran filter. Sementara itu, pengujian cleanliness mengacu metode standar ASTM D7619 dengan menghitung jumlah dan ukuran partikel terdispersi, tetesan air, dan partikel lainnya pada bahan bakar ringan dan menengah serta biodiesel dan campuran biodiesel menggunakan Automatic Particle Counter. Guna menjaga stabilitas dan peningkatan kualitas mutu bahan bakar, pengujian biodiesel harus terus diterapkan menuju perbaikan mutu kualitas bahan bakar, serta sistem penanganan dan penyimpanan bahan bakar. “Laboratorium uji LEMIGAS siap terus mendukung melalui layanan pengujian kualitas mutu bahan bakar dalam program pemanfaatan biodiesel,” kata Ariana.

https://wartaekonomi.co.id/read480483/lemigas-siap-jaga-kualitas-mutu-b30-dan-b35-berbasis-sawit

 

 

Bisnis Indonesia | Kamis, 16 Februari 2023

Memuluskan Program B35

Pemerintah telah menerapkan program wajib B35 untuk bahan bakar nabati pada kendaraan bermesin diesel per 1 Februari 2023. Program ini mewajibkan bahan bakar Solar harus mengandung campuran 35 % biodiesel dari fatty acid methyl ester (FAME). Implementasi progam B35 ini lebih maju dibandingkan dengan pentahapan dalam Permen ESDM Nomor 12 Tahun 2015, di mana mandatori B30 dimulai awal 2020 sampai 2025. Di dunia, Indonesia merupakan negara pertama yang menerapkan mandatori B30. Program B35 ini tentu saja memiliki manfaat besar. Program B35 mampu mengurangi konsumsi BBM dari yang semula 1,3 juta barel per hari menjadi 1,22 juta barel per hari. Dengan begitu, impor yang diperlukan makin sedikit karena mampu digantikan dengan produk FAME yang dicampur-kan ke dalam Solar untuk menjadi Biosolar. Kebijakan B35 pun ditargetkan menyerap 13,15 juta KL biodiesel bagi industri dalam negeri, sekaligus menghemat devisa US$10,75 miliar, meningkatkan nilai tambah industri hilir Rpl6,76 triliun, dan mengurangi emisi gas rumah kaca 34,9 juta ton CO2. Namun, penerapan B35 dan B40 nantinya, masih akan menghadapi sejumlah tantangan, seperti kemampuan pasok, fasilitas blending, kesiapan rantai pasok, hingga armada distribusi. Salah satu yang menjadi sorotan Harian ini adalah kebutuhan penyesuaian infrastruktur dan biaya yang harus ditanggung oleh PT Pertamina (Persero) dalam pelaksanaan program B35 tahap kedua yang rencananya dilakukan pada Agustus tahun ini. Sejauh ini, Pertamina mengeklaim implementasi B35 tahap pertama di region 1, 2, 8, dan sebagian region 5 dapat dilaksanakan dengan lancar. Adapun implementasi tahap kedua akan dilakukan di region 3, 4, 7, dan sebagian region 5 pada Agustus tahun ini. Bagi Pertamina, implementasi tahap kedua itu memerlukan waktu setidaknya 6 bulan untuk penyesuaian infrastruk- tur di terminal bahan bakar minyak agar bisa mengakomodir kebutuhan FAME sebesar 1,4 juta kiloliter. Pertamina pun meminta dukungan berupa insentif untuk mencampur Solar dengan FAME sebagai kompensasi dari penugasan perseroan dalam program tersebut. Alasannya, Pertamina membeli FAME dari produsen dengan harga maksimum yang sama dengan harga Solar. Padahal, BUMN holding migas itu masih harus melakukan pencampuran atau blending terhadap FAME yang dibeli dengan Solar sebelum dijual di SPBU. Belum lagi, biaya yang harus ditanggung Pertamina untuk membangun storage, pipa, dan infrastruktur tambahan lainnya. Tentu kebutuhan dari Pertamina harus menjadi perhatian dari pemerintah. Dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bisa duduk bersama dengan Pertamina untuk mencari solusi terbaik. Tantangan lain bagi implementasi B35 adalah risiko rawan keamanan dan lingkungan dalam proses pencampuran FAME dengan Solar yang dilakukan secara terapung, seperti di Balikpapan. Untuk itu, pemerintah dan Pertamina harus segera memperbaiki fasilitas penyangga yang diperlukan agar implementasi B35 bisa berjalan mulus. Di lain hal, pemerintah juga harus memastikan konsistensi produsen dalam mengamankan pasokan kebutuhan biodiesel untuk program B35. Jangan sampai kebutuhan biodiesel harus menghadapi upaya pemenuhan minyak goreng dalam negeri. Apalagi saat ini masyarakat menghadapi kelangkaan produk Minyakita. Kita tahu biodiesel dan Minyak goreng sama-sama menggunakan bahan baku minyak sawit, hanya proses produksi dan penggunaannya yang tidak sama. Dengan upaya bersama pemerintah dan para pelaku industri, kita berharap segala tantangan itu dapat diatasi. Tentu dengan penerapan program bahan bakar nabati yang konsisten, akan menjadikan Indonesia sebagai negara yang terbaik dalam implementasi ekonomi hijau di dunia.

