Program B40 Temui Kendala, Tahun Depan Diterapkan B35

Kompas.com | Senin, 26 Desember 2022
Program B40 Temui Kendala, Tahun Depan Diterapkan B35
Setelah terkendala karena adanya pandemi Covid-19, program pencampuran 40 persen bahan bakar nabati ke dalam bahan bakar solar (B40), kembali dilanjutkan di bawah naungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Sepanjang tahun 2022, sejumlah pengujian telah dilakukan hingga proses terakhir masuk pada sesi uji jalan alias road test yang dilakukan di akhir kuartal III/2022 atau September 2022. Namun pada prosesnya, Direktur Bioenergi ESDM Edi Wibowo menyatakan, bila pihaknya menemukan kendala ketika pengujian berlangsung seperti pengadaan sparepart setelah overhaul awal. Kendati tetap ditargetkan bisa selesai pada akhir tahun ini, setelah melalui pertimbangan, pemerintah memutuskan untuk menerapkan B35 dahulu sebelum pada akhirnya B40 bisa diterapkan secara nasional pada tahun depan. Berikut Kompas.com rangkum perjalanan program B40 untuk mengurangi konsumsi Solar sekaligus menekan polusi udara dari kendaraan diesel;
Lolos uji awal
Pada Juli 2022, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan bahwa, program B40 sudah siap untuk diuji lebih jauh setelah sebelumnya lolos pengujian lab. Awalnya, program ini diharapkan selesai dan siap digunakan akhir tahun 2022. “Uji jalan (road test) merupakan rangkaian akhir pengujian sebagai dasar pertimbangan pelaksanaan B40 dan menjamin pemanfaatan biodiesel bisa berjalan dengan baik,” kata dia, Rabu (27/7/2022). Hasil dari tes akhir tersebut diharapkan mampu menghasilkan rekomendasi teknis untuk kebijakan implementasi B40 pada akhir tahun 2022.
B40 mulai road test
Setelah dua bulan berjalan, program B40 akhirnya mulai menjalani uji akhir yaitu road test dengan melibatkan tiga merek kendaraan bermesin diesel, dengan kapasitas kurang dari 3,5 ton masing-masing dua unit dan dua kendaraan dari tiga merek berkapasitas kurang 3,5 ton. Direktur Bioenergi ESDM Edi Wibowo menyatakan aspek yang diuji ialah ialah penanganan dan analisis konsumsi bahan Bakar, pengujian kualitas-mutu bahan bakar dan pelumas, pengujian kinerja pada chassis dynamometer, dan pengujian merit rating komponen kendaraan untuk mengukur deposit pada komponen mesin. Kemudian dilakukan dokumentasi rating komponen mesin dari awal sebelum road test sampai overhaul akhir road test. Road Test B40 ini dilaksanakan oleh Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi Lemigas dengan melibatkan Balai Besar Survei dan Pengujian KEBTKE serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui pendanaan dari Badan Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Untuk bahan bakar B0 dan HVO disediakan oleh Pertamina Grup (PT Kilang Pertamina Internasional) dan untuk B100 oleh APROBI.
Hasil tes B40
Berdasarkan hasil uji coba kemudahan penyalaan kendaraan pada temperatur rendah atau cold start ability, B40 dapat dinyalakan dengan baik, di mana masih memenuhi standar yang ditetapkan yaitu kurang dari 5 detik. Hal ini dinyatakan oleh Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi dan Balai Besar Survei dan Pengujian KEBTKE ,usai melakukan pengujianpada road test B40 di wilayah Perkebunan Tambi di ketinggian 1400 Mdpl, Wonosobo, Jawa Tengah. “Untuk hasilnya sebagai standar menghidupkan mesin paling lama 5 detik, dan catatan saya tadi paling cepat kira-kira 1 detik. Ini Bukti otentik kalau B40 siap digunakan di mesin,” kata Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana, Para teknisi uji jalan Biodiesel B40 pada kendaraan diesel juga telah menyelesaikan beberapa pengujian. Dari analisis konsumsi bahan bakar, uji kualitas mutu bahan bakar dan pelumas, uji kinerja engine, uji stabilitas penyimpanan bahan bakar dan uji startability. Sementara Ketua Tim Peneliti Uji Jalan B40 dari Lemigas Cahyo Setyo Wibowo menyebut, setelah dilakukan overhaul, peninjauan semua hasil pengujian bahan bakar B40 dan B30D10 tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap komponen mesin kendaraan uji P1 dan tidak berdampak negatif