Ratusan Guru dan Siswa di Denpasar Dapat Edukasi Mengenai Mitos dan Fakta Kelapa Sawit

| News
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Suara.com | Selasa, 20 Juni 2023

Ratusan Guru dan Siswa di Denpasar Dapat Edukasi Mengenai Mitos dan Fakta Kelapa Sawit

Penyebaran isu negatif sawit di dalam negeri ternyata tidak hanya marak dalam bentuk labelisasi no palm oil pada kemasan produk atau penggunaan public figure di media sosial untuk mengkampanyekan penolakan penggunaan produk sawit, namun bahkan sudah menyasar segmentasi spesifik yakni dengan adanya bahan ajar tekstual atau soal-soal ujian di beberapa sekolah yang eksplisit menerangkan sawit tidak ramah lingkungan. Sebagai upaya menangkal isu negatif sawit di sekolah-sekolah dan mencapai tujuan promosi sawit, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Provinsi Bali dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi Bali untuk menyelenggarakan kegiatan Palm Oil EduTalk “Kupas Tuntas Mitos dan Fakta Tentang Kelapa Sawit” & Sawit @School: Sawit Sahabat Siswa pada 9 – 10 Juni 2023 di Kota Denpasar, Bali. Kegiatan ini diikuti oleh Guru dan Siswa/i dari 9 kabupaten/kota se-Bali yang berlangsung secara hybrid. “Guru dapat berperan menjadi motivator dan PGRI sebagai fasilitator, sementara siswa dapat menerima dengan baik informasi tentang sawit yang obyektif sehingga menjadi satu sinergi yang sangat baik sekali,” kata Kepala Bidang Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Dikpora Provinsi Bali I Gede Ketut Seputera. “Saya khususnya hanya mengenal kelapa sawit untuk produksi minyak saja, namun pada hari ini kita diberikan kesempatan lebih jelas untuk mengetahui mitos dan fakta kelapa sawit. Dan tidak menutup kemungkinan untuk anak-anak generasi penerus kedepan akan menjadi pengusaha produk yang merupakan turunan daripada kelapa sawit karena banyak pengusaha di Bali yang sukses dengan produk berbahan baku kelapa sawit,” ucap Ketua Pengurus PGRI Provinsi Bali, I Komang Arta Saputra Hadir sebagai narasumber, Bidang Komunikasi Kompartemen Media Relations GAPKI Fenny A. Sofyan memaparkan bahwa minyak kelapa sawit akan terus ada dan dibutuhkan, lantaran lebih dari 40% kebutuhan minyak nabati global menggunakan kelapa sawit. Lebih lanjut Fenny menegaskan bahwa produk yang digunakan dalam mendukung 24 jam aktivitas sehari-hari masyarakat Indonesia merupakan produk yang mengandung minyak sawit. Hebatnya lagi, kelapa sawit juga menjadi komoditas zero waste yang semua bagian tumbuhannya dapat dimanfaatkan menjadi beragam produk bernilai guna dan ekonomi tinggi. Wakil Sekretaris Jenderal APROBI, Irma Rachmania mengatakan, untuk kebutuhan energi, sawit itu bisa jadi biogas, biofuels (biodiesel, green diesel, green gasoline, dan green avtur), biomassa yang berasal dari cangkang misalnya (heater, boiler), serta electricity”.  