Shell Indonesia akan Ikut Salurkan Bahan Bakar B35 Pada Tahun 2023
Kontan.co.id | Rabu, 28 Desember 2022
Shell Indonesia akan Ikut Salurkan Bahan Bakar B35 Pada Tahun 2023
Shell Indonesia bakal ikut menyalurkan bahan bakar nabati (BBN) B35 pada tahun depan. VP Trading & Supply Shell Indonesia Sendy Soeriaatmadja mengatakan, pihaknya tengah mempersiapkan rencana penyaluran B35 sesuai dengan ketentuan pemerintah. “Penyaluran ini akan difokuskan di wilayah Jakarta,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (28/12). Seperti diketahui, pemerintah mengumumkan bakal melaksanakan mandatori penggunaan bahan bakar nabati (BBN) B35 pada 1 Januari 2023. Dengan proyeksi penyaluran Biosolar tahun 2022 sebesar 36.475.050 kiloliter (kL), serta asumsi pertumbuhan permintaan/demand sebesar 3%, pemerintah memperkirakan bahwa penjualan Biosolar di tahun 2023 akan mencapai angka 37.567.411 kiloliter (kl). Dengan perkiraan tersebut, estimasi kebutuhan Biodiesel untuk mendukung implementasi B35 diproyeksi sebesar 13.148.594 kl, atau meningkat sekitar 19% dibandingkan alokasi tahun 2022 sebesar 11.025.604 kl. Kementerian ESDM sudah menetapkan alokasi Biodiesel tahun 2023 lewat Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 205.K/EK.05/DJE/2022 tanggal 15 Desember 2022 tentang Penetapan Badan Usaha Bahan Bakar Minyak dan Badan Usaha Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel serta Alokasi Besaran Volume untuk Pencampuran Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Solar Periode Januari – Desember 2023. Menurut rencana, penyaluran program Biodiesel tahun 2023 ini didukung oleh 21 Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BU BBN) dengan kapasitas terpasang sebesar 16.653.821 kl. Sementara itu, Shell Indonesia ditunjuk sebagai badan usaha bahan bakar minyak dalam penyaluran B35. Berdasarkan Kepmen ESDM Nomor 205 Tahun 2022, Shell bakal mendapat pasokan biodiesel sebanyak 49.260 kl dari Badan Usaha Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel (BU BBN) bernama PT LDC Indonesia. “Shell akan melakukan penyaluran BBM dengan B35 sejalan dengan ketentuan pemerintah tentang tenggat waktu pelaksanaan kewajiban tersebut,” tutur Sendy.
Infosawit.com | Kamis, 29 Desember 2022
Renewable Energy Directived Jilid III Bersiap Meluncur
Benua Biru itu kembali mengusulkan regulasi ketat untuk pasar ekspor komoditas minyak nabati termasuk minyak sawit, dengan rencana penerapan Renewable Energy Directived (RED) III, alasannya guna mencapai target penggunaan energi terbarukan yang terintegrasi serta memperketat verifikasi sumber bahan baku. Guna mencapai tujuan yang ditetapkan dalam Kesepakatan Hijau Eropa serta untuk memenuhi ambisi Uni Eropa (UE) dalam meningkat upaya mengurangi emisi gas rumah kaca, UE berencana merevisi dan memperbarui Renewable Energy Directived (RED) II, utamanya terkait peningkatan target UE tentang sumber energi terbarukan yang terintegrasi. Merujuk informasi dari Komisi, RED III akan memilik tiga tujuan besar yakni pertama, mencapai peningkatan penggunaan energi dari sumber terbarukan pada tahun 2030, kedua, untuk mendorong integrasi sistem energi yang lebih baik dan ketiga, berkontribusi pada tujuan iklim dan lingkungan termasuk perlindungan keanekaragaman hayati. Uthaya Kumar dari Malaysian Palm Oil Council (MPOC) Brussels mencatat, sebelumnya dalam RED II telah menetapkan kerangka kerja umum untuk promosi energi dari sumber terbarukan dan menetapkan target UE sebanyak 32% untuk keseluruhan bagian energi dari sumber terbarukan dalam konsumsi energi akhir bruto UE pada tahun 2030. Merujuk Proposal Komisi, RED III akan meningkatkan target pengikatan keseluruhan untuk energi terbarukan di UE dari 32% menjadi 40%. Bahkan target bakal ditingkatkan hingga 45%, seperti yang diusulkan oleh Parlemen Eropa, serta oleh REPowerEU Plan, yang dipresentasikan pada Mei 2022 lalu. Pada Pasal 25 RED II tentang pengarusutamaan energi terbarukan di sektor transportasi telah menetapkan sub-target untuk pangsa energi terbarukan dalam konsumsi akhir energi di sektor transportasi. Dalam proposal Komisi Uni Eropa memperkenalkan amandemen Pasal 25, yang berjudul “Pengurangan intensitas gas rumah kaca di sektor transportasi dari penggunaan energi terbarukan”. Teks yang diusulkan meramalkan untuk meningkatkan tingkat energi terbarukan yang digunakan di sektor transportasi dengan menetapkan “target pengurangan intensitas emisi gas rumah kaca (GRK) 13%”.
https://www.infosawit.com/
Kompas | Rabu, 28 Desember 2022
Besar, Potensi Biometana Sebagai Energi Bersih
Biometana, produk turunan biogas, potensial untuk memenuhi kebutuhan industri di tengah tuntutan dekarbonisasi menuju era energi bersih Namun, sumber bahan baku utama, antara lain, ialah limbah cair Kelapa Sawit dan limbah tapioka, masih terkonsentrasi di Sumatera, dan Kalimantan, sedangkan permintaan utamanya ada di Jawa. Biometana disebut biogas naik kelas karena memerlukan pengolahan lanjutan. Biogas, yang antara lain bersumber dari limbah cair kelapa sawit, limbah tapioka, dan kotoran ternak, dimurnikan dengan memisahkan komponen karbon dioksida (CO2) dan komponen gas lain. Dengan demikian, dihasilkan tingkat kemurnian tinggi metana (CH4), yang lalu disebut biometana. Kajian strategi implementasi pemanfaatan biometana dilakukan Direktorat Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bekerja sama dengan Kementerian Ekonomi dan Perlindungan Iklim Republik Federal Jerman (BMWK). Biometana ke depan diharapkan menjadi substitusi produk seperti elpiji (terutama 50 kg ke atas), gas alam terkompresi (CNG), hingga bahan bakar diesel (solar). Key Advisor for Bioenergy, RE Policy RE Finance GIZ ExploRE Ardian Candraputra. saat dihubungi pada Selasa (27/12/2022), mengatakan, dari hitungan teoretis, dengan memperhitungkan limbah kelapa sawit, tapioka, dan kotoran ternak, total potensi produksi biometana di Indonesia setara 400 billion bristh thermal unit per day (BBTUD). Menurut Ardian, sebanyak 82 persen dari potensi biometana berada di delapan provinsi di Sumatera dan Kalimantan, yakni Riau. Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Lampung, dan Jambi. Di delapan provinsi itu terdapat 139 existing pabrik biogas. Sementara upgrading plant (menjadi biometana), dalam pengamatannya, baru ada satu yang beroperasi, yakni di Kaltim. Ada juga 1 upgrading plant skala percontohan di Riau. “Sementara demand (terbesar) industri dan komersial di Jawa, terutama di Jawa Barat. Solusinya bisa dengan membangun pipa atau menggunakan truk tangki, kemudian disuntikkan ke pipa gas jaringan distribusi. Namun, dengan (paket) lengkap seperti itu, harga menjadi mahal. Beda jika direct (langsung), harga bisa bersaing,” ujar Ardian. Padahal, kata Ardian, permintaan industri akan energi bersih akan meningkat seiring dengan kebutuhan dekarbonisasi. Salah satu motivasi dari kajian terkait biometana ialah mempertemukan suplai dan permintaan. “Sebab, belum semua pelaku industri tahu biometana Kami sudah bertemu sejumlah pelaku dan tertarik jika langsung dengan pipa gas. Harga sudah masuk sekaligus menjawab kebutuhan dekarbonisasi. Namun, kendalanya, lokasi supply dan demand masih berjauhan,” ucapnya. Di sejumlah negara lain, kata Ardian, biometana memang umumnya didistribusikan dengan pipa gas. Namun, untuk keekonomian di Indonesia, harga sulit masuk. Apalagi, ada sejumlah industri prioritas yang mendapatkan harga gas khusus dari pemerintah, 6 dollar AS per MMBTU. Oleh karena itu, khusus dengan pipa gas, dukungan pemerintah akan sangat dibutuhkan.
Bauran energi
Pada Kamis (22/12) di Jakarta digelar diskusi terkait dengan pengembangan biometana, dengan melibatkan lebih dari 100 perwakilan dari sektor industri, komersial, pembuat kebijakan, serta organisasi internasional. Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Edi Wibowo mengatakan, selain memberi nilai tambah, keuntungan biometana ialah pengurangan dampak lingkungan. Dalam diskusi itu terbuka peluang besar untuk injeksi biometana ke infrastruktur pipa gas yang telah tersedia. Namun, ketersediaan yang tak merata dan pasokan yang terbatas menjadi tantangan. Pembentukan kluster suplai biometana dapat menjadi salah satu opsi pendekatan yang dapat dilakukan. Hal itu bagian dari upaya mencapai target bauran energi terbarukan sebesar 23 persen pada 2025 serta pencapaian target emisi nol bersih (NZE) pada 2060. “Dengan kolaborasi semua pemangku kepentingan, saya yakin target-target ini dapat terpenuhi,” kata Edi. dikutip dari laman Ditjen EBTKE Kementerian ESDM akhir pekan lalu.
Kompas.com | Rabu, 28 Desember 2022
PTPN III Gandeng Perusahaan Jepang untuk Kembangkan Biopelet Tandan Kosong Sawit
Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) menggandeng perusahaan penelitian dan pengembangan industri kimia organik asal Jepang, PT PTEC Research & Development (PTEC), untuk pengembangan Pabrik Biopelet berbahan baku tandan kosong kelapa sawit di KEK Sei Mangkei, Sumatera Utara. Nantinya pabrik itu berkapasitas olah 1 juta ton tandan kosong per tahun atau setara dengan produksi biopelet sebesar 200.000 ton per tahun. Wakil Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Denaldy Mulino Mauna mengatakan, kerja sama tahap awal pengembangan Biopelet tandan kosong telah dilaksanakan oleh PTPN VIII (anak usaha PTPN III) dengan PTEC untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar pengeringan teh sebagai substitusi wood pellet yang harganya semakin mahal. “Untuk tahap selanjutnya, PTPN III dan PTEC akan menyusun Studi Kelayakan (FS) Pengembangan Pabrik Biopelet tandan kosong kapasitas 1 juta ton tandan kosong per tahun setara 200.000 ton biopelet per tahun di KEK Sei Mangkei, dengan orientasi pasar lokal dan ekspor,” ujarnya dalam siaran persnya, Rabu (28/12/2022). PTEC menargetkan proses persiapan pembangunan pabrik biopelet dapat dimulai pada 2023 dengan kebutuhan lahan seluas 32 hektar di KEK Sei Mangkei. Denaldy menyampaikan PTPN III (Persero) sebagai Holding BUMN Perkebunan memiliki komitmen besar dalam pengembangan bisnis Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Hal itu dilakukan untuk mendukung kebijakan Pemerintah, sesuai Peraturan Pemerintah nomor 79 tahun 2014 terkait target bauran energi baru terbarukan sebesar 23 persen pada 2025. “PTPN Group sangat concern dalam mendukung program Dekarbonisasi untuk mencapai target penurunan emisi karbon sesuai target NDC sebesar 29 persen pada tahun 2030,” ujarnya. Pengembangan biopellet berbasis tandan kosong sawit ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah penurunan emisi karbon sebesar 48.000 ton per tahun serta potensi penjualan kredit karbon. Dalam proses pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN Group, tandan kosong merupakan salah satu produk yang dihasilkan dalam proses pengolahan tersebut. Potensi produksi total tandan kosong PTPN Group sesuai RJPP 2024 sebesar 3 juta ton per tahun. “Adapun tandan kosong tersebut, selama ini dimanfaatkan sebagai pupuk organik (land aplication) di areal kebun yang berdekatan dengan PKS,” kata Denaldy. Dia menambahkan, dengan semakin pesatnya pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia, pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit menjadi lebih beragam. Salah satunya yakni dapat berupa pengembangan Bioetanol dan Biopelet. Denaldy berharap, dengan kerjasama tersebut, akan menghasilkan feasibility study pengembangan Biopelet tandan kosong yang layak dan memberikan keuntungan bagi para pihak. “Kami berharap progres pengembangan Biopelet tandan kosong ini dapat segera diimplementasikan di KEK Sei Mangkei,” ungkap Denaldy.
Investor.id | Rabu, 28 Desember 2022
Kepemilikan Biofuel di Bakrie (BNBR) Susut Jadi di Bawah 10%
Kepemilikan PT Biofuel Indo Sumatra atas saham PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) tercatat menyusut 250 juta saham per 26 Desember 2022. Itu berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Biofuel terpantau jadi tinggal memiliki 2.126.865.900 saham atau 9,63% per 26 Desember. Padahal sebelumnya, menggenggam sebanyak 2.376.865.900 saham atau 10,76%. Sebaliknya, tercatat malah ada yang menjadi memiliki saham BNBR di atas 5%, yakni KB Valbury Sekuritas. Per 26 Desember, KB Valbury jadi menggenggam 1.295.001.500 saham BNBR atau 5,86%. Sebelumnya, tak tercatat sebagai pemegang saham 5% atau lebih. Belum ada keterangan resmi mengenai perubahan kepemilikan saham tersebut. Bakrie & Brothers sendiri telah merampungkan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (non-HMETD) atau private placement pada 23 Desember 2022. Perseroan menerbitkan 923.618.948 saham seri D dengan harga pelaksanaan Rp 500 per saham. Sehingga nilainya mencapai Rp 461,8 miliar. Dalam pengumuman perseroan, dikutip Rabu (28/12/2022), dijelaskan bahwa penambahan jumlah modal tersebut sesuai dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan tanggal 12 Juli 2017 mengenai Persetujuan PMTHMETD sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/POJK.04/2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 32/POJK.04/2015 tentang Penambahan Modal Perusahaan Terbuka Dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, melalui penerbitan obligasi wajib konversi dan/atau saham biasa seri D kepada para kreditur tidak terafiliasi. “Sebelum pelaksanaan PMTHMETD, jumlah saham yang disetor dan ditempatkan perseroan adalah sebesar 21.160.865.261 saham dan setelah pelaksanaan PMTHMETD menjadi sebesar 22.084.484.209 saham dengan nilai nominal Rp 500 per saham,” jelas direksi perseroan dalam pengumumannya.