PTPN Bangun Pabrik FAME bagi Biodiesel (BISNIS PTPN III)

| News
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Harian Kontan | Sabtu,9 September 2023

PTPN Bangun Pabrik FAME bagi Biodiesel (BISNIS PTPN III)

Induk usaha perusahaan perkebunan milik negara, PTPN III, bakal membangun pabrik fatty acid methyl ester (FAME) di Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei, Sumatra Utara. Vice President Business. Developineni II ntt Dililit am Stmlegy PTPN III, Leonardo Alexander Renatus Pane mengatakan, givundbreaking pembangunan pabrik tersebut direncanakan berlangsung pada Oktober 2023. Pabrik ini ditargetkan beroperasi paling cepat di Januari 2025. “Sekarang sedang tender kontraktor engineering, procurenu ni. dan construction (EPC).” ujarnya, Kamis (7/9). Rencana pembangunan pabrik FAME ini telah masuk dalam daftar usulan program hilirisasi PTPN III. Agenda ini disahkan melalui Permenko Perekonomian No 9/2022. Selain pabrik FAME, beberapa program hilirisasi lain yang diusulkan adalah pnu bangunan pabrik minyak g reng berkapasitas pengolahan crude palm o il sebesarf€P M 2.500 ton per hari di KEK Sei Mangkei. Ada pula pabrik bio CNG plant di pabrik I i sawit (PKS) PTPN Group. Saat ini di sektor hulu, PTPN III telah menghasilkan CPO mentah dengan tingkat produksi tahunan di atas 2 juta ton dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan laporan tahunannya, PTPN III membukukan produksi 2,67 juta ton CPO di tahun 2021, dan naik menjadi 2,71 juta ton di tahun 2022. Menurut rencana, pabrik FAME yang hendak dibangun PTPN ill memiliki kapasitas produksi 450.000 ton per tahun. Prioritas pemasaran hasil produksi FAME pabrik ini untuk memenuhi domestik. “Ada {iiiiindiilnry lokal soal ini), itu nanti diatur Kementerian ESDM. Mandatory-nya 50% mesti lokal, sisanya lusa diekspor,” ungkapnya. Sebagai catatan, saat ini pemerintah tengah mendorong peningkatan penyediaan energi bersih yang ramah lingkungan serta mengurangi impor solar Agenda tersebut diterapkan antara lain melalui pencampuran bahan bakar nabati (BBN) jenis biodiesel ke dalam bahan bakar minyak (BBM) jenis solar. Saat ini, campuran BBN itu telah ditingkatkan menjadi atau B36. Agenda ini me- lanjutkan program pemanfaatan biodiesel sebagai campuran solar sebesar 30% yang telah dyalankan sebelumnya KONTAN mencatat, program B35 mulai berjalan penuh sejak 1 Agustus 2023. Direktur Bioenergi Kementerian ESDM, Edi Wibowo menyampaikan, target penyaluran B35 di tahun ini lebih dari 13,15 juta kiloliter (kL), yang akan menghemat devisa US$ 10,75 miliar atau Rp 161 triliun. “Program B35 ini diproyeksikan menyerap tenaga kerja 1.653.974 orang serta mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 34,9 juta ton CO2,” ujar Edi, baru-baru ini.

Rakyat Merdeka | Minggu,10 September 2023

Langkah Pertamina Jitu Kembangkan Biodiesel (Bahari Baku Berlimpah Di Tanah Air)

Langkah PT Pertamina (Persero) mengembangkan biodiesel sebagai bahan bakar minyak (BBM) alternatif, bisa dibilang jitu alias tepat. Sebab, bahan bakunya berlimpah di Tanah Air. PERTAMINA komitmen dalam meningkatkan produksi BBM ramah lingkungan. Salah satunya, menyediakan BBM dari produk turunan minyak dari kelapa sawit. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan, strategi Pertamina memilih mengembangkan biodiesel karena memenuhi syarat sustaitiable energy. Sustainable artinya adalah semua material dan bahan bakunya dimiliki Indonesia. Supply-nya. selalu ada. Dan perseroan memiliki kemampuan untuk mengolahnya menjadi energi yang lebih baik. Nicke menjelaskan, dalam beberapa tahun terakhir Pertamina mendorong program biodiesel berbasis kelapa sawit. Im karena Indonesia salah satu negara penghasil Kelapa Sawit terbesar di dunia. “Kami meyakini bahwa biodiesel adalah satu salah satu sustainable energy, yang sangat cocok untuk Indonesia/\’ ujar Nicke saat ditemui usai gelaran Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2023 di Jakarta, Kamis (7 9). Salah satu contohnya, sambung Nicke. adalah pengembangan biodiesel B35 yang merupakan pencampuran antara minyak Kelapa Sawit atau Fatty Acid Methy-l Ester fFAME) sebesar 35 persen dan solar sebesar 65 persen. Yang sebelumnya hanya penggunaan minyak Kelapa Sawit hanya 20 persen atau dikenal sebagai B20. Selain ramah lingkungan, menurut Nicke. pengembangan biodiesel telah berdampak pada penciptaan lapangan pekerjaan. baik di sektor perkebunan, pabrik, hingga distribusi ke masyarakat. Wanita yang masuk dalam The World\’s 100 Most Powerful Women Forbes Tahun 2022 ini menekankan, energi bersih yang diusung dan dipersiapkan Pertamina tidak hanya sekadar bersih, tapi harus bersifat berkelanjutan. Untuk mencapai itu, diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni. ‘”Supply-nya harus terus menerus kalau ada. Ditambah harus memiliki kemampuan untuk mengelola jadi hw carbon energy,” ungkapnya. Bukan cuma itu. Pertamina tengah menjajaki peluang lainnya dalam memproduksi energi ramah lingkungan. Di antaranya adalah produk turunan gas dengan mengembangkan green hydrogene atau hidrogen hijau. Kemudian ada juga ethanol yang tengah dikembangkan dari molases tebu. Dan akan berpeluang juga menggunakan singkong, sorgum, jagung dan limbah tanaman lainnya. Pihaknya tidak menutup kemungkinan bakal menjajaki produk lainnya. Entah itu lewat pengembangan teknologi, ataupun dengan menggunakan teknologi yang proven di luar negeri. “Yang selanjutnya diadaptasi dengan kebutuhan dalam negeri/1 jelas jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini. Senada, Direktur Strategi Portfolio dan Pengembangan Usaha (SPPU) Pertamina A Salyadi Saputra menambahkan, mem- bangun energi berkelanjutan harus diupayakan seluruh komponen bangsa. Sebab, emisi dan sektor transportasi akan terus meningkat. “Bioenergi bisa menjadi jawaban untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar kendaraan. Termasuk menjadi solusi untuk mengurangi emisi global/\’ sebut Salyadi. Pihaknya meyakini, dengan berinvestasi di bidang bioenergi, khususnya Biofuel, dapat memberikan manfaat jangka pendek sekaligus berkontribusi kepada masa depan yang berkelanjutan. Pertamina juga menyadari bahwa menuju energi hijau dibutuhkan peningkatan kapabilitas dan keahlian, untuk memberikan manfaat pada lingkungan, ekonomi dan sosial. “Kami membuka diri terhadap peluang inovasi dan kerjasama demi energi bangsa yang lebih baik/\’ katanya. Menyoal ini. Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengapresiasi apa saja yang menjadi misiasi energi bersih oleh Pertamina. Pertamina patut diacungi jempol dalam upaya mewujudkan.Vef Zero Emission (SIE) pada 2060. “Kita sebagai masyarakat serta Pemerintah harus mendukung Pemerintah. Karena hal positif ini bisa berdampak besar bagi kehidupan manusia/1 tegas Komaidi saat dihubungi Rakyat Merdeka, kemarin. Komaidi lantas mencontohkan salah satu program SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) Pertamina yang sebagiannya sudah menggunakan listrik berbasis Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Saat ini Pertamina telah memiliki 143 SPBU yang berstatus Green Energy-Station (GES) menggunakan listrik tenaga surya. Konsep baru SPBU Pertamina ini diklaim mampu memberikan layanan terintegrasi, untuk mendukung gaya hidup yang lebih ramah lingkungan bagi konsumen SPBU. Salah satunya dengan memanfaatkan fotoroltaik surya sebagai salah satu sumber energi mandiri dan ramah lingkungan. Termasuk usaha Pertamina melakukan kajian potensi project teknologi Carbon Capture Storage (CCS) Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) sejak tahun lalu. “Ketika yang lain belum ke arah sana, justru Pertamina memulainya. Hal ini bisa dikatakan insiatif yang baik dan Pertamina,” puji Komaidi. Ditambah lasi ada rencana menyulap Perfalite RON 90 menuju Pertamax RON” 92, merupakan bagian dari paket transisi energi tersebut. “Meskipun perlu dikaji beberapa aspek teknis, bisnis, kelayakan maupuan harga, karena berkaitan dengan kepentingan masyarakat banyak sebagai konsumennya/\’ kata dia.

Resmikan Sustainability Academy

Dalam mengembangkan potensi alternatif energi baru seperti di atas. Pertamina meresmikan Sustainability Academy dan Sustainability Center pertama di Asia untuk skala perusahaan migas (minyak dan gas). Nicke menjelaskan. Pertamina Sustainability Academy hadir karena salah satu tantangan terbesar adalah menyiapkan SDM. Termasuk masyarakat untuk lebih memahami bagaimana program-program sustainability. “Karena tanpa keterlibatan semua pihak, target NZE 2060 akan sulit dicapai/\’ ujar Nicke. Pertamina telah mengambil inisiatif dengan melakukan transformasi bisnis dan tran-formasi organisasi. Dan kini saatnya Pertamina memberikan kontribusi yang lebih dalam menyiapkan talenta-talenta untuk melakukan transisi energi dalam rangka mencapai NZE 2060. “Harapannya, Pertamina Sustainability Academy bisa memberikan awareness bahwa dalam mewujudkan sustainable energy ini, kita semua harus memiliki pemahaman yang sama,” jelasnya. Perseroan juga mulai buka kerja sama dengan universitas dari luar negeri. Termasuk perusahaan atau mitra-mitra yang bekerja sama dengan Pertamina. Sementara itu, Sekretaris Kementerian BUMN Rabin Indrajad Hartati mengatakan. Pemerintah mendorong BUMN seperti Pertamina, untuk mengembangkan biofuel generasi kedua dan ketiga. “Contoh bagus di smi adalah sesuatu yang telah dikembangkan oleh Pertamina sejak tahun 2021. Pertamina telah mengembangkan biofuel generasi kedua yang berasal dari ranting buah kosong,\’\’ ungkap Rabin.

Kompas.com | Sabtu,9 September 2023

Sinar Mas Dukung Pengembangan Bahan Bakar Pesawat dari Minyak Kelapa Sawit

Chairman Sinar Mas Agribusiness and Food Franky Oesman Widjaja mengatakan, komoditas kelapa sawit adalah salah satu sumber daya alam terbesar di Indonesia.  Dia mengatakan itu dalam diskusi bertemakan “Fuels of the Future for Low Carbon Industri Solution” yang digelar Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Kemaritiman) bersama Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Indonesia di Jakarta, Jumat (8/9/2023).  Franky memaparkan, komoditas sawit mampu menyediakan mata pencaharian bagi lebih dari 17 juta orang yang sebagian besar berada di pelosok pedesaan.  Selain itu, minyak kelapa sawit juga menjadi kontributor utama ekspor Indonesia pada 2022 dengan nilai sekitar 40 miliar dollar Amerika Serikat (AS).  Capaian tersebut berasal dari karakteristik minyak kelapa sawit sebagai minyak nabati paling produktif yang mampu menghasilkan lima hingga 10 kali lebih banyak per hektar perkebunan dibandingkan dengan minyak nabati lain yang ada.   Oleh karenanya, kata Franky, Sinar Mas berfokus pada pertumbuhan yang berkelanjutan.  Dia optimistis pengembangan bahan bakar nabati berbasis minyak kelapa sawit akan berdampak baik sebagai bahan bakar pesawat udara yang ramah lingkungan (sustainable aviation fuel). “Dengan bahan bakar penerbangan yang ramah lingkungan ini, kami berharap langit kita bisa menjadi biru kembali,” ujarnya siaran pers. Franky menambahkan, dengan luas 8 persen dari total lahan yang digunakan untuk memproduksi minyak nabati, komoditas sawit Indonesia dapat memasok 40 persen dari kebutuhan minyak nabati dunia saat ini.  Itu berarti, kelapa sawit berperan sebagai potensi biosolusi yang dimiliki Indonesia yang juga dapat menjadi jawaban bagi kebutuhan dunia akan bahan bakar nabati rendah karbon berkelanjutan. Franky mengatakan, Indonesia telah mendekarbonisasi ekonomi melalui program B35. Program tersebut merupakan kebijakan pencampuran bahan bakar nabati terbesar di dunia dengan target penyaluran hingga 13,15 juta kiloliter biodiesel pada 2023. Hal itu belum termasuk potensi peningkatan lebih jauh serta memanfaatkan teknologi seperti dalam produk hydrotreated vegetable oil yang lebih efisien.

Sambutan baik industri penerbangan

Pada kesempatan itu, Presiden Airbus Asia-Pacific Anand Stanley mengatakan, Airbus sebagai perusahaan penerbangan ramah lingkungan berkomitmen mengurangi konsumsi bahan bakar sebesar 80 persen selama 50 tahun terakhir.  “Kami juga berkomitmen menekan jejak karbon, tak hanya dari hasil pembakaran bahan bakar di udara, tetapi juga seluruh siklus bahan bakar mulai saat diproduksi,” tuturnya.  Anand mengatakan, tantangan yang dihadapi Airbus dan perusahaan penerbangan lain dalam mewujudkan penerbangan ramah lingkungan adalah suplai bahan bakar penerbangan ramah lingkungan yang masih sangat minim.  “Pada 2030, kami berharap seluruh penerbangan dapat 100 persen menggunakan bahan bakar ramah lingkungan,” tegasnya.  Baca juga: Dorong UMKM Naik Kelas, Sinar Mas Kembangkan Ekosistem Digital Untuk  mencapai tujuan tersebut, Airbus berharap dapat bekerja sama dengan banyak stakeholder, khususnya di Asia-Pasifik. Kerja sama itu diharapkan menjadi kesempatan untuk terus berinovasi mengembangan bahan bakar penerbangan ramah lingkungan dan mengatur kapasitas produksi agar dapat memenuhi kebutuhan.   Pada forum yang sama, CEO Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pemenuhan bahan bakar rendah karbon membutuhkan pendekatan holistik yang meliputi pemerintah, pihak swasta, investor, hingga masyarakat.  “Kita tidak boleh menyerah meskipun ada harga yang tinggi untuk menciptakan bahan bakar rendah karbon,” katanya.  Nicke menilai, dengan pengembangan teknologi, ekosistem, regulasi, serta kesiapan masyarakat, semua pihak dapat mengurangi tantangan tersebut dalam 10 tahun mendatang.

https://money.kompas.com/read/2023/09/08/140922026/sinar-mas-dukung-pengembangan-bahan-bakar-pesawat-dari-minyak-kelapa-sawit?page=all