Lebih lanjut disampaikan Irma, terkait bioavtur berbahan sawit, pemerintah Indonesia sudah melakukan uji coba bioavtur 2,5% di pesawat CN 235-220 pada September 2021 lalu dan akan melakukan uji coba kembali pada Agustus 2023 mendatang. Bidang SDM dan Internasional APKASINDO Djono Albar Burhan menuturkan jika kita termakan informasi yang disampaikan oleh Negara Eropa bahwa sawit itu deforestasi dan didorong untuk tidak menggunakan produk turunan minyak sawit, bayangkan seberapa besar hutan-hutan yang akan digunduli yang akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, di tengah fakta kelapa sawit sebagai minyak nabati dunia paling produktif”. Lebih lanjut disampaikan Djono, kelapa sawit merupakan satu-satunya minyak nabati dunia yang memiliki sertifikasi berkelanjutan di dunia. Sementara minyak kedelai, rapeseed, biji bunga matahari, kelapa, zaitun, dan beberapa lainnya belum mengantongi sertifikasi berkelanjutan. Tidak hanya itu, sektor industri perkebunan kelapa sawit juga sudah terbukti membantu petani kelapa sawit dan masyarakat yang ada di sekitarnya yang bekerja secara langsung dan tidak langsung untuk meningkatkan perekonomian mereka. Sementara itu, Direktur Utama dari PT Astungkara Sukses Makmur (Official Distributor Bali Soap) menegaskan bahwa minyak sawit dipilih banyak perusahaan sebagai bahan baku dalam produksi produk lantaran harganya yang terjangkau, mudah ditemukan, mudah diproduksi, kualitas minyak cenderung stabil, multifungsi, serta sustainable.    Dijelaskan Mahendra, sebagai bahan baku penting dalam produksi produk health care dan kosmetik, berdasarkan hasil riset diketahui bahwa kandungan dan peranan minyak sawit yakni untuk meremajakan kulit, kaya antiokasidan, mengandung vitamin E, menyehatkan rambut, tidak menyebabkan ketergantungan, kaya provitamin A, anticaking agent, dan menjadikan produk yang digunakan awet di kulit. Tidak hanya pemaparan materi, dalam kegiatan ini juga dilakukan demo produksi lilin dan sabun berbahan dasar minyak jelantah sawit yang disampaikan oleh Dosen / Ketua Upiks Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana, Dr. Dewa Ayu Anom Yuarini. Disampaikan Dr. Dewa Ayu, dalam proses pembuatan lilin tersebut, minyak jelantah yang akan digunakan harus dimurnikan terlebih dahulu dengan menggunakan arang aktif, ampas tebu, atau kulit pisang yang sudah dikeringkan dengan formulasi 1:10. Alat dan bahan yang dibutuhkan minyak jelantah yang sudah dimurnikan, parafin, pewarna based oil, sumbu, cetakan, dan pengharum. Kegiatan Palm Oil EduTalk “Kupas Tuntas Mitos dan Fakta Tentang Kelapa Sawit” & Sawit @School: “Sawit Sahabat Siswa” diikuti oleh sekitar 300 Guru dan Siswa/i dari 9 kabupaten/kota se-Bali yang berlangsung secara hybrid. Kegiatan Sawit @School dilaksanakan di SMA N 7 Denpasar, yang mana peserta kegiatan tidak hanya berasal dari SMA N 7 Denpasar, tetapi juga SMA/SMK terdekat di Kota Denpasar. Kunjungan Sawit @School ini bertujuan untuk mengenalkan 24 Jam Bersama Sawit secara langsung kepada Siswa/i di sekolah.