 

Sawitindonesia.com | Rabu, 15 Februari 2023

Pasar Ekspor Lesu, Apkasindo : Program B35 Topang Harga TBS Petani

Petani kelapa sawit menyambut gembira berlakunya program biodiesel B35 karena terbukti berhasil mendongkrak harga tandan buah segar (TBS) di tengah penurunan ekspor. Menurut Ketua Umum Asosiasi Petani Sawit Indonesia (Apkasindo) Dr. Gulat ME Manurung, MP, CIMA, program B35 menjadi penyelamat ekonomi kami petani sawit dan berdampak ke efek ganda secara nasional. “Karena harga sawit naik secara progresif sejak awal Februari lalu. Padahal disaat yang hampir bersamaan atau tepatnya sejak Nopember tahun 2022 lalu kuantitas ekspor CPO dan turunannya menurun dan hal ini terdeteksi di harga CPO yang semakin menurun sejak Nopember 2022 dan Januari 2023. Indikator penurunan ekspor dapat juga dilihat dari menurunnya pasokan DMO (domestic market obligation) di aplikasi Simirah”. Antara DMO dan ekspor itu saling berhubungan, karena dengan eksporlah makanya ada DMO, ekspor 6 maka wajib pasok 1. Jika tidak ada 6 maka 1 (DMO) tidak akan ada” ujarnya saat dihubungi. Coba jika tidak ada B35 di awal Februari lalu maka penurunan dari kuantitas ekspor pasti akan menjatuhkan harga TBS kami Petani sawit. “Dengan B35 akan menyerap CPO domestic dan TBS kami petani sawitpun akan terserap oleh PKS-PKS,” kata Gulat. Hal ini dapat dilihat dari Posko Harga harga TBS APKASINDO satu minggu terakhir (4-11 Februari) yang menunjukkan naiknya harga CPO dari sebelumnya Rp11.200/kg CPO menjadi Rp11.950/kg. Dengan harga CPO ini rerata harga TBS di 22 Provinsi APKASINDO berada diangka Rp2.331/kg TBS. Harga tertinggi ditemukan di Riau yaitu Rp2.600 dan terendah di Sulawesi Selatan Rp2.025/kg TBS (harga PKS). Untuk penetapan harga Minggu ini, yaitu di Disbun Riau, Disbun Sumbar dan Disbun Bengkulu hari ini (14/2). Disbun Riau telah menetapkan harga tbs petani naik Rp45/kg dibandingkan minggu lalu menjadi Rp2.676. Sumatera barat naik Rp119/kg TBS dibandingkan minggu lalu menjadi Rp2.675/kg TBS. Dan Disbun Bengkulu hari ini menetapkan harga Rp2.182/kg turun Rp109/kg dibandingkan harga bulan lalu. Untuk minggu ini, dari data yg sdh masuk Ke Posko Harga TBS APKASINDO dari berbagai Provinsi APKASINDO untuk hari Senin (13/2) dan Selasa (14/2) rerata harga TBS eksisting hari ini di PKS naik Rp20-85/kg TBS dan analisa kami cenderung akan naik secara progresif. Memang harga TBS dimasing masing-masing provinsi berbeda-beda yang mana penyebabnya adalah waktu penetapan harga TBS Dinas Perkebunan juga berbeda-beda. Ada yang satu kali perbulan seperti di Sulawesi Selatan dan ada yang tiap minggu seperti di Sumatera Barat misalnya.

https://sawitindonesia.com/pasar-ekspor-lesu-apkasindo-program-b35-topang-harga-tbs-petani/

 

 

Liputan6.com | Rabu, 15 Februari 2023

Wujudkan Ekosistem Green Energy, Erick Thohir Akan Bangun Pom Etanol di Surabaya

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir sangat serius ingin mewujudkan ekosistem kendaraan green energy atau energi hijau di Indonesia. Untuk merealisasikan itu, Erick Thohir akan membangun pom bahan bakar etanol di Kota Surabaya, Jawa Timur. Erick Thohir menuturkan, langkah pemerintah membangun ekosistem green energy ini bertujuan untuk menekan beban impor bahan bakar minyak (BBM). Nantinya uji coba produksi bahan bakar etanol atau bioetanol akan mulai dilakukan di PT Perkebunan Nusantara atau PTPN. “Rencananya Pom akan diluncurkan di Surabaya karena etanol dan B35 mirip. Dari tumbuhan dan punya proses logistik lebih kompleks. Jadi, tidak bisa terlalu jauh pom bensinnya karena bisa busuk,” ujar Erick Thohir pada Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Senin 13 Februari 2023, seperti dikutip dari keterangan tertulis. Erick Thohir mengatakan, pihaknya akan terus mematangkan serangkaian uji coba pembangunan pom etanol. Ia optimistis pembangunan pom etanol bisa direalisasikan dalam jangka waktu tiga bulan mendatang. “Uji coba di Surabaya, 3 sampai 4 bulan lagi,” ucap orang nomor satu di Kementerian BUMN ini. Langkah Erick Thohir ini sejalan dengan intruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pada 4 November 2022 lalu di pabrik bioetanol PT Energi Agro Nusantara (Enero), Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Presiden Jokowi secara resmi meluncurkan program Bioetanol Tebu untuk Ketahanan Energi. Program Bioetanol Tebu ini bertujuan untuk menghadirkan ketahanan energi di Tanah Air. Melalui program tersebut, diproyeksikan bakal mendongkrak peningkatan jumlah produksi bioetanol nasional dari 40 ribu kiloliter pada 2022 menjadi 1,2 juta kiloliter pada 2030 mendatang.

https://www.liputan6.com/news/read/2200210/wujudkan-ekosistem-green-energy-erick-thohir-akan-bangun-pom-etanol-di-surabaya