Sering Disorot, Apa Itu Net Zero Emission?

| Articles, News
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp
Sering Disorot, Apa Itu Net Zero Emission? Sumber: Net Zero

Istilah net zero emission semakin sering dibicarakan di tengah krisis iklim yang semakin mengkhawatirkan. Salah satu tema utama dalam Konferensi Perubahan Iklim COP 29 yang berlangsung di Baku, Azerbaijan, tahun ini, net zero emission menjadi pilar penting dalam upaya global melawan perubahan iklim.

Apa Itu Net Zero Emission?

Net zero emission mengacu pada kondisi di mana emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer seimbang dengan jumlah emisi yang diserap kembali oleh ekosistem alami atau teknologi penyerapan karbon. Dengan demikian, jumlah karbon di atmosfer mencapai tingkat nol bersih.

Tujuan ini menjadi penting untuk mencegah kenaikan suhu global melebihi 1,5 derajat Celcius dari tingkat pra-industri. Berdasarkan studi, untuk mencapainya, emisi global harus turun hingga 45% pada tahun 2030 dan mencapai net zero pada tahun 2050. Saat ini, suhu bumi telah meningkat sekitar 1,2 derajat Celcius sejak abad ke-19, mempertegas perlunya langkah-langkah mendesak untuk mengatasi perubahan iklim.

Langkah Menuju Net Zero Emission

Salah satu langkah utama untuk mencapai net zero emission adalah menggantikan pembangkit listrik berbahan bakar fosil dengan energi terbarukan. Sumber energi seperti angin dan matahari menawarkan solusi untuk mengurangi emisi karbon secara drastis.

Namun, transformasi ini memerlukan perubahan besar dalam cara manusia memproduksi, mengonsumsi, dan bergerak. Sektor energi, yang menyumbang sekitar 75% dari emisi gas rumah kaca global, memegang peran kunci dalam mencegah dampak terburuk dari perubahan iklim.

Di Indonesia, pengembangan biofuel, seperti program mandatori biodiesel B35, menjadi salah satu langkah nyata dalam mendukung transisi energi bersih. Dengan potensi besar dari kelapa sawit, singkong, dan bahan baku lainnya, biofuel tidak hanya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil tetapi juga memberikan manfaat ekonomi dengan menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan nilai tambah produk domestik.

Penggunaan biofuel sebagai bagian dari solusi energi adalah langkah konkret yang perlu terus diperluas. Selain mengurangi emisi, penerapan biofuel juga memperkuat ketahanan energi nasional, terutama di negara berkembang. Indonesia yang memiliki akses terbatas terhadap energi terbarukan lainnya seperti angin dan matahari.

Dengan mengintegrasikan biofuel, Indonesia dapat mengambil peran penting dalam mitigasi perubahan iklim sekaligus memanfaatkan potensi besar sumber daya alamnya untuk masa depan yang lebih berkelanjutan.

Komitmen Global terhadap Net Zero

Hingga Juni 2024, sebanyak 107 negara telah menyatakan komitmen resmi untuk mencapai net zero emission. Negara-negara ini bertanggung jawab atas sekitar 82% dari total emisi global. Meski demikian, laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan bahwa langkah konkret untuk memenuhi janji ini masih belum cukup. Jika seluruh komitmen saat ini terealisasi, emisi global hanya akan turun 2,6% pada 2030 dibandingkan level 2019.

PBB juga menekankan perlunya standar yang lebih ketat dan aksi nyata untuk mempercepat implementasi komitmen. Pada 2022, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres membentuk Kelompok Ahli Tingkat Tinggi. Langkah ini untuk memastikan sektor non-pemerintah turut mengambil peran lebih besar dalam transisi energi ini.

Tantangan Menuju Masa Depan Bebas Emisi

Perjalanan menuju net zero emission merupakan tantangan besar bagi umat manusia. Transformasi ini membutuhkan perubahan mendasar dalam sistem produksi dan konsumsi, serta pendekatan baru terhadap pembangunan. Tanpa langkah yang lebih ambisius, upaya menahan kenaikan suhu global di bawah 1,5 derajat Celcius akan semakin sulit dicapai.

Dengan mempercepat transisi ke energi terbarukan dan memperkuat komitmen global, net zero emission bukan hanya menjadi solusi untuk krisis iklim, tetapi juga jalan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan bagi seluruh dunia.