https://jakarta.suara.com/read/2023/06/21/095355/ratusan-guru-dan-siswa-di-denpasar-dapat-edukasi-mengenai-mitos-dan-fakta-kelapa-sawit

 

BERITA BIOFUEL

 

Wartaekonomi.co.id | Selasa, 20 Juni 2023

Penyaluran B35 Belum Menyeluruh, Kementerian ESDM Ungkap Toleransi Implementasinya

Direktur Bioenergi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Edi Wibowo, mengatakan bahwa peluncuran produk B35 sejalan dengan Keputusan Menteri ESDM Nomor 208.K/EK.05/DJE/2022 tanggal 28 Desember 2022 terkait implementasi B35 yang dimulai per 1 Februari 2023.  “Ada sedikit kendala yang terjadi di beberapa lokasi titik serah sehingga belum dapat dilaksanakan pencampuran biodiesel sebesar 35% secara menyeluruh, kendala ini seperti masih terdapat stok FAME dengan spesifikasi B30 dan campuran B30 di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM), juga sarana dan prasarana di titik serah perlu penyesuaian,” ungkap Edi dalam keterangan resminya, Minggu (11/6/2023). Lebih lanjut dijelaskan Edi, menindaklanjuti penyaluran B35 yang belum dapat dilaksanakan secara serentak pada 1 Februari 2023 maka diterbitkan Keputusan Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 19.K/EK.05/DJE/2023 tentang Pedoman Implementasi Pencampuran Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel ke Dalam Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Solar Sebesar 35% (B35), dimana diberikan toleransi hingga tanggal 31 Juli 2023. Toleransi ini diberikan untuk kondisi jika tangki Badan Usaha (BU) BBM masih terdapat B100 sesuai spesifikasi untuk B30 maka masih wajib dilakukan pencampuran 30% (B30). Tidak hanya itu, apabila di tangki BU BBM sudah terdapat B100 sesuai spesifikasi untuk B35, tetapi karena masih memerlukan penyesuaian sarpras, maka masih dapat dilakukan pencampuran 30% (B30).  Toleransi juga berlaku untuk kondisi terjadinya pencampuran antara B30 dengan B35 yang tak dapat dihindari, sehingga terdapat toleransi pengecekan kesesuaian persentase pancampuran dengan nilai toleransi persentase campuran sebesar kurang lebih 10% dari persentase kandungan FAME (Biodiesel). “Mulai 1 Agustus 2023 di tangki BU BBM wajib sudah terisi dengan B100 sesuai spesifikasi untuk B35 dan dilakukan pencampuran 35% (B35),” jelas Edi.

https://wartaekonomi.co.id/read504734/penyaluran-b35-belum-menyeluruh-kementerian-esdm-ungkap-toleransi-implementasinya

 

Kontan | Selasa, 20 Juni 2023

Peta Jalan Menuju Negara Berlimpah Gula

Untuk mewujudkan swasembada gula, kementerian dan lembaga jangan ego sectoral. Pemerintah sudah merancang peta jalan swasembada gula. Langkah ini tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 40 Tahun 2023 mengenai Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel). Beleid tersebut dharapkan bisa mempercepat swasembada gula nasional dan penyediaan bioetanol sebagai bahan bakar nabati atau biofuel (lHiat tabel). Muhammad Rizal Ismail, Direktur Tanaman Semusim dan Tahunan Ditjen Perkebunan, Kementerian Pertanian (Kemtan) menjelaskan, dalam mencapai target swasembada gula, pemerintah melakukan beberapa upaya. Misalnya, meningkatkan pembinaan petani tebu secara kelembagaan. Caranya melalui bimbingan teknis budidaya tebu giliing yang baik yang diberikan Kementerian Pertanian. “Langkah ini dilakukan agar tujuan pencapaian Swasembada Gula Nasional khususnya Gula Konsumsi dapat dicapai pada tahun 2028,” jelas dia, Senin (19/6). Selanjutnya, kata Rizal, Kementerian Pertanian bakal meningkatkan akses pendanaan melalui lembaga keuangan kepada petani tebu. Kelak, Kemtan mengarahkan petani tebu untuk memanfaatkan fasilitas dana KUR (Kredit Usaha Rakyat). Sejauh ini, Indonesia masih kekurangan pasokan gula Rizal mencatat produksi gula dalam negeri sebesar 2,35 juta ton digunakan untuk memenuhi kebutuhan gula konsumsi sebesar 3,2 juta ton setahun. Sehingga masih terdapat kekurangan 850.000 ton. Ini belum termasuk kebutuhan gula untuk industri yang mencapai 4,1 juta ton setahun. Nah, upaya untuk mengamankan pasokan gula konsumsi adalah melalui program ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian tebu. Ia berharap program ini bisa menutupi kekurangan pasokan gula untuk konsumsi. Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menilai, keberadaan peta jalan swasem- bada gula bisa menjadi sia-sia jika tidak ada kerja sama yang apik di antara kementerian dan lembaga. Selama ini egosektoral di lingkup pemerintahan dalam mengurusi pergulaan nasional membuat industri gula nasional seolah berjalan di tempat. Dus, pemerintah harus memperhatikan petani tebu yang menjadi garda terdepan. “Saat ini banyak beleid soal industri gula yang saling konflik dan menegasikan,” kata dia, kemarin.

