Sawit RI Dijegal Eropa, Zulhas: Prabowo Bakal Investasi Buat Bioavtur

| News
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Bisnis.com | Kamis, 29 Agustus 2024

 

Sawit RI Dijegal Eropa, Zulhas: Prabowo Bakal Investasi Buat Bioavtur

Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyampaikan komoditas kelapa sawit di era pemerintahan presiden terpilih Prabowo Subianto akan dimanfaatkan untuk pengembangan biodiesel dan bahan bakar pesawat avtur hijau atau bioavtur. Hal ini seiring dengan Uni Eropa yang menjegal ekspor pertanian perkebunan, termasuk sawit Indonesia. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan bahwa nantinya pemerintah akan meningkatkan komposisi biodiesel dari 35% (B35) menjadi 50% (B50) sehingga Indonesia tidak perlu khawatir jika Uni Eropa tidak membeli kelapa sawit milik Indonesia. “Kita nggak usah khawatir, itu sebagian besar soal palm oil. Kita nanti kurang karena nanti Pak Prabowo akan naikin dari B20 sekarang B35, naik ke B40, naik B60, selesai, jadi terima kasih [kalau Uni Eropa tidak ekspor],” kata Zulhas saat ditemui seusai acara Strategi & Optimisme Kebijakan Perdagangan Luar Negeri hingga tantangan di WTO di Auditorium Gedung Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (29/8/2024). Zulhas menuturkan bahwa tak lama lagi Indonesia akan berinvestasi untuk mengembangkan bahan bakar pesawat (avtur) berbasis kelapa sawit atau bioavtur. Dalam prosesnya, bioavtur itu membutuhkan pasokan bahan baku jutaan kelapa sawit. “Sebentar lagi investasi untuk pesawat avtur, kalau avtur itu bikin lagi 3 juta [kelapa sawit] lagi kesedot, justru kita sekarang akan perlu banyak dari CPO [crude palm oil],” jelasnya. Meski demikian, Zulhas menyampaikan bahwa Indonesia akan tetap melakukan ekspor kelapa sawit. Senada, Staf Ahli Menteri Perdagangan Bidang Perdagangan Internasional Kemendag Bara Khrisna Hasibuan mengatakan, nantinya akan terjadi pergeseran dari pengembangan industri CPO. Di mana, sebelumnya Indonesia berorientasi pada kegiatan ekspor kelapa sawit. Skenarionya, dia menjelaskan pemerintah akan memprioritaskan komoditas kelapa sawit untuk kebutuhan pasar dalam negeri yang dikembangkan untuk biodiesel. “Tetapi juga pada saat yang sama kita tetap akan ekspor karena tentu saja kebutuhan CPO di luar itu masih sangat besar dan Indonesia sebagai produser CPO terbesar di dunia, tentu kita bisa memanfaatkan itu mendatangkan revenue bagi kita,” katanya. Untuk itu, dia menyampaikan bahwa ekspor kelapa sawit tidak akan dihentikan sepenuhnya. “Tetapi mungkin dikurangi karena nanti prioritasnya untuk memenuhi domestik market,” terangnya. Sebelumnya, dalam acara Penutupan Kongres PAN 2024, presiden terpilih Prabowo Subianto mengaku bersyukur jika Uni Eropa tidak ingin membeli kelapa sawit Indonesia. Prabowo mengatakan bahwa Macron sempat membicarakan terkait kebijakan boikot kelapa sawit Indonesia di Uni Eropa. Namun, Prabowo mengaku bersyukur jika Uni Eropa tidak ingin membeli kelapa sawit Indonesia. Terlebih, Menteri Pertahanan itu mengungkap kini Indonesia menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia. “Oh Yang Mulia, nda-nda, nggak usah, kami merasa justru kalau Eropa tidak mau beli kelapa sawit kita, kita bersyukur, blessing in disguise.’ Agak kaget juga beliau [Macron],” kata Prabowo dalam acara Penutupan Kongres PAN 2024, dikutip pada Minggu (28/8/2024).  Keesokan harinya, Prabowo mengaku dirinya bertemu jajaran pengusaha Prancis dan memahami kebijakan Uni Eropa atas embargo kelapa sawit. Dia menyampaikan bahwa Uni Eropa menuduh Indonesia melakukan perusakan hutan sehingga memboikot kelapa sawit Indonesia.   “Mereka yang datang ke kita, mereka yang rusak hutan, habis itu kita yang disalahkan,” ujarnya. Alih-alih khawatir, Prabowo justru berterima kasih dengan larangan masuknya kelapa sawit Indonesia ke Uni Eropa. Dengan begitu, akan tercipta swasembada energi, termasuk dari kelapa sawit. “Kalian mau larang, kalian larang kelapa sawit kita masuk ke Eropa, saya katakan thank you very much, terima kasih. Kami akan gunakan kelapa sawit kami untuk kepentingan rakyat kami, kami akan swasembada energi,” jelasnya. Menurut Prabowo, setidaknya ada dua kunci yang harus dipegang Indonesia, yaitu pangan dan energi. Prabowo menekankan Indonesia tidak perlu risau jika sudah menggunakan dua kunci itu. “Kalau kita sudah aman pangan, aman energi, kita tidak perlu takut siapapun di dunia ini. Nggak usah kita khawatir ‘rupiah berapa? Rp16.000.’ Kita amankan pangan kita, kita amankan energi kita, baru kita lakukan hilirisasi,” tutupnya.