pada performa kendaraan uji sampai dengan uji jalan 50.000 Km “Hasil pengukuran komponen mesin seperti ring gap, side ring clearence, dan cylender bore liner secara keseluruhan memenuhi spesifikasi limit batasan maksimum sesuai dengan buku manual mesin pabrikan,” ujar Cahyo. Cahyo menambahkan, penilaian secara visual, scratch yang terjadi pada skirt piston mesin kendaraan uji P1 bahan bakar B40 dan B30D10 dianggap sebagai hal yang normal dalam proses pembakaran di ruang bakar mesin dan scratch tersebut bukan disebabkan oleh bahan bakar. Setelah melakukan uji cold start ability, tim uji teknis melanjutkan uji jalan kendaraan berkapasitas kurang dari 3,5 ton dengan target harian 650 km per hari. Rutenya dari Balitsa-Tol Cileunyi-Ciamis-Kuningan-P3GL-
Kendala B40 dan Program B35 Siap diimplementasikan pada 2023
Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Eddy Abdurachman menuturkan, penerapan bahan bakar nabati (BBN) B35 akan mulai diterapkan pada 1 Januari 2023. Artinya, biosolar yang beredar di masyarakat nanti di dalamnya tercampur 35 persen dari biodiesel. Ini akan diterapkan sejak 1 Januari 2023 Mengenai implementasi B40, menurut Eddy, hasil dari uji tesnya menunjukkan hasil yang baik. Namun ada kekhawatiran, yakni apabila B40 direalisasikan bakal menguras kapasitas produksi minyak mentah kelapa sawit (CPO). Eddy menyebutkan, kebutuhan produksi CPO untuk B40 berkisar 15 juta kiloliter sedangkan produsen hanya mampu memproduksi sebanyak 16 juta kiloliter. “Kami memberikan dukungan dalam kaitannya dengan uji coba B40 tadi dan menunjukkan hasil yang cukup baik. Tetapi masih ada beberapa hal yang dipikirkan dalam rangka penerapan B40. Nanti khususnya kapasitas produksi dari produsen-produsen biodiesel,” ucapnya. “Jangan sampai ini penerapan B40, pasti volumenya naik kurang lebih 15 juta kiloliter. Sedangkan kapasitas produksi dari produsen di kisaran 16 juta kiloliter. Jadi sangat rentan itu,” lanjut Eddy. Kendati demikian, implementasi B40 masih terbuka lantaran telah melalui validasi. Proyeksi penyaluran biosolar tahun 2022 ini sebesar 36,4 juta kiloliter, serta asumsi pertumbuhan permintaan sebesar 3 persen, diperkirakan penjualan biosolar pada 2023 akan mencapai angka 37,5 juta kiloliter. Adapun estimasi kebutuhan biodiesel untuk mendukung implementasi B35 sebesar 13,14 juta kiloliter atau meningkat sekitar 19 persen dibandingkan alokasi tahun 2022 sebesar 11 juta kiloliter.
BERITA BIOFUEL
Infosawit.com | Senin, 26 Desember 2022
Cara Membuat Biodiesel Ala Rumahan
Saat isu lingkungan dan semakin defisitnya sumber bahan bakar berbasis fosil, mendorong dunia untuk menemukan sumber energi baru. Tentu saja sumber energi baru itu mesti lebih ramah lingkungan dan mudah didapat (Renewable Resources). Belakangan, biodiesel muncul sebagai alternatif bahan bakar baru dan terbarukan. Kini pengembangan biodiesel terus dilakukan bahkan berbagai minyak nabati bisa dijadikan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel, misalnya dari jagung, rapeseed maupun kelapa sawit. Bila menggunakan bahan baku komoditas unggulan itu, memang butuh dana banyak sehingga pembuatan biodiesel seolah hanya bisa dilakukan pabrik besar. Faktanya, biodiesel bisa juga dibuat ala rumahan. Seperti yang diterangkan pada buku Membuat Sendiri Biodiesel, Bahan Bakar Alternatif Pengganti Solar, karya Syamsudin Manai, ternyata biodiesel bisa dibuat dengan cukup mudah, termasuk dengan modal yang tidak mesti miliaran atau jutaan rupiah. Buku ini juga menerangkan dengan detil cara pembuatan biodiesel, tentunya dengan berbagai alternatif bahan baku yang berasal dari berbagai macam minyak nabati yang ada di Indonesia selain minyak kelapa sawit. Sehingga masyarakat bisa langsung mempraktikkannya di rumah. Tentu saja bagi masyarakat yang berdekatan dengan perkebunan kelapa sawit, alternatif pembuatan biodiesel ala rumahan ini patut di coba, selain mudah masyarakat pun kedepan tidak lagi bergantung dari minyak solar berbasis fosil, yang harganya acap berfluktuasi. Selamat mencoba !!.
https://www.infosawit.com/