Investor Daily Indonesia | Selasa, 20 Juni 2023

Tambah Lahan Tebu, Jurus PTPN Pacu Produksi Bioetanol

Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) atau PTPN Group melalui Perpres No 40 Tahun 2023 mendapat mandat dari pemerintah untuk mewujudkan swasembada gula konsumsi sekaligus menyediakan bioetanol sebagai bahan bakar nabati (BBN). Pada 2030, produksi nasional bioetanol berbasis tebu ditargetkan tembus 1,2 juta kiloliter (kl). Salah satu jurus PTPN Group untuk menjalankan penugasan itu adalah menambah areal lahan penanaman tebu secara bertahap menjadi 670 ribu hektare (ha) dari saat ini 178 ribu ha. Dalam salinan Perpres No 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan bioetanol sebagai BBN (Biofuel), pasal 17 ayat 1 menyebutkan, dalam rangka percepatan swasembada gula untuk kebutuhan konsumsi dan penyediaan bioetanol sebagai BBN maka pemerintah menugasi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara III (PTPN Group) melakukan empat hal. Pertama, peningkatan produktivitas tebu sebesar 87 ton per ha melalui perbaikan praktik agrikultur berupa pembibitan, penanaman, pemeliharaan tanaman, dan tebang muat angkut. Kedua, perluasan areal lahan perkebunan tebu paling sedikit 179 ribu ha. Ketiga, peningkatan efisiensi, utilisasi, dan kapasitas pabrik gula (PG) guna mencapai rendemen 8,05%. Keempat, peningkatan kesejahteraan petani tebu. Menurut Corporate Secretary PTPN III Bambang Agus-tian, sejak awal terbentuk, PTPN Group berkomitmen \’mendukung ketahanan pangan dan energi, khususnya mendukung energi baru dan terbarukan (EBT). “Karena itu, PTPN Group siap menjalankan penugasan dalam Perpres No 40 Tahun 2023 melalui pembentukan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) sebagai subholding yang mengelola komoditas tebu. PTPN Group akan mengembangkan areal tanaman tebu secara bertahap menjadi 670 ribu ha,” ungkap Bambang ke- pada Investor Daily di Jakarta, Selasa (20/06/2023). Sampai dengan akhir 2022, luas areal penanaman tebu PTPN Group mencapai 178 ribu ha, produktivitas tanaman 74,4 ton per ha, dan rendemen 6,44%. Bambang menuturkan, penambahan areal lahan tebu dilakukan melalui pengembangan lahan hak guna usaha (HGU), baik konversi, optimalisasi lahan yang sudah ada, kerja sama dengan petani rakyat, maupun melalui pemanfaatan liawajan hutan bekerja sama der.gan Perum Perhutani. \’Pelaksanaan pengembangan lahan ini diperlukan kerja sama secara intensif dengan kementerian/ lembaga (K/L) terkait, ini untuk mendukung pencapaian lahan sesuai sasaran Perpres No 40 Tahun 2023,” jelas dia. Dalam pasal 17 ayat 1 memang disebutkan, perluasan areal lahan tebu bisa bersumber dari lahan perkebunan, lahan tebu rakyat, dan lahan kawasan hutan yang diperoleh melalui perubahan peruntukan kawasan hutan, penggunaan kawasan hutan, dan/atau pemanfaatan kawasan hutan dengan perhutanan sosial dan sistem multiusaha. Sementara, pasal 3 ayat 1 dari perpres yang diundangkan 16 Juni 2023 itu menyatakan, dalam rangka percepatan swasembada gula nasional dan penyediaan bioetanol sebagai BBN maka disusun peta jalan yang meliputi lima hal. Pertama, peningkatan produktifitas tebu 93 ton per ha. Kedua, penambahan areal lahan baru perkebunan tebu seluas 700 ribu ha. Ketiga, peningkatan efisiensi, utilisasi, dan kapasitas PG untuk mencapai rendemen 11,2%. Keempat, peningkatan kesejahteraan petani tebu. Kelima, peningkatan produksi bioetanol yang berasal dari tanaman tebu paling sedikit 1,2 juta kl. Pasal 3 ayat 3 dari Perpres No 40 Tahun 2023 juga menyebutkan, swasembada gula konsumsi diwujudkan paling lambat 2028. Pasal 3 ayat 4 menyatakan, pencapaian swasembada gula bagi kebutuhan industri paling lambat 2030. Lalu, pasal 3 ayat 5 menyebutkan, pen- capaian peningkatan produksi bioetanol sebagai BBN paling lambat 2030.

Pabrik Bioetanol

Secara rinci, kesiapan PTPN Group untuk menjalankan penugasan seperti tertuang dalam Perpres No 40 Tahun 2023 di antaranya PTPN sedang bertransformasi dengan melakukan regrouping anak usahanya. Guna mendukung swasembada gula dan pengembangan BBN, PTPN Group telah membentuk Sugar Company (Sugar Co/SGN) dan kini sedang membentuk Palm Co dan Supporting Co demi mendukung swasembada pangan khususnya minyak goreng dan pengembangan EBT (biodiesel, bio-CNG). “Regrouping anak perusahaan akan membentuk poolingpower sekaligus membuat perusahaan menjadi fokus dalam menjalankan inis-rjatif-stategi itu. Saat ini, PTPN Group sudah memiliki perusahaan yang mengelola industri hilir bioetanol di Jawa Timur guna menghasilkan produk etanol dan produk turunan lainnya,” jelas Bambang. Demi memenuhi target produksi bioetanol 1,2 juta kl pada 2030, PTPN secara bertahap mengembangkan areal tebu menjadi 670 ribu ha (sekaligus untuk swasembada gula). PTPN Group melalui anak usahanya, PT Energi Agro Nusantara (Enero), telah mengembangkan pabrik bioetanol berkapasitas 100 kl per hari, produksinya saat ini 30 ribu kl per tahun. “PTPN Group dalam hal ini (bioetanol) akan bekerja sama dengan Pertamina Niaga,” jelas dia. Bambangjuga mengatakan, guna mendukung pencapaian target Perpres No 40 Tahun 2023, diperlukan pengemban- gan industri hilir yang bersinergi dengan PG yang didukung kelayakan usaha. Dari aspek budi daya, PTPN terus memperbaiki kultur teknis, menggunakan bibit unggul, membenahi kelembagaan petani demi mendukung penguatan modal, serta menerapkan operational excellence.

Ketahanan Energi

Pada 4 November 2022, di sela kunjungan kerja ke pabrik bioetanol Enero di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Presiden Joko Widodo meluncurkan program bioetanol Tebu untuk Ketahanan Energi guna mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM). Program itu bisa menjadi solusi peningkatan produksi bioetanol nasional dari 40 ribu kl pada 2022 menjadi 1,2 juta kl pada 2030 dan berpotensi menjadi campuran BBM jenis bensin. Studi yang dilakukan di Brasil, energi dari 1 ton tebu setara 1,2 barel crude oil. “Program bioetanol dimulai dari bioetanol 5% (E5) pada BBM, lalu naik E10, E20, dan seterusnya,” ujar Kepala Negara. Baru-baru ini, pemerintah telah memulai uji coba bensin bioetanol di Surabaya. Kementerian ESDM sebelumnya juga menyatakan, saat ini, total produksi bioetanol fuel grade baru 40 ribu kl per tahun, jauh di bawah kebutuhan 696 ribu kl per tahun untuk implementasi bensin etanol tahap awal di Jawa Timur dan D KI Jakarta. Pasokan dari Enero dan PT Molindo sebagai produsen bioetanol fuel grade baru 5,7% dari kebutuhan di Jawa Timur dan DKI Jakarta. bioetanol berbasis tebu dibuat dari tetes tebu (molases) yang merupakan sisa pengolahan industri gula.