https://ekonomi.bisnis.com/read/20240829/44/1795297/sawit-ri-dijegal-eropa-zulhas-prabowo-bakal-investasi-buat-bioavtur

Antaranews.com | Kamis, 29 Agustus 2024

 

Mendag: Indonesia maksimalkan komoditas sawit untuk dalam negeri

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyebut Indonesia akan memaksimalkan komoditas kelapa sawit atau CPO dan turunannya untuk penggunaan di dalam negeri apabila Uni Eropa tidak lagi mau menerima ekspor dari Tanah Air. Hal ini terkait dengan kebijakan regulasi deforestasi Uni Eropa (EUDR) yang membatasi sejumlah komoditas ekspor asal Tanah Air karena alasan deforestasi yang dilakukan oleh Indonesia. “Kita enggak usah khawatir, karena Pak Prabowo (Presiden terpilih) akan bikin dari B20 (biodisel) sekarang B35, B35 naik B40, B40 naik B60, selesai. Jadi, terima kasih kalau Barat (Eropa) itu enggak beli nantinya,” kata Zulkifli di Jakarta, Kamis. Zulkifli mengatakan Indonesia akan membutuhkan banyak stok kelapa sawit untuk membuat biodiesel dan bahan bakar alternatif lainnya, seperti bioavtur. “Sebentar lagi kita akan investasi untuk pesawat, avtur. Jadi justru kita sekarang akan perlu banyak dari CPO itu,” ucapnya. Sementara itu, Staf Ahli Menteri Bidang Perdagangan Internasional Kemendag Bara Krishna Hasibuan mengatakan ke depannya komoditas kelapa sawit akan diprioritaskan untuk pasar dalam negeri, dibandingkan untuk ekspor. “Prioritasnya adalah kepada pasar dalam negeri, yaitu untuk pengembangan biodiesel tersebut ya. Tapi kita tetap akan ekspor,” ujar Bara. Bara menyampaikan, sampai saat ini permintaan kelapa sawit di dunia masih besar apalagi Indonesia adalah produsen CPO terbesar untuk pasar global. Lebih lanjut, Bara menegaskan bahwa Indonesia tidak akan menghentikan ekspor kelapa sawit. “Tidak akan dihentikan, tapi mungkin dikurangi. Karena nanti prioritasnya untuk memenuhi stock market,” kata Bara. Sebelumnya, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menekankan pentingnya meningkatkan produktivitas tanaman sawit untuk mendukung program biodiesel B50, guna memajukan industri biodiesel dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Sudaryono dalam kunjungan kerja di Pasar Minggu, Jakarta, Rabu (21/8), menyatakan bahwa peningkatan produktivitas CPO memerlukan pemilihan bibit sawit unggul dan berkualitas, serta penggunaan teknik perawatan dan data sensor yang baik. Menurutnya, potensi biodiesel B50 di Indonesia sangat besar, mengingat 60 persen CPO yang beredar di pasar global berasal dari Indonesia. Namun, dia menyebut bahwa ada berbagai isu penolakan, khususnya dari beberapa negara di Eropa. Selain itu, kebutuhan pergeseran energi dari fosil ke energi terbarukan semakin mendesak. Dalam konteks ini, CPO perlu dikonversi menjadi biodiesel untuk memenuhi kebutuhan energi yang lebih ramah lingkungan. Dia menuturkan bahwa pemerintah Indonesia telah berhasil menerapkan B35, yaitu 35 persen dari biosolar yang digunakan berasal dari CPO. Kini, targetnya adalah meningkatkan kandungan biodiesel menjadi B50.

https://www.antaranews.com/berita/4294723/mendag-indonesia-maksimalkan-komoditas-sawit-untuk-dalam-negeri

Investor Daily Indonesia | Kamis, 29 Agustus 2024

 

Program biodiesel B50 Sedot 17,5 Juta Ton Minyak Sawit

Program biodiesel B50 diperkirakan menyedot sedikitnya 17,5 jutaton minyak sawit nasional. Kebutuhan itu meningkat 48,68% dibandingkan serapan untuk program biodiesel B35 sebesar 11,77 juta ton yang kini sedang dijalankan Indonesia. Mengingat produksi minyak sawit Indonesia diprediksi stagnan tahun ini dan beberapa tahun ke depan, program B50 akan menggerus porsi ekspor dan menyusulkan penerimaan pungutan yang bisa berujung pada terbatasnya ketersediaan anggaran untuk insentif biodiesel. Karenanya, pemerintah harus gerak cepat meningkatkan produksi sawit nasional dan membangun kebun khusus (dedicated area) untuk kebutuhan energi. Dalam skenario Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) atas dampak penerapan B40 dan B50, pada implementasi B35 yang berlangsung saat ini, dengan produksi minyak sawit 54,84 juta ton, konsumsi dalam negeri 24,34 juta ton (pangan 10,3 juta ton, oleokimia 2,27 juta ton, biodiesel 11,77 juta ton) dan penyediaan ekspor 30,5 juta ton. Jika B40 diimplementasikan, dengan produksi minyak sawit tetap 54,84 juta ton, konsumsi lokal menjadi 26,57 juta ton (pangan 10,3 juta ton, oleokimia 2,27 juta ton, biodiesel 14 juta ton) dan penyediaan ekspor 28,27 juta ton. Apabila B50 diterapkan, dengan produksi minyak sawit tetap 54,84 juta ton, konsumsi dalam negeri menjadi 30,07 juta ton (pangan 10,3 juta ton, oleokimia 2,27 juta ton, biodiesel 17,5 juta ton) dan penyediaan ekspor 24,77 juta ton. Skenario itu dengan asumsi konsumsi minyak sawit domestik bagi pangan dan oleokimia dianggap tetap. Saat diskusi sawit bertajuk Kontribusi Sawit untuk APBN dan Perekonomian di sela Press Tour Belitung 2024 yang digelar pada 27-30 Agustus 2024, Ketua umum Gapki Eddy Martono mengatakan, program B50 akan memberikan sedikitnya tiga konsekuensi bagi industri sawit nasional, yakni produksi untuk alokasi ekspor berkurang, penerimaan pungutan ekspor (PE) dan bea keluar (BK) menyusut, serta ketersediaan anggaran untuk subsidi biodiesel terbatas. “Mengingat produksi sawit nasional cenderung stagnan, saran kami adalah perlu dilakukan dua hal, yakni peningkatan produksi dan produktivitas serta pembangunan dedicated area untuk energi,” tutur Eddy, kemarin. Berdasarkan data Gapki, produksi minyak sawit nasional cenderung stagnan, yakni di 2020 sebesar 51,83 juta ton, pada 2021 sekitar 51,3 juta ton, di 2022 sebesar 51,25 juta ton, dan pada 2023 mencapai 54,84 juta ton. Eddy menjelaskan, konsumsi minyak sawit nasional memang terus menunjukkan tren peningkatan di tengah stagnasi produksi. Konsumsi minyak sawit domestik 2018 hanya 28,5% dari total produksi, di 2019 sekitar 32,3%, pada 2020 sebesar 33,6%, di 2021 mencapai 35,9%, pada 2022 sekitar 41,3%, dan 2023 menembus 42,3%. “Konsumsi terus bergerak naik, persentase konsumsi lokal terhadap produksi cenderung meningkat, penggunaan biodiesel di 2023 sudah melebihi penggunaaan pangan,” ujar Eddy. Konsumsi domestik akan terus naik bila program mandatory biodiesel terus ditambah pencampurannya. “Bagaimana 2024, bila penerapan B35 full, (konsumsi) pasti naik lagi. Seperti apa di 2025, bila B40 diberlakukan, (konsumsi) meningkat juga. Kalau B50 diterapkan, pasti terjadi kenaikan kembali, sudah soft launching tapi belum diimplementasikan karena perlu uji coba,” papar Eddy.

Pasar Besar

Soft launching program B50 digelar pada 18 Agustus 2024 di pabrik biodiesel PT Jhonlin Agro Raya, Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Saat itu, Menteri Pprtanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan, kekuatan pangan dan\’biodiesel kini ada di Indonesia. Karena itu, Amran mengingatkan agar potensi itu dikelola dengan baik. Pasalnya, Indonesia menguasai 58% minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di dunia sehingga B50 akan memberikan dampak ekonomi, politik, dan lainnya. Contoh, negara di Eropa butuh 2,6 juta kiloliter biodiesel per tahun. “Sudah jelas target kita adalah bersiap mengimplementasikan penggunaan biodiesel B50,” tutur dia dalam keterangannya. Soft launching B50 akan jadi catatan sejarah RI sebagai pelopor B50. Mentan Amran juga mengatakan, ke depan, kebutuhan biodiesel berbasis sawit diyakini sangat besar, khususnya untuk konsumsi dalam negeri dalam mewujudkan ketahanan energi nasional. Berdasarkan data statistik sementara Ditjen Perkebunan Kementan, pada 2023, Indonesia memiliki lahan sawit 16,8 juta hektare (ha) dengan produksi 46,9 juta ton. Untuk memastikan peningkatan produksi dan menjamin terpenuhinya kebutuhan minyak sawit domestik dan ekspor, pemerintah bersama swasta melakukan beberapa kegiatan, di antaranya pengembangan kebun sawit untuk energi (dedicated area) khususnya di kawasan sudah terdegradasi. Tujuannya, kebutuhan minyak sawit untuk energi tidak menganggu kebutuhan untuk pangan serta industri dalam negeri dan ekspor. Industri sawit Indonesia masih harus menghadapi berbagai tantangan di 2024. Dari sisi ekonomi global, ketidakpastian masih membayangi pertumbuhan ekonomi khususnya negara-negara maju. Amerika Serikat masih dilanda inflasi di atas target, China sebagai salah satu konsumen terbesar minyak sawit juga masih bergulat dengan pelemahan ekonomi usai Covid-19. Begitu juga Eropa, kondisi ekonominya melemah dengan defisit fiskal naik diiringi inflasi yang masih tinggi. Sementara itu, eskalasi geopolitik global kian memanas. Prospek industri sawit tahun ini mempunyai sejumlah kecenderungan, antara lain konsumsi dalam negeri akan terus naik terutama untuk kebutuhan pangan, industri oleokimia, dan energi (biodiesel) dengan adanya upaya menuju implementasi biodiesel B50. Harga minyak nabati dunia termasuk minyak sawit tidak banyak berubah dibandingkan